Cinta tidak bisa ditebak, datang tanpa diduga. Kepada siapapun, karena cinta sejati akan berlabuh di tempat yang tepat. Karena cinta tak kan salah menentukan pilihan. Terkadang keadaan yang membuat cinta itu terlihat rumit, padahal cinta itu sederhana. Sesederhana saat getaran muncul di hati kita memberikan pertanda bila kita jatuh cinta.
~ Nunul Chusnul ~***
"Ara lo meluk siapa sampai nangis kayak gitu?" kata seseorang tiba-tiba ada di belakang Ara yang masih setia memeluk orang yang ia yakin itu Orion.
Ara yang mendengar perkataan itu menoleh, ia kaget melihat Aluna ada di sana. "Kak Aluna? Aku meluk Kak Orion, aku nggak mau dia pergi,"
Aluna terkekeh, "Itu bukan Orion, Ara?" Ara memperhatikan orang yang ia peluk, ia kaget saat orang itu menoleh dan ternyata memang bukan cowok dingin yang Ara cari.
Ara malu bukan main, karena ia telah salah memeluk orang. Ia langsung diam membeku, mukanya sudah semerah tomat.
Malu, duh malu banget aku, batin Ara.
"Kak Orion udah pergi, ya, Kak?" tanya Ara melihat Aluna sendirian tanpa Orion.
Aluna terdiam, "Lo telat kalau lo mau ketemu Orion, Ra? Lo sih dari kemarin gengsi,"
"Aku nggak gengsi, Kak. Aku bingung, aku ternyata nggak bisa kehilangan Kak Orion, tapi kalau Kak Orion pergi aku bisa apa sekarang?" Air mata Ara turun cukup deras.
Senyum Aluna terbit, membuat Ara bingung. Kenapa di saat ia sedih, Aluna justru tersenyum seperti meledek. Jahat sekali!
"Hei, jangan cengeng. Gue ada di sini, jangan nangis, ya? Lo jelek kalau nangis, lebih lucu pas lo salah meluk orang kayak tadi, deh," seseorang mengacak rambut Ara, membuat gadis itu membeku melihat orang itu.
Ara dengan cepat memeluk orang itu, "Kak Orion kok masih ada di sini, sih? Katanya mau ke Belanda? Jahat bohongin aku," Gadis itu cemberut memukuli dada Orion karena kesal.
"Siapa yang bilang gue jadi ke Belanda, sih?" kata Orion menahan tangan Ara, memegang tangan gadis itu.
"Kak Aries sama yang lain, katanya Kakak lagi ke Bandara. Aku kira Kakak pergi hari ini, bukannya waktu itu bilang mau pergi, ya?" kata Ara menatap Orion.
Orion tersenyum melihat Ara yang mendengkus sebal kepadanya. "Lo dibohongin sama mereka, Ra? Gue udah bilang tiga hari yang lalu kalau gue nggak jadi pergi ke mereka, kok. Hari ini, tepatnya sekarang gue di Bandara karena mau jemput bokap gue. Tapi gue kaget pas lihat lo di sini tadi, Ra. Meluk orang di depan umum, kenapa lo meluk orang itu, sih?"
"Ya, kan, aku kira dia itu Kakak. Habis jaketnya sama kayak punya Kakak, jadi-" kata Ara terpotong karena Orion tiba-tiba menarik Ara ke pelukannya, "Gue nggak jadi pergi, Ara Deandra Khanza. Jangan main peluk orang karena jaketnya sama kayak gue, ya? Lo nggak malu apa salah meluk orang, gitu?"
Air mata Ara semakin deras turun, membuat Orion berusaha menghapus dengan tangannya.
"Jangan nangis lagi, oke. Gue nggak akan ninggalin lo, kok. Gue sayang sama lo, apalagi lo orang spesial yang udah buka hati gue," kata Orion mengelus kepala Ara lagi.
Ara mengangguk, lalu melihat sekitar. Ia tak enak hati berpelukan di depan umum.
"Terus Papanya Kak Orion mana?" tanya Ara memperhatikan sekitarnya."Tuh ada di sana, lagi lihatin kita juga, kok." Orion menunjuk ke arah Papanya.
"Ih kenapa nggak bilang dari tadi, ada Mamanya Kakak juga, ih. Kan jadi malu Kak, dari tadi pasti mereka ngelihatin kita pelukan," kata Ara.

KAMU SEDANG MEMBACA
ORION [COMPLETED]
Teen Fiction(Up Rabu & Sabtu) Tak semudah itu melupakan orang yang kita cintai, sesakit ini kah bila kita di tinggalkan oleh orang yang sangat kita cinta. Mungkin ini sudah jalan cintaku tapi kenapa hatiku merasa sangat sakit dengan kepergiannya yang tak ku san...