okey karena kemarin aku buka sesi squel dan banyak yang minta squel friendshit, selamat akhirnya terkabut juga.
DAN maaf jika cerita ini tidak sesuai harapan kalian.
dan maaf ya buat yang lain. aku mau buat squel juga tapi tuyul-tuyul aku tidak ada yang membantu hehehe...
Jadi gue usahain tpi gak janji hehehe
Jungkook merasa tubuhnya lemas sekali, dia mencari Joy diapartementnya tapi tidak ada.
Rasanya benar-benar kosong, sejak saat itu Jungkook hidup seperti robot. Menghabiskan harinya dengan berkas-berkas, pulang tengah malam. Tidak memperdulikan celotehan Eunha tentang pernikahan yang telah direncanakan.
Jungkook membuka galeri ponselnya yang rata-rata fotonya bersama dengan Joy, air mata menetes dari wajahnya.
Harusnya dari awal dirinya sadar kalau yang dirinya cintai itu bukan Eunha tapi Joy, Joy sudah seperti udara bagi Jungkook. Perempuan itu yang membuat harinya lebih berwarna.
"sayang " teriak Eunha tersenyum kepada Jungkook sambil membawa makanan untuk calon suaminya, sebenarnya Eunha tidak terlalu peduli dengan kondisi Jungkook.
Eunha menyukai Jungkook bukan karena cinta, tapi Jungkook itu orang yang kaya selain itu tampang Jungkook yang diatas rata-rata. Dirinya bisa menyombongkan dirinya kalau Eunha bisa menikah dengan CEO yang tampan dan kaya. Eunha bisa membayangkan teman-temannya yang iri melihat nasib baik dirinya.
Eunha sungguh tidak sabar untuk menjadi Ny. Jeon.
"ayo sayang, aku telah memasakan makanan spesial untukmu" ucap Eunha dengan senyum diwajahnya.
"aku sibuk letakan disitu saja" ucap Jungkook, Jungkook menghembuskan nafasnya dirinya mengingat lagi kenangan bersama dengan Joy.
Dirinya yang marah-marah dengan Joy karena lebih sibuk dengan dunia khayalannya tersebut sehingga sakit karena telat makan. Bukannya makan Joy malah memeluknya sangat erat sehingga besok harinya dia tertular Joy. Sehingga bergantian Joy yang menjaga dirinya.
.
.
Disebuah kota kecil Joy sedang menulis sebuah cerita, dirinya adalah seorang penulis bergenre fantasi kerajaan, dirinya merasa senang penerbit mau menerbitkan bukunya dan hasilnya lumayan juga.
Dirinya mengusap perutnya sendiri yang masih rata, dirinya merindukan Jungkook. Sedang apa lelaki tersebut? Apa sudah makan? Apa dia baik-baik saja?
Dirinya ingat senyum Jungkook bersama Eunha, dirinya yakin kalau Jungkook bahagia.
Walau hati kecilnya merasa sesuatu yang aneh, tidak mungkin kan kalau Jungkook tidak bahagia. Jungkook pasti baik-baik saja.
Joy merasakan semilir angin yang membelai wajahnya, rasanya menyejukan tapi hatinya merasa kosong. Dirinya hanya perlu terbiasa tanpa Jungkook, Jungkook sudah seperti bagian dalam diri Joy.
Dirinya juga harus bahagia bersama dia dan kini Joy sudah punya tanggung jawan sendiri. Awalnya dirinya stres dengan kehamilannya dan hampir mengaborsi anak tersebut. Tapi dokter wanita paruh baya tersebut mengasehati Joy supaya memikirkan lagi hal tersebut, dokter tersebut sangat baik sekali senyumnya mirip Jungkook.
Sering menelponnya dan menyakan hal-hal sederhana membuat dirinya merasakan kasih sayang seorang ibu yang sudah lama tidak dirinya rasakan.
Ponsel Joy berbunyi menadakan kalau ada telpon masuk
"halo bunda?" ucap Joy
"kenapa kamu tidak membalas pesan bunda nak? Bunda khawatir, bagiamana keadaanmu dan kandunganmu" Joy terkekeh merasakan kehangatan menyusup direlung hatinya
