Part 7

226K 9.9K 173
                                    

Setelah makan siang Hani langsung menuju kamarnya yang berada di lantai atas. Ia berbaring di atas kasur queen size nya.

Drt ... Drt ... Drt

Merasa ponselnya bergetar Hani langsung bangun dan mengambilnya di atas nakas. Ia mengernyit bingung, karena tumben sekali Oliv menelfonnya. Tidak butuh waktu lama ia langsung menggeser ikon hijau dan menempelkan ponselnya ke daun telinganya.

"Halo Han," sapa suara di sebrang sana.

"Ya, kenapa? Tumben telfon?"

"Gue mau ajak lo ke mall nih, bareng yang lain."

"Oh ke mall kirain kemana. Ehm kayaknya nggak dulu deh gue lagi di rumah sama grandpa sama grandma biasa habis pulang dari Perancis." ucap Hani panjang lebar dan di akhiri dengan kekehannya.

"Huft, ya udah deh gak papa. Salam aja buat semua yang ada di rumah lo."

"Siap bosqu."

"Ya udah bye-bye,"

"Bye."

Tut ... Tut ... Tut

Setelah itu sambungan di putus oleh Oliv. Hani kembali berbaring telentang menghadap ke langit-langit kamarnya yang bernuansa biru muda itu.

Saat akan memejamkan matanya tiba-tiba ada yang mengetok pintu kamarnya.

Tok ... Tok ... Tok

Hani menghela napas kasar sebelum ia beranjak dari kasur empuknya itu. Dan ia berjalan menuju daun pintu untuk membukakannya.

Cklek

"Mama? Tumben ke kamar aku?" tanya Hani pada Rani.

"Kamu sekarang ke bawah ya. Ada yang mau mama omongin ke kamu, penting."

"Oh ya udah ma, aku ambil hp dulu mama ke bawah aja duluan."

"Jangan lama-lama tapi," peringat Rani.

"Iya-iya mama ku yang paling cantik."

Lalu Hani berbalik hendak mengambil ponselnya. Setelah di dapat ia langsung menutup pintu kamarnya dan berjalan ke arah tangga untuk ke ruang keluarga.

Saat sampai di anak tangga terakhir dapat ia lihat disana terdapat mamanya dan juga Rayhan. Entah dimana Bima dan Sinta.

"Ma," panggil Hani dan membuat mereka menoleh ke arahnya.

"Sini sayang." ucap Rani sambil menepuk sofa sebelah nya.

"Ada apa ma?" tanya Hani to the point.

"Sebelumnya mama minta maaf sama kamu,"

Hani mengernyit heran. Memang mamanya mempunyai salah apa dengannya. "Buat apa ma?"

"Sebenernya mama juga berat buat bilang ini sama kamu. Dan mungkin juga ini terlalu cepat buat kamu. Tapi mau gak mau mama harus bilang sama kamu. Karena kelak kamu yang menjalani semuanya" ucap Rani dengan nada lesu.

"Maksud mama apa?"

"Kamu dijodohin sama cucu temen grandpa dulu." ucap Rani dengan satu tarikan napas.

Hani diam. Ia masih mencerna baik-baik ucapan Rani barusan. Apa ia tidak salah dengar? Barusan mama nya bilang ia dijodohkan?

What? Tidak! Hani belum siap sama sekali, karena yang namanya perjodohan pasti ada kaitannya dengan yang namanya MENIKAH.

"Mama ngomong apa sih?" tanya Hani tidak percaya.

"Maafin mama sayang,"

"Mama bercanda kan ma? Ini semua cuma mimpi kan? Ma jawab ma, ini semua cuma bercanda kan?" tanya Hani dengan mata yang berkaca-kaca.

Married With Ketua OSIS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang