Weekend ini dihabiskan Hani untuk berkumpul bersama keluarga besar. Malam ini mereka berkumpul di restoran bintang lima. Disana sudah ada keluarga Ivan.
Mereka semua duduk dan berbincang ringan sebelum makan malam datang. Hani duduk disamping Ivan karena permintaan dari Ratna.
Setelah acara makan malam selesai pun Tio dan Bima memulai perbincangan malam ini.
"Kalian berdua kemarin sudah selesai PTS yang kedua kan?" tanya Tio.
Hani dan Ivan hanya mengangguk.
"Berarti tinggal ujian kenaikan kelas. Itu berarti kalian akan segera menikah."
"Kenapa cepet banget sih grandpa?"
"Lebih cepat lebih baik."
"Kalian tidak keberatan kan?" tanya Tio memastikan.
"Insya allah enggak kek." jawab Ivan.
"Alhamdulillah,"
"Satu hal yang perlu kami sampaikan sama kalian. Setelah menikah nanti kalian tidak usah buru-buru untuk segera memiliki keturunan. Kami akan menunggu sampai kalian siap." jelas Tio.
Hani dan Ivan saling pandang. Dari sorot mata keduanya mengisyaratkan jika mereka juga belum siap. Apa lagi Hani, ia baru akan kelas sebelas.
"Kami juga belum siap kok kek." jawab Ivan.
"Ya sudah. Untuk masalah WO dan yang lain kalian tidak usah memikirkan itu. Biar kami orang tua yang mnegurusnya. Kalian hanya terima beres saja." jelas Sinta.
"Apa yang diundang banyak grandma?"
"Tidak, hanya keluarga besar, rekan bisnis, dan sahabat kalian saja."
"Itu saja yang kami sampaikan malam ini pada kalian. Setelah ini kami semua akan pulang. Tapi kalo kalian masih ingin bermalam mingguan silakan." ucap Vera yang menggoda Hani dan Ivan.
Pipi Hani bersemu merah. Ia malu saat ini.
"Kita mau jalan-jalan dulu. Boleh, kan, ma?"izin Ivan yang ditujukan pada Rani.
Rani tsrsenyum hangat. "Tentu boleh sayang."
Ivan bangkit diikuti Hani. Mereka pamit terlebih dahulu. Lalu keluar dan memasuki mobil Ivan.
"Kita mau kemana?" tanya Hani sambil memasang safety belt.
"Aku mau bawa kamu ke suatu tempat. Kamu pasti belum pernah kesana dan aku jamin kamu pasti suka."
Hani hanya menurut saja. Toh ini perginya dengan Ivan. Jadi tidak mungkin ia dibawa ke tempat yang tidak-tidak.
Setengah jam kemudian mereka sampai di puncak. Eitzz ... jangan mikir yang nggak-nggak dulu.
Mereka turun dari mobil dan Ivan mengenggam erat tangan Hani. Mengajak Hani untuk memandangi indahnya kota Jakarta dari atas sini.
"Ini serius kamu ngajak aku kesini?" tanya Hani tidak percaya.
Ivan hanya berdehem pelan. "Kenapa? Kamu gak suka?"
Hani menatap mata Ivan dengan tatapan berbinar. Reflek ia pun memeluk Ivan yang berdiri disampingnya.
"Makasih, aku suka banget pemandangannya."
Ivan membalas pelukan Hani. "Sama-sama."
Hani mengurai pelukannya. Ia tersenyum lebar malam ini. Memandangi ribuan bintang di atas sana.
"Kamu tau dari mana kalo aku suka banget sama bintang?"
"Insting aja,"
"Jujur aja udah lama aku gak liat bintang kayak gini. Dulu waktu liburan sekolah pasti ke puncak dan nginep di villa papa. Disana kita seneng-seneng bareng. Tapi itu udah gak mungkin buat sekarang." ucap Hani sambil menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Ketua OSIS [COMPLETED]
Teen Fiction"Apa ma? Aku dijodohin?!" "Iya, sayang, dan kamu harus menerimanya." "Nggak ma, aku nggak mau ... lagian aku masih SMA dan aku juga baru kelas sepuluh." "Tapi ini adalah janji yang harus ditepati. Dan juga ini sudah jadi keputusan final dari kedua b...