Hari terus berlalu, yang lalu biarlah berlalu. Semenjak Rayhan kembali ke Amerika, Hani sudah lebih bisa menerima Ivan di kehidupannya.
Contohnya saja pagi ini. Mereka berangkat berdua menggunakan motor sport Ivan. Sebenarnya Hani sedikit ragu dengan perasaannya pada Ivan. Namun kata-kata sahabatnya kembali tergiang di kepalanya.
Dan akhirnya ia menerima ajakan untuk berangkat bareng dengan Ivan. Ia berpikir tidak ada salahnya memberi kesempatan bagi Ivan untuk bisa belajar menjaga dan menyayanginya.
"Hani berangkat dulu ya, ma." pamitnya pada Rani.
"Iya hati-hati di jalan. Oh iya nak Ivan, tante minta tolong bawa motornya jangan kebut-kebutan. Lagian masih jam 6 ini." pesan Rani pada Ivan.
Ivan tersenyum dan mengangguk. "Iya tan, kalo gitu kita duluan. Assalamualaikum," ucap Ivan sambil mencium punggung tangan Rani.
"Waalaikumsalam."
Kemudian giliran Hani yang mencium tangan Rani. "Berangkat ya ma, assalamualaikum."
"Iya sayang, waalaikumsalam." balas Rani.
Kemudian Hani memakai helm yang diberikan oleh Ivan. Lalu naik di jok belakang dengan berpegangan bagian belakang.
"Loh kok gak pegangan nak Ivan sih Han?"
Ivan yang mengerti maksud Rani pun langsung meraih kedua tangan Hani yang sudah tidak berpegangan lagi pada bagian belakang. Ia meletakkan tangan Hani di pinggangnya.
Awalnya Hani sempat terkejut. Namun ia kembali menetralkan raut wajahnya. Akhirnya ia menurut saja, dari pada memperpanjang masalah.
"Mari tan,"
"Iya hati-hati."
Ivan mulai melajukan motornya dan pergi meninggalkan kediaman keluarga Wijaya. Tak ada obrolan diantara keduanya. Hanya hening yang menemani mereka.
~~~
Sesampainya di sekolah, Ivan langsung memarkirkan motor sportnya di parkiran yang telah disediakan.
Saat keduanya turun dari atas motor banyak pasang mata yang menatap mereka dengan tatapan yang berbeda-beda. Bahkan dari depan pintu gerbang pun sudah ada yang sedemikian rupa.
Hani yang ditatap seperti itu sudah malu setengah mati. Apa lagi oleh senior-senior nya. Ia takut akan mendapatkan masalah. Bukannya ia ingin berlari dari masalah. Hanya saja ia malas meladeni manusia seperti mereka yang tidak tau kebenarannya.
"Gausah ditanggepin, cuek aja. Kalo ada yang berani sama lo, langsung bilang ke gue." ucap Ivan dan meraih tangan Hani untuk ia genggam.
Terkejut.
Semuanya terkejut tak terkecuali Hani yang melihat sikap Ivan terhadapnya. Yang bisa dikatakan ehm ... sweet?
Siapa yang tidak terkejut jika ada manusia dingin seperti Ivan tiba-tiba mau jalan bergandengan tangan dengan perempuan?
Biasanya para cowok dingin tidak akan melakukan hal sedemikian rupa. Karena mereka akan menjaga image mereka di hadapan umum.
Hani mendongak dan tatapan matanya bertemu dengan Ivan. "Lepasin tangan lo!" paksa Hani.
"Gak akan! Gue akan pastiin kalo lo selamat sampai kelas! Sekali lagi lo ngebantah, gue bakal bilang ke semua anak disini kalo kita pacaran!!" ucap Ivan tegas.
Seketika Hani diam membisu. Mau tidak mau ia harus menuruti ucapan Ivan barusan. Dan setelah itu mereka berdua berjalan beriringan sambil bergandengan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Ketua OSIS [COMPLETED]
Teen Fiction"Apa ma? Aku dijodohin?!" "Iya, sayang, dan kamu harus menerimanya." "Nggak ma, aku nggak mau ... lagian aku masih SMA dan aku juga baru kelas sepuluh." "Tapi ini adalah janji yang harus ditepati. Dan juga ini sudah jadi keputusan final dari kedua b...