Semenjak kejadian dimana Hani disiram air oleh Vina dan Farah, Ivan sekarang menjadi lebih waspada. Untuk itu setiap istirahat ia selalu menjemput Hani di kelasnya. Seperti saat ini, ia tengah menunggu di depan kelas Hani.
"Baru selesai?" tanya Ivan pada Hani yang baru saja keluar dari dalam kelas.
"Iya, udah lama?"
"Belum, temen-temen lo mana?"
"Udah pada duluan, tadi gue nyalin jawaban dulu."
"Oh, yaudah ayo."
Ivan pun beralih menggenggam tangan Hani. Sekarang Hani sudah tidak malu entah itu dengan seniornya ataupun dengan seangkatan nya. Karena ia sendiri merasa lebih aman jika dekat dengan Ivan.
Sesampainya dikantin mereka langsung duduk di bangku yang sudah ada teman-teman mereka.
"Panas banget sih hari ini," ucap Arif sambil mengibaskan tangannya di depan wajahnya.
"Enggak tuh." balas Cinta yang duduk disebelah Arif.
"Haduh, ini anak satu polosnya minta ampun." ucap Arif berusaha sabar.
Lalu Oliv yang paham pun langsung menendang kaki Cinta. Dan memberi kode sambil melirik kearah Hani dan Ivan yang baru saja datang.
"Oh, iya nih panas banget. Es batu dong es batu."
"Lo gimana sih Cin, es batunya kan udah cair." balas Aldi sambil melirik Ivan.
"Eh iya lupa gue, udah ya."
Kemudian Hani dan Ivan pun duduk bersebelahan. Mereka tidak memesan makanan ataupun minuman karena sudah dipesankan oleh Radit dan Oliv tadi.
"Kalian kepanasan?" tanya Hani.
"Iya Han, soalnya mata gue udah ternodai." balas Cinta.
Hani mengernyitkan dahinya bingung. "Ternodai gimana sih, Cin?" tanya Hani.
"Itu tadi ada cewek sama cowok pegangan tangan terus dari kelas sampe kantin." ucap Cinta.
Hani yang paham pun langsung tersipu malu mendengarnya. Pipinya seketika berubah menjadi merah.
"Ciee ... blushing nih yeee." ucap mereka semua kecuali Ivan.
Ivan hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Hani yang seperti itu.
"Udah pesen kan?" tanya Ivan.
"Udah Van," sahut Radit.
Tak lama makanan yang dipesan pun datang dan mereka segera menyantapnya.
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang menyaksikan adegan mereka sedari tadi. Hatinya terasa sesak namun ia bukan siapa-siapa yang bisa menegur salah satu dari mereka.
"Tyas," panggil seseorang sambil menepuk pundaknya.
"Eh, Niko."
Ya! Cewek tadi adalah Tyas dan yang baru datang adalah Niko. Lalu Niko duduk di bangku yang langsung berhadapan dengan Tyas.
"Tumben sendirian?" tanya Niko.
"Iya, yang lain gak tau pada kemana."
Niko hanya ber 'oh' ria saja. Namun saat ia memperhatikan wajah Tyas ada sesuatu yang berbeda.
"Kamu abis nangis ya? Kok mata kamu sembab terus hidung kamu merah gitu?"
"Nggak kok tadi cuma kepedesan aja." balas Tyas sambil tersenyum paksa.
"Jangan bohong! Aku tau kamu itu lagi bohongin aku, iya kan?"
Tyas hanya diam tak bergeming sedikitpun. Ia terus menatap lurus kearah belakang Niko. Karena Niko penasaran, maka ia mengikuti arah pandang Tyas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Ketua OSIS [COMPLETED]
Teen Fiction"Apa ma? Aku dijodohin?!" "Iya, sayang, dan kamu harus menerimanya." "Nggak ma, aku nggak mau ... lagian aku masih SMA dan aku juga baru kelas sepuluh." "Tapi ini adalah janji yang harus ditepati. Dan juga ini sudah jadi keputusan final dari kedua b...