Part 42

115K 5.3K 137
                                    

Disisi lain

Hani baru saja keluar dari toilet. Ia berniat kembali ke lapangan menemui Ivan. Namun langkahnya terhenti karena ada yang mencekal lengannya dari belakang.

Ia menoleh dan mendapati Niko yang tersenyum manis ke arahnya. Hani melihat lengannya yang masih dicekal oleh Niko. Sontak saja Niko mengikuti arah pandang Hani. Ia segera melepas cekalannya.

"Sorry, Han, gak bermaksud."

"Iya gapapa kak. Kak Niko dari mana?"

"Abis dari ruang OSIS. Lo sendiri dari mana?"

"Oh, gue dari toilet."

"Kenapa belum pulang?"

"Nemenin Ivan latihan basket."

"Oh, boleh gue ngomong sama lo? Bentar aja, gue lagi butuh tempat berbagi."

Hani menimang-nimang tawaran Niko. Lalu akhirnya ia mengangguk kecil.

Niko tersenyum lalu membawa Hani ke taman belakang sekolah. Mereka duduk di salah satu bangku disana.

"Kak Niko mau cerita apa?"

"Sebenernya gue suka sama Tyas dan itu udah lama. Rasa itu muncul waktu kita kelas sepuluh. Saat itu gue satu kelompok sama dia waktu MOS." Niko mulai bercerita.

"Disitu kita jadi temen baik. Karena dia belum kenal siapa-siapa selain gue. Setelah MOS berakhir kita tetep jadi temen deket. Tapi lo tau sendiri kalo cewek sama cowok jadi temen deket, pasti salah satu dari mereka ada yang suka. Dan itu terjadi sama gue."

"Tapi gue berusaha buat gak ungkapin perasaan ini dulu. Lama gue pendem sampe akhirnya ada seseorang yang udah nembak Tyas duluan. Dan yah ... Tyas terima cinta orang itu. Disitu gue bingung gue harus seneng atau sedih. Tapi gue berusaha buat seneng aja. Walaupun Tyas bahagianya bukan sama gue."

"Waktu terus berjalan sampe pas kenaikan kelas, Tyas putus dari pacarnya. Lebih tepatnya Tyas yang mutusin. Gue tau apa alasan dia mutusin cowoknya. Dan yah ... menurut gue kurang masuk akal. Tapi mungkin menurut dia masuk akal aja."

"Saat itu gue seneng dia udah putus. Dengan kata lain ada kesempatan buat gue deketin Tyas lagi. Dan rasa itu sampe sekarang masih ada. Mungkin gak akan pernah hilang, Han. Satu yang buat gue kesel sama Tyas. Beberapa bulan yang lalu gue liat dia ngomong sama nenek sihir. Dan betapa begonya dia mau aja nurutin kemauan dua nenek sihir itu."

"Vina sama Farah?" tebak Hani.

Niko menoleh kearah Hani. Ia terkejut bagaimana bisa Hani tau?

"Dari mana lo tau?"

Hani terkekeh pelan. "Gue aja manggil mereka juga nenek sihir. Gak sudi gue kalo harus manggil mereka dengan embel-embel kak. "

"Mereka yang udah bikin seragam gue basah kuyup. Dan disaat itu juga gue muak ngeliat mereka. Kakak kelas kok kelakuannya gak banget."

"Udah, Han, jangan dibawa emosi. Lupain aja tentang dua nenek sihir itu."

"Terus inti dari permasalahan yang mau lo ceritain itu apa?"

"Gue takut Tyas terpengaruh sama mereka. Asal lo tau, Han, Tyas itu cewek yang polos. Dia berteman sama siapa aja. Dan orang-orang kayak dua nenek sihir seneng banget bisa manfaatin Tyas. Gue kesel sebenernya kenapa Tyas gak curiga sama sekali."

"Menurut gue lo harus jagain kak Tyas setiap saat deh. Gue takut dia bakal lebih terjerumus sama ulah nenek sihir itu."

"Dan itu akan berakibat buat hubungan lo sama Ivan." lanjut Niko dalam hati.

Married With Ketua OSIS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang