Hani dan Ivan telah tiba di sebuah mall ternama di Jakarta. Hani turun dari motor sport Ivan dan melepaskan helm yang ia kenakan. Lalu diberikan pada sang empunya.
Mereka berdua berjalan beriringan memasuki mall tersebut.
Sudah sekitar 15 menit mereka hanya keliling mall tersebut. Dan Hani peka akan hal itu, lalu Hani mencekal pergelangan tangan Ivan. Sang empunya pun menghentikan langkahnya.
Satu alis Ivan terangkat. "Kenapa?"
"E-eh sorry." ucap Hani sambil melepaskan cekalannya.
"Lo mau ajak gue kemana sih. Dari tadi perasaan cuma muter-muter doang," lanjut Hani.
"Gak tau." jawab Ivan dengan santainya.
"APA! LO BILANG GAK TAU?!" ucap Hani emosi.
"Berisik." ucap Ivan seraya meninggalkan Hani sendirian.
Hani tidak ingin tinggal diam, ia segera berlari untuk mensejajarkan langkahnya dengan Ivan.
"Heh! Kalo gak tau arah tujuannya kemana, ngapain lo ngajak gue kesini?!!" bentak Hani.
Ivan berhenti dan berbalik. Ia berjalan mendekat kearah Hani. Tanpa diduga, ia menarik pergelangan tangan Hani.
Hani sempat terkejut, namun buru-buru ia mengubah raut wajahnya menjadi datar kembali. Tak hanya itu keadaan jantungnya yang tiba-tiba berdetak lebih cepat. Ia bingung apa yang akan dilakukan oleh Ivan kepadanya. Namun ia hanya bisa menurut tanpa membantah lagi.
Kening Hani berkerut karena ia dibawa ke sebuah restoran yang ada di mall ini.
"Ngapain kesini?" tanya Hani polos.
"Ck, ya makan lah." ucap Ivan.
Hani hanya ber 'oh' ria saja. Lalu mereka duduk dan mulai memesan makanan.
"Pesen apa?" tanya Ivan masih datar.
"Spaghetti sama milkshake stroberi." ucap Hani seadanya.
"Spaghetti 2 dan milkshake stroberi 2." ucap Ivan pada pelayan.
Pelayan pun mencatat apa yang barusan Ivan katakan.
"Baik mohon ditunggu 15 menit." ucap pelayan sopan dan berlalu dari hadapan kedua sejoli itu.
Hening.
Ya. Tak ada yang memulai percakapan untuk mencairkan suasana. Mereka sibuk dengan handphone masing-masing.
"Es batu," panggil Hani pada Ivan.
Namun yang dipanggil hanya diam sambil terus memperhatikan ponselnya itu.
"Heh! Gue ngomong sama lo kulkas!" Hani mulai sedikit kesal karna tidak ada respon sama sekali.
"Ivan Putra Pratama Dirgantara!" nada bicara Hani sedikit meninggi dan mengakibatkan semua pengunjung menoleh kearah mereka berdua.
Ivan yang merasa namanya terpanggil pun mendongakkan kepalanya. Ia melihat wajah merah padam Hani yang sangat menggemaskan menurutnya.
Tapi ada sesuatu yang aneh. Kemudian ia menoleh ke sekitar dan betapa terkejutnya ia saat mendapati semua pengunjung menatap aneh kearah meja yang ia dan Hani tempati.
Ia langsung menoleh kearah Hani dan memberikan tatapan tajamnya.
"Diem!" peringatnya pada Hani.
Hani menghela napas kasar dan berujar. "Salah lo sendiri, dari tadi dipanggil gak nyaut-nyaut."
"Apa?"
"Ha?"
"Lo mau ngomong apa?" ulang Ivan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Ketua OSIS [COMPLETED]
Teen Fiction"Apa ma? Aku dijodohin?!" "Iya, sayang, dan kamu harus menerimanya." "Nggak ma, aku nggak mau ... lagian aku masih SMA dan aku juga baru kelas sepuluh." "Tapi ini adalah janji yang harus ditepati. Dan juga ini sudah jadi keputusan final dari kedua b...