Seorang laki-laki berperawakan tinggi dengan rambut yang acak-acakan berdiri di depan pintu UGD dengan harap cemas. Bahkan ia sudah tidak bisa dikatakan hanya berdiri. Melainkan berjalan mondar-mandir menunggu kabar dari orang yang ada di dalam sana.
"Van gue tau lo khawatir sama Hani. Tapi tolong lo juga harus tenang. Kasian Hani, dia di dalem lagi berjuang. Dan seharusnya lo duduk sambil merapalkan doa buat Hani. Bukannya mondar-mandir gak jelas kayak gini" ucap Radit sambil menepuk bahu Ivan.
Cowok itu mengusap wajahnya kasar. "Gue khawatir Dit, istri gue di dalem lagi bertaruh nyawa sedangkan gue lo suruh cuma duduk doang? Iya?!" bentak Ivan emosi.
Tubuhnya luruh ke lantai dan duduk bersandar pada tembok rumah sakit. Persetan tadi dengan dirinya yang membentak Radit. Ia sungguh khawatir bukan main.
Rayhan berjalan dengan penampilan lusuh menghampiri adik iparnya itu.
"Bangun! Jangan cengeng Van. Gue tau lo sayang bahkan cinta mati sama adik gue. Dan gue tau posisi lo sekarang. Makanya itu lo seharusnya mohon sama yang diatas supaya Hani selamat dan bisa kumpul sama kita lagi" ucap Rayhan sambil membangunkan Ivan dibantu Arif dan Aldi.
Mereka mendudukkan Ivan di kursi tunggu. Disana anak cewek sudah menangis histeris.
"Lo udah makan?" tanya Aldi.
Hanya gelengan kepala yang Aldi dapatkan.
"Yaudah gue beliin"
"Gausah" cegah Ivan.
Arif menggeram kesal dengan sahabatnya yang satu ini. "Van! Plis kali ini aja lo jangan egois! Kalo lo gak makan dan Hani sampe tau, apa lo mau liat dia sedih?! Jangan mentingin ego Van"
Ivan menjambak rambutnya frustasi. Air matanya terus mengalir mengingat bagaimana keadaan terakhir istrinya. Wajah yang pucat pasi ditambah rintihan kesakitan yang sangat menyayat hati Ivan.
Darah segar yang tak henti-hentinya mengalir membuat Ivan tak tega pada Hani. Ia sudah dibuat kalang kabut dengan situasi sekarang. Mengingat sayatan pada tangan Hani tepat pada denyut nadinya.
"Iyaudah terserah lo aja"
Aldi segera beranjak bersama Arif untuk membeli makanan untuk semuanya.
Tak lama keluarga besar dari Ivan dan Hani datang. Mereka segera menanyakan bagaimana keadaan Hani.
"Nak Ivan gimana keadaan Hani? Dia gak papa kan?" tanya Rani yang sudah berurai air mata.
"Kita masih nunggu kabar dari dokter ma"
"Sabar Ran,Hani pasti selamat" ucap Vera sambil mengusap bahu Rani.
"Tapi kenapa harus dia Ver? Kenapa nggak aku aja?" racau Rani.
Kemudian pintu ruangan terbuka menampilkan seorang dokter cantik beserta dua suster dibelakangnya.
Note:anggap aja ngomongnya pake bahasa Inggris okey:)
"Keluarga pasien?" tanya sang dokter.
Ivan segera berdiri dan menghampiri dokter tersebut. "Saya suaminya"
"Jadi begini tuan, istri anda mengalami pendarahan hebat dan segera harus kami tindak lanjuti. Jika tidak nyawa beliau yang akan jadi taruhannya"
"Lakukan apa saja dok, saya mohon tolong selamatkan istri saya"
"Kami akan melakukan operasi pada nyonya Hani. Tapi maaf tuan, kebetulan rumah sakit sedang kehabisan stok darah yang sama dengan pasien. Apakah dari pihak keluarga ada golongan darah yang sama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Ketua OSIS [COMPLETED]
Teen Fiction"Apa ma? Aku dijodohin?!" "Iya, sayang, dan kamu harus menerimanya." "Nggak ma, aku nggak mau ... lagian aku masih SMA dan aku juga baru kelas sepuluh." "Tapi ini adalah janji yang harus ditepati. Dan juga ini sudah jadi keputusan final dari kedua b...