Malam harinya setelah keluarga Wijaya makan malam bersama, mereka putuskan untuk ke ruang keluarga terlebih dahulu. Itu karena permintaan Rani. Katanya ada yang ingin ia bicarakan.
Rani mengambil duduk disamping Sinta. Kemudian Rayhan angkat bicara.
"Tujuan mama ngumpulin kita disini ada apa ma?" tanya Rayhan.
"Jadi gini, sebenarnya mama ingin membicarakannya besok. Tapi berhubung kamu masih di sini, mama ajuin jadi malam ini aja."
Semuanya saling tatap, tak terkecuali Hani dan ketiga sahabatnya. Mereka saling pandang seolah-olah sedang berbicara lewat mata.
"Emangnya mama mau bicarain soal apa?" tanya Hani penasaran.
Rani tersenyum keibuan dan berujar. "Tentang kamu sayang." ucapnya lembut.
Hani yang nendengar itu langsung menaikkan sebelah alisnya. Dalam hati ia sudah berpikir pasti ada sangkut pautnya dengan perjodohan konyol itu.
"Aku?" tanya Hani sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Iya sayang."
"Jangan bilang kalo-"
"Dua bulan lagi kamu sama nak Ivan akan bertunangan."
Deg
"What!! Dua bulan lagi? Gak kecepetan?!" teriak Hani.
"Enggak dong, sayang." jawab Rani.
"Apa tidak terlalu cepat Ran?" tanya Sinta.
Rani menoleh kesamping, lalu tersenyum. "Lebih cepat lebih baik ma. Lagian kalo mereka sudah terikat satu sama lain, jadi gampang kalo ada apa-apa. Selain itu acara pertunangan ini juga akan membuat mereka semakin dekat." jelas Rani.
"Yasudah jika itu memang keputusan yang paling tepat untuk mereka. Kita sebagai kakek neneknya hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk mereka berdua ke depannya." balas Sinta dan menatap Bima.
"Iya papa juga setuju saja. Lakukan yang terbaik untuk mereka. Walaupun awalnya papa tidak yakin mereka akan menerimanya. Tetapi karena ini janji, ya mau tidak mau harus ditepati." balas Bima.
"Terima kasih ma, pa, kalian sudah setuju dengan keputusan Rani. Sebenarnya bukan Rani saja yang menginginkan pertunangan ini dipercepat. Vera sekeluraga juga demikian. Kemarin kita janjian di restoran dan membahas pertunangan ini." ucap Rani menjelaskan.
"Iya tidak apa." balas Bima.
Hani, Oliv, Cinta, dan Tasya yang sedari tadi hanya diam saja langsung saling pandang. Dari raut wajah mereka seperti menginstrupsi untuk kembali ke kamar.
"Ma, kak, grandpa, grandma, Hani sama temen-temen pamit ke kamar duluan. Udah ngantuk dan biar besok nggak kesiangan ke airportnya." ucap Hani mewakili teman-temannya.
"Yaudah gak papa. Oh iya kamu tidak keberatan kan sayang kalo pertunangan ini dipercepat?" tanya Rani was-was takut putrinya itu akan menolak.
Hani menghela napas panjang dan berujar. "Terserah mama aja, aku ngikut."
Setelah itu ia beranjak menuju ke kamar diikuti ketiga temannya yang semula sudah berpamitan kepada Rani, Rayhan, Sinta, dan Bima.
~~~
Setibanya di dalam kamar Hani hanya duduk melamun diatas tempat tidur. Oliv, Cinta, dan Tasya yang melihat sahabat mereka sedang dalam mood yang tidak baik pun segera menghampiri. Mereka duduk melingkar di atas tempat tidur.
"Lo kenapa sih Han? Kok dari tadi diem aja?" tanya Cinta.
"Kalo ada masalah cerita sama kita." ucap Oliv.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Ketua OSIS [COMPLETED]
Teen Fiction"Apa ma? Aku dijodohin?!" "Iya, sayang, dan kamu harus menerimanya." "Nggak ma, aku nggak mau ... lagian aku masih SMA dan aku juga baru kelas sepuluh." "Tapi ini adalah janji yang harus ditepati. Dan juga ini sudah jadi keputusan final dari kedua b...