Saat ini Ivan dan Hani sedang mempacking barang-barang yang akan dibawa besok pagi untuk camping di puncak.
"Udah selesai?" tanya Ivan.
Hani tersenyum simpul. "Udah, punya kamu udah?"
"Udah kok."
Mereka berdua turun ke meja makan untuk makan malam bersama. Hani mulai mengambilkan nasi, sayur, dan lauk pauk untuk Ivan.
Di tengah acara makan malam kali ini mereka berbincang-bincang ringan.
"Kamu bus dua kan?" tanya Ivan.
"Iya, sama kayak kamu."
"Boleh aku tanya?"
Hani berhenti menyuapkan nasi ke mulutnya. Ia menatap lekat mata elang Ivan. Sudah mengerti kemana arah pembicaraan kali ini.
"Soal kotak tadi?" balas Hani.
"Iya, yakin itu bukan dari Brian?"
Hani terkekeh pelan mendengar nada bicara Ivan yang sangat tidak suka terhadap Brian.
"Yakinlah, kan tadi dia bilang bukan dari dia tapi orang lain."
"Terus dari siapa?"
Hani diam dan menunduk tak tau harus menjawab apa.
Ivan memegang dagu Hani dan mengangkatnya. Manik mata mereka bertemu dan saling beradu pandang cukup lama.
"Gilang?" ucap Ivan tiba-tiba.
Tidak mendapat jawaban dari Hani, Ivan hanya bisa menghela napas panjang.
Jujur saja Ivan sedari tadi sudah penasaran dengan kotak itu. Tetapi yang ia tau Hani belum membukanya. Dan tadi ia hanya asal menebak jika kotak tersebut dari Gilang.
"Maaf udah tanya itu ke kamu. Lanjutin makannya gih." titah Ivan.
"Iya."
☆☆☆
"Kalian hati-hati, ya, disana. Ivan! Jagain Hani nya! Awas aja sampe lecet, mama gantung kamu nanti." ucap Vera.
Ivan memutar bola matanya malas. "Iya ma, Ivan pasti jagain Hani kok."
"Iya Vera, jangan khawatir. Mereka pasti baik-baik aja kok disana." timpal Rani.
"Iyaudah cepetan masuk bus gih. Nanti kalo udah sampe jangan lupa kabarin."
"Ya."
"Kita berangkat dulu, ya, ma." ucap Hani sambil menyalimi tangan Rani dan Vera diikuti Ivan.
"Iya, take care sayang."
Hani melambaikan tangannya pada dua wanita paruh baya tersebut. Senyuman selalu tercetak di bibir mungilnya. Ia dan Ivan naik ke bus dan mencari tempat duduk.
"Gue dimana Liv?" tanya Hani.
Oliv menoleh dan tersenyum. "Lo di depan gue, Han, sama kak Ivan"
Hani mengerutkan keningnya. Bukannya aturan duduk harus dengan teman sekelas terlebih dahulu? Baru setelah diabsen mereka boleh tukar tempat duduk.
Radit akhirnya angkat bicara. "Kita udah tanya sama panitia. Katanya boleh duduk sama siapa aja yang penting masih satu bus."
Hani hanya ber 'oh' ria dan segera duduk di dekat jendela. Lalu disusul Ivan yang berada tepat disampingnya.
Setelah panitia mengabsen murid-murid yang berada di bus dua. Tak lama kemudian bus mulai melaju menuju puncak Bogor.
Di sepanjang perjalanan, mereka saling berbagi cerita dan tertawa bersama. Di dalam bus ini hanya ada kelas XII IPA 1 dan XI IPA 2.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Ketua OSIS [COMPLETED]
Teen Fiction"Apa ma? Aku dijodohin?!" "Iya, sayang, dan kamu harus menerimanya." "Nggak ma, aku nggak mau ... lagian aku masih SMA dan aku juga baru kelas sepuluh." "Tapi ini adalah janji yang harus ditepati. Dan juga ini sudah jadi keputusan final dari kedua b...