Di jalan pulang Hani hanya melamun tidak jelas. Ivan yang melihat ekspresi Hani dari kaca spion pun langsung berbalik arah. Karena ia mendapat ide untuk membuat mood Hani kembali lagi.
Hani yang sadar dengan arah jalan ke rumahnya pun langsung berteriak pada Ivan agar dia mendengar.
"Van! Kita mau kemana?! Ini bukan arah jalan rumah gue tau!!"
Ivan yang masih nendengar suara Hani dari balik helm full facenya pun menjawab.
"Kita jalan-jalan dulu! Nanti gue yang izin sama orang rumah lo!"
"Tapi-"
"Gak ada penolakan." ucapnya tegas.
Hani pun kembali diam. Ia tidak berani membantah ucapan Ivan lagi. Dan ya ... dia nurut saja mau dibawa kemana sama Ivan. Yang penting dia tidak diculik. Tapi kalo mau dibawa ke pelaminan juga gak papa sih.
Lima belas menit kemudian mereka sampai di sebuah taman. Dimana disitu banyak sekali orang yang berkunjung. Entah itu anak-anak, remaja, atau pun dewasa.
Hani turun dari motor Ivan. Ia memperhatikan sekelilingnya. Sejenak ia melupakan masalah tadi pagi.
"Kita mau ngapain kesini?" tanya Hani bingung.
Ivan turun dari motor dan menghampiri Hani. Ia tersenyum dan berujar. "Mau bahagiain lo."
Seketika pipi Hani memerah hanya dengan mendengar ucapan receh Ivan. Ia memalingkan wajahnya tak berani menatap Ivan.
"Ayo ikut gue." ajak Ivan dan menggenggam tangan Hani.
Mereka duduk disalah satu bangku yang berada ditaman tersebut. Keduanya hanya diam sambil memperhatikan orang yang beralu-lalang.
"Han," panggil Ivan.
"Kenapa?"
"Lo tunggu disini dulu. Gue mau kesana bentar. Jangan kemana-mana sebelum gue balik." pesan Ivan lalu ia pergi meninggalkan Hani sendiri.
"Eh Van! Lo mau pergi kemana?!" teriak Hani.
Namun percuma saja, karena Ivan tetap terus berlari menjauh dari tempat Hani duduk sekarang. Hani mengerucutkan bibirnya sebal.
"Ish kok malah ninggalin gue sendirian kek gini sih!" gerutu Hani tidak terima.
Lama ia menunggu sambil bermain handphone. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk pulang saja kerumah.
Ia berdiri dari duduknya. "Ish nyebelin banget deh. Katanya mau bikin gue bahagia?! Tapi mana buktinya? Omong kosong doang es batu."
"Gausah marah-marah gitu, nanti cepet tua." ucap Ivan yang datang dari arah belakang.
Hani menoleh dan manik matanya bertemu dengan manik mata Ivan. Cukup lama mereka seperti itu. Hingga pada akhirnya Hani lah yang memutuskan kontak mata mereka.
"Lama banget sih lo? Dari mana aja?" tanya Hani sambil duduk kembali.
"Cariin moodboster buat lo." jawabnya sambil memberikan es krim rasa stroberi.
Seketika mata Hani berbinar. Ia ingin merebut es krim itu, namun tidak diberikan oleh Ivan.
"Iih, siniin es krimnya! Lo tuh niat gak sih buat gue bahagia?" sungut Hani.
Ivan terkekeh pelan. "Ya niat lah, tapi ada syaratnya." bisiknya ditelinga kanan Hani.
Hani yang mendengar itu pun langsung was-was. Ia mencium bau-bau modus ini.
"A-apa s-syaratnya?" tanyanya gugup.
"Simple, gue cuma mau setelah ini lo harus tetep senyum apa pun keadaan lo saat itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Ketua OSIS [COMPLETED]
Ficção Adolescente"Apa ma? Aku dijodohin?!" "Iya, sayang, dan kamu harus menerimanya." "Nggak ma, aku nggak mau ... lagian aku masih SMA dan aku juga baru kelas sepuluh." "Tapi ini adalah janji yang harus ditepati. Dan juga ini sudah jadi keputusan final dari kedua b...