Sudah satu minggu lamanya Hani dirawat di rumah sakit. Dan hari ini ia sudah diperbolehkan untuk pulang. Semua barang sudah dikemas rapi ke dalam koper.
"Udah siap semua?" tanya Rayhan.
Rayhan dan Dita memang belum kembali karena mengambil cuti selama dua minggu.
"Udah, tinggal pulang aja. Duh gue gak sabar pengen cepet tidur di kasur kesayangan gue." ucap Hani sambil tersenyum senang.
"Yaudah ayo pulang, administrasi juga udah lunas." jawab Rayhan.
Mereka semua berjalan keluar ruangan. Sahabat-sahabat Hani tidak ikut menjemput karena katanya ada urusan.
"Mau digendong?" tawar Ivan.
"Gausah aku, kan, udah sehat."
Ivan terkekeh pelan. "Jangan sakit lagi, aku gak suka kalo kamu sakit."
"Iya, Van, janji deh."
"Iya, ayo pulang."
Di lorong koridor rumah sakit ini tanpa sengaja mata elang Ivan melihat seseorang yang sangat ia kenal.
"Han,"
Hani menghentikan langkahnya dan berbalik. "Kenapa?"
"Kamu duluan aja pulangnya, aku masih ada urusan."
Mata Hani menyipit. "Urusan apa?"
"Ma-"
"Nak Ivan?" panggil seseorang dari arah belakang.
Ivan dan Hani menoleh dan tersenyum. Ivan langsung menyalami tangan wanita paruh baya yang tadi memanggil namanya. Walaupun tidak kenal, Hani tetap menyalaminya juga.
"Tante kenapa ada disini? Siapa yang sakit?"
Wanita itu diam sambil terus menunduk. "Tyas yang masuk rumah sakit."
Ivan hanya diam mendengar nama Tyas. Ia masih kesal karena cewek polos itu juga ikut membuat Hani menjadi seperti sekarang. Ia bingung kenapa Tyas mau saja diperintah ini itu oleh Vina dan Farah.
"Kambuh lagi, tan?"
Dahlia selaku ibu dari Tyas hanya mampu mengangguk. "Udah tiga hari dia dirawat. Kondisinya makin drop."
"Boleh aku jenguk Tyas tan?"
Dahlia tersenyum. "Boleh, oh iya ini siapa?"
Hani tersenyum manis kearah Dahlia. Dan begitupun Dahlia yang juga tersenyum keibuan.
"Dia Hani, pacar sekaligus tunangan Ivan tan." jawab Ivan.
Senyum dibibir Dahlia luntur secara perlahan. "Cantik ya ... cocok sama kamu Van."
"Terima kasih tante." jawab Hani.
"Eh iya ayo tante antarkan keruangan Tyas. Mari nak Hani,"
"Iya tante."
Mereka berdua mengikuti langkah kaki Dahlia. Hingga langkah kaki mereka terhenti di depan pintu ruang rawat VVIP.
Pintu dibuka dan menampilkan seorang gadis yang terbaring lemah dengan selang infus yang menjadi alat bantu pernapasannya. Dahlia meletakkan kantong plastik putih yang tadi ia bawa di nakas.
"Kalian bisa liat sendiri bagaimana keadaan Tyas sekarang."
Hani yang semula berpikir jika bukan Tyas yang kemarin menyakitinya. Sekarang menjadi bungkam, ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Apa kata dokter, tan?"tanya Ivan.
"Kondisinya semakin hari semakin drop. Apalagi tadi, selesai makan tadi dia kembali muntah-muntah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Ketua OSIS [COMPLETED]
Teen Fiction"Apa ma? Aku dijodohin?!" "Iya, sayang, dan kamu harus menerimanya." "Nggak ma, aku nggak mau ... lagian aku masih SMA dan aku juga baru kelas sepuluh." "Tapi ini adalah janji yang harus ditepati. Dan juga ini sudah jadi keputusan final dari kedua b...