Prolog

30.8K 1.8K 171
                                    

Dua manusia sibuk menjelajahi ruang berukuran enam kali delapan meter sebuah gedung apartemen. Satu di antara mereka adalah seorang gadis tampak serius meneliti tiap-tiap sudut ruangan. Mencari jika ada masalah pada ruangan. Sebab gadis itu hendak membeli sebuah apartemen.

Dan sisanya seorang pria berperawakan besar sedang menjelaskan keunggulan dari ruang apartemen. Berusaha menjawab sebisa mungkin pertanyaan calon pembeli agar tertarik untuk membeli.

"Kamar ini kedap suara kan?"

Gadis itu terus memindai selayak mesin pemindai. tidak bisa dihitung berapa kali netranya melewati objek yang sama.

"Tentu nona, apartemen ini sangat kedap suara, bahkan terompet sangkakala pun tidak bisa terdengar sampai kedalam sini"

Mereka berjalan beriringan bersama , menujuk kesana kemari bermaksud memperlihatkan kepada calon pembeli keunggulan di setiap sudut ruangan.

Gadis itu terus memutar bola matanya memastikan semua dikatakan pemilik gedung apartemen benar.

Sesuatu mengganjal di benaknya. Sebuah pertanyaan menggelitik nurani penasarannya. pertanyaan belum sempat di lontarkan karena tidak memiliki ruang untuk mengajukan, sebab harus mendengar rentetan ucapan pemilik gedung apartemen yang tidak terlalu digubrisnya.

"Siapa pemilik apartemen ini sebelumnya?" Pria bertubuh tambun itu kikuk lalu menelan salivanya, berusaha agar tetap tenang. Memang dari awal si pria tahu cepat atau lambat ia akan mempertanyakan hal itu padanya.

"Dia seorang pria, saya tidak terlalu mengenalnya nona. Karena dia jarang sekali di apartemen. dan anda tahu nona, semua penguni apartemen adalah orang baik dan ramah, otomatis pemilik apartemen sebelumnya juga orang baik" pria itu terus memuji agar gadis itu tidak lagi bertanya lebih dalam tentang pemilik sebelumnya

"Apa ia sudah menikah?"

"Ah aku kurang tahu nona"

"kamar bernuansa gelap, aku yakin pria itu belum menikah" gadis itu menebak-nebak.

"Mungkin saja"

"Dia tidak membawa propertinya?" Pertanyaan kedua milik berhasil kembali membuat keringat dingin pria itu mengucur. Berusaha setenang mungkin agar tidak ada kecurigaan di antara mereka.

"Ya begitulah nona, sepertinya lelaki ini memang butuh uang, menjual semua yang ada di dalam ruangan ini" lirih pria itu tertawa aneh.

"Begitukah?" Hasrat penasaran semakin menggelitik, ketika netranya kini menangkap sebuah objek dari dalam kamar. Sebuah lemari klasik berwarna coklat tua di pojokan kamar yang kebetulan terbuka. Gadis itu perlahan melangkah dan hendak mendekati lemari. Namun tindakannya di cegat oleh pemilik gedung dengan alasan lemarinya sangat kotor. Bodohnya ia percaya begitu saja dan mengagalkan niatnya.

"Jadi bagaimana nona, anda berminat?" Pria itu berusaha mengganti topik agar gadis itu tidak menjajah dengan hasrat penasarannya.

"Hmmm...Kalau begitu bisa kau mengganti warna kamar ini agar menjadi lebih hidup, dan juga properti penghuni sebelumnya biarkan saja. Soalnya masih bagus. Aku akan menggunakannya. minggu depan aku angkat barang"

"Jadi anda bersedia membelinya?"

"Dengan harga sangat miring seperti ini, mana mungkin aku menolak Tuan Jang. oh iya saya harap anda menyelesaikan renovasi tiga hari sebelum saya angkat barang, karena saya tidak tahan dengan bau cat"

"Baik nona, mari silakan keruangan dan selesaikan administrasinya"

"Iya baiklah"

¤¤¤

BOY MEETS EVIL || Min YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang