Bagian Empat Puluh Sembilan

5K 648 70
                                    

"Maafkan kami ya sayang, jika bukan karena pekerjaan mendadak ini mungkin kita masih bisa berlama-lama di sini" Ibu Heeko menyeka air mata putrinya yang terlanjur mengalir.  Belum sampai tiga hari kedua orang tuanya harus kembali ke Jepang dengan alasan pekerjaan yang tidak bisa di tinggalkan.

"Tidak apa ibu, ayah. Aku akan baik-baik saja" Dusta Heeko. Air mata gadis itu kembali mengalir deras tanpa terisak.

"Hela aku titip putriku padamu ya"
Netra wanita paruh baya tersebut kini beralih menyorot gadis yang juga ada di sebelah Heeko.

"Iya bibi" Yoonji tersenyum manis menyahut ucapan ibu Heeko dengan lembut.

"Ibu harap kau segera memberhentikan bodyguard itu. Ibu tidak menyukainya"

Heeko membantu, ditatapnya ibu dan ayahnya secara bergantian. Heeko ingin protes namun agar tidak ada cekcok di suasana seperti ini, Heeko memilih bungkam dan mengiyakan apa pinta ibunya.

"Kalau begitu kami pergi dulu. Ingat, Jika kau muak disini pintu rumah selalu terbuka untukmu"  giliran sang ayah bersuara sembari mengacak rambut putrinya.

Heeko mengangguk lamban. Kedua orang tuanya kini sudah berada di dalam bandara. Dan sudah saatnya Heeko dan Yoonji pergi dari tempat itu.

"Yoonji, kau mau makan dimana?" Tawar Heeko menuju tempat dimana mobilnya terparkir.

"Hmmm aku ingin makan kim..." belum sempat Yoonji menyelesaikan ucapannya kini Heeko melorot begitu saja.

"Kak, kau tidak apa-apa?" Yoonji menjongkok bermaksud membantu Heeko yang tiba-tiba roboh.

"Aku tidak apa-apa, hanya sedikit pusing"

"Kalau begitu kita pulang saja" Yoonji membantu Heeko kembali berdiri. Dan memapahnya menuju mobil.

"Yoonji, kau bisa menyetir?"

"Tentu kak, kakak tenang saja"

¤¤¤

Siang berganti malam. Matarari kini memberikan tugasnya pada sang raja malam beserta milyaran anak buahnya. Sayup-sayup terdengar nyanyian burung malam bergembira hati. Sungguh malam yang menenangkan.

Heeko tersentak dari tidurnya, netranya berkelana mencari jam yang tergantung di salah satu dinding kamarnya. Pukul delapan malam. Sudah berapa lama Heeko tertidur?. Gadis itu memutar otak mengingat kapan terakhir kali ia sadar. Pukul sebelas pagi, ya benar. Pukul sebelas pagi ia sudah start untuk tidur. Pusing hebat yang tiba-tiba membuatnya harus beristirahat.

Heeko meraih ponselnya di atas nakas. Mengecek apakah ada notifikasi pesan ataupun panggilan dari Yoongi. Nihil, ia tidak menemukan itu. Dengan perasaan amat bersalah Heeko memberanikan diri menghubungi Yoongi kembali, berharap pria itu mengangkat teleponnya. Namun saat Heeko hendak menghubungi sebuah pesan masuk dari pria yang dimaksud.

"Temui aku di atap gedung"

Begitulah isi pesan itu kira-kira.
Heeko merasa hatinya sedikit lega, ternyata Yoongi masih peduli padanya. Heeko kemudian menghambur ke kamar mandi membersihkan diri dan berpamitan pada Yoonji dengan alasan membeli obat. Walau memang Heeko masih sedikit pusing.

¤¤¤

Di atas sana, samar-samar Heeko melihat siluet seseorang berada di tepi gedung. Heeko mendekati dengan perlahan. Itu memang Yoongi. Pria itu tengah duduk di pembatas gedung tanpa rasa gamang sama sekali.  Iris sipitnya berkelana kesana kemari memperhatikan sesuatu yang menarik perhatiannya di bawah sana.

Heeko berdiri de belakang Yoongi diam seribu bahasa. Lidah tiba-tiba kelu untuk menyapa. Bibirnya lumpuh untu berucap. Ketidak enakan hatinya yang mengusir Yoongi kala itu masih membekas di hatinya. Apakah Yoongi menyadari keberadaanya, Heeko tidak tahu.

"Tetaplah disana jangan mencoba ikut duduk di sampingku" Yoongi bersuara. Hati Heeko menghangat begitu sekaligus bingung dengan ucapan Yoongi barusan. Hangat saat kembali mendengar suara yang di rindukan Heeko selama hampir empat hari tidak pernah di dengarnya. Bingung kenapa Yoongi melarangnya duduk di sana. Apakah lelaki itu masih marah, atau malah sebaliknya.

Heeko tidak merespon, gadis itu masih setia menatapi punggung suaminya. Tanpa bergerak sama sekali.

Yoongi kemudian memutar tubuhnya, menghadap ke arah Heeko yang tampak kaget. Yoongi kemudian berdiri dan meraih pinggang istrinya untuk didekapnya dengan hangat.

"Yoongi" bisik Heeko spontan. Gadis itu kaget dengan perlakuan Yoongi yang tidak diluar ekspetasinya. Memeluknya? Bukankah Yoongi marah padanya?.

"Aku merindukamu" bisik Yoongi berhasil menghangatkan hati Heeko.

"Bukankah kau marah padaku?"

"Tidak, kenapa kau berpikir begitu?"

"Aku mengusirmu waktu itu, dan mengatakan kau adalah bodyguard ku"

Yoongi tertawa remeh, tak habis pikir kenapa istrinya sampai berpikir demikian. Yoongi kemudian melepaskan pelukan dan meletakan kedua tangannya di pundak Heeko.

"Aku dulu pernah bilang, kau bebas melakukan apa saja, memperlakukan ku seperti apa, termasuk mengusirku seperti ini"

Benar, Yoongi pernah berkata demikian. Tapi tetap saja Heeko merasa tidak enak.

"Lalu kenapa kau tidak mengangkat panggilan dan mengabaikan pesanku, dan kau hanya membalas pesan Yoonji"

"Saat itu aku bersama Namjoon, bukankah kau memintaku untuk bekerja disana, jadi aku menemuinya.  Sebab itu aku tidak bisa mengangkat telepon ataupun membalas pesanmu"

"Benarkah begitu?"

Yoongi mengangguk lamban. Kini Heeko merasa lega, prasangka demi prasangka buruk mengenai suaminya selama beberapa hari kebelakang ternyata tidaklah demikian. Yoongi tetap lah mencintai Heeko dan Heeko juga sebaliknya.

¤¤¤

"Ah sial, apa Kak Heeko tersesat. Kenapa lama sekali. Apa ia lupa kalau aku kelaparan" Yoonji terus saja mengumpat, seharian penuh Yoonji belum makan. Setia menunggu Heeko bangun namun saat Heeko bangun wanita itu malah menghilang dengan alasan membeli obat, apa Heeko lupa jika ada seorang yang tidak bisa masak dan menunggu makanan darinya.

"Apa aku harus ke mini market saja" Yoonji tersenyum puas dengan idenya. Walau ia tidak di izinkan pergi sendirian namun demi keberlangsungan hidupnya ia melanggar aturan itu, setidaknya mereka tidak tahu.

Beruntung Yoonji pernah melihat uang terselip di lemari dapur, jadi wanita itu tidak perlu meminta pada siapun. Kemudian lekas pergi.

Setelah membeli apa yang diinginkannya sudah saatnya Yoonji pulang, namun di perjalanan menuju pulang Yoonji merasa tidak enak. Yoonji seperti di ikuti seseorang. Yoonji berusaha menepis segala prasangka buruk yang memenuhi benaknya. Akan tetapi semakin Yoonji berjalan auranya terasa kuat. Hingga gadis itu lelah dan berteriak.

"Hey siapa disana? Jangan mengikuti ku seperti itu" pekiknya kesal. Tidak ada respon dari siapa-siapa. Yoonji kembali melanjutkan langkahnya dengan cepat namun perasaan itu kembali terasa.

"Siapapun kau, ini tidak lucu, keluarlah, aku tidak akan melukaimu" pekiknya lagi.

Muncul sesosok siluet pria dari balik gang gelap di ujung sana, sosok itu tampak ragu menampakan dirinya. Pria itu itu berjalan mendekati Yoonji. Tepat di bawah remang lampu jalan pria itu berhenti dan parasnya itu tampak jelas.

"Lama tidak jumpa Yoonji" lirih pria itu serak.

Yoonji terkejut. Kakinya itu membatu, seperti ada yang mencekat lehernya sehingga Yoonji lupa cara bernafas dengan benar. Yoonji amat kenal betul siapa pria yang berjarak tiga meter di hadapannya.

"Ji-Ji-Jimin?"

Tbc.
Hayooo tebak, kira-kira Jimin siapa hayo? Kenapa Yoonji kaget ketemu Jimin?

Bai the wai Maaf baru bisa update sakarang, bikos baru bisa bikin tadi  hoho...

Kritik dan saran di terima ya, luv U

BOY MEETS EVIL || Min YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang