Heeko sedang berperang mengalahkan ketakukatanya. Memberanikan diri menyentuh ujung lengan lelaki sekarat tersebut. Merasakan nadi itu masih berkedut atau tidaknya.
"Masih hidup" Heeko tersenyum lega ketika jemarinya merasakan kedutan di pergelangan tangan lelaki itu. Kemudian beralih ke dada lelaki itu. Mencoba merasakan detak jantung lelaki itu. Heeko mendengar detak jantungnya semakin melemah.
Tidak mampu menggendong, Heeko menyeret lelaki itu menuju kamarnya. merebahkan tubuh tak berdaya penuh darah di ranjang miliknya. Ia hendak memberikan pertolongan pertama. Tanpa ragu Heeko, membuka jaket dan kaos dikenakan lelaki tersebut kemudian menjelajahi tiap sudut tubuh yang dipenuhi luka lecet dan memar.
Irisnya kini menangkap sebuah luka menganga dibalik ban pinggang celana lelaki tersebut. Luka itu tampak seperti bekas tusukan. Heeko berspekulasi darah yang memenuhi pakaian lelaki sekarat itu dan juga mengenai tanganya berasal dari sana. Heeko lalu menggenggam tangan lelaki itu merasakan telapak tangannya semakin mendingin.
Heeko merasa tidak mampu memberikan tindakan pertolongan selanjutnya, berniat memanggil ambulan. Akan tetapi saat Heeko hendak menelepon sebuah tangan merampas ponsel tersebut membuatnya terperanjak kaget.
"Jangan memanggil ambulan" titah pria itu sesak, dan bagaimana pria lemah di hadapannya bisa tahu kalau Heeko sedang menelpon ambulan. Dan sejak kapan ia siuman? Pria itu semakin membuat Heeko bergidik ngeri ketika netranya menatap tajam manik miliknya.
"maafkan saya, jadi apa yang harus saya lakukan? Anda semakin melemah" pria itu tidak mengindahkan Heeko, ia tampak sibuk mencari sesuatu di sekitarnya dengan serius.
Heeko merasa dirinya seperti adegan dalam film bergenre thriler dimana seorang gadis tengah disandra lalu dijadikan budak oleh penculik.
Jujur saja Heeko sangat membenci situasi ini. Ia amat bersyukur jika ia dapat hilang dari tempat ini dan mengapus semua ingatan tentang kejadian ini. Akan tetapi itu hanyalah angan-angan bodoh dari penderitaan seorang gadis. Mau tidak mau Heeko harus menghadapi kenyataan yang ada di hadapannya.
"Panggil orang ini" kesekian kali Heeko terlonjak dengan tindakan pria yang tidak bersuara sama sekali ketika bergerak. Ia menyodorkan ponselnya pada Heeko. "Kim Taehyung" begitulah nama kontak yang tertera pada layar ponsel lelaki itu.
Takut akan tatapan pria yang semakin membuatnya bergidik. Heeko melakukan apa yang diperintahkannya.
"Iya kak?" suara berat seorang pria muncul dari dalam ponsel ketika Heeko menekan tanda memanggil di ponsel..
"Maaf, apa anda Kim Taehyung?" Heeko memastikan pemilik suara itu memang seseorang yang dimaksud.
"Kau siapa? Dimana Kakak?" Suara berat itu masih saja terdengar lembut walau intonasinya sedikit naik.
"Maaf sebelumnya, seseorang yang anda panggil kakak itu tengah sekarat"
"Ah jangan lagi, siapa anda sebenarnya? Dan dimana lokasimu?" Pria itu kembali menanyakan siapa wanita yang berani memegang hal pribadi milik orang lain. Heeko tidak menggubris sama sekali dan hanya terfokus pada ucapan yang hendak dilontarkan.
"Itu tidak penting sekarang, yang terpenting saat ini selamatkan saya maksudku selamatkan kakak mu itu" Heeko menaik kan intonasinya beriringan dengan semakin gelisah di situasi ini.
"Baiklah anda dimana?"
"Apartenen Sweetland gedung C no 2606"
"Aku kesana"
Panggilan itu kini berakhir. Heeko menyudahi panggilan dengan nafas terengah-engah. Ia masih dalam keadaan panik bahkan lebih dari sebelumnya. Kini harapannya adalah menunggu pria bernama Kim Taehyung datang memberikan pertolongan segera mungkin dan menyelamatakannya dari situasi mengerikan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOY MEETS EVIL || Min Yoongi
FanfictionYoo Heeko, gadis keturunan Jepang dan Korea mencoba mencari peruntungan di negeri Ginseng sembari belajar hidup mandiri. Gadis itu baru saja mulai menata hidup barunya. Membeli sebuah apartemen di Kota Seoul. Siapa sangka apartemen yang di beli deng...