Bagian Lima

11.2K 1.2K 82
                                    

Haruna meninggalkan kafe Heeko dengan langkah terburu-buru. Menyadari kalau 15 menit kemudian harus berada di tempat kerjanya.

Haruna berjalan sedikit berlari. Otaknya memacu kinerja tubuh agar cepat sampai di lokasi. Kecerobohan bisa saja terjadi jika ia terus mendorong dirinya terlalu dalam. Dan kini Haruna tengah mengalaminya.

Haruna menyusuri trotoar mempertemukannya dengan sebuah zebra cross persimpangan padat.

Mata beriris coklat miliknya tidak dipergunakan dengan baik. Haruna melangkah pasti menyeberangi jalanan tanpa memperhatikan rambu lalu lintas berwarna merah untuk pejalan kaki. Ia lengah.

Menyadari ada yang tidak beres, Haruna mendongak memindai hal di sekitarnya. Tidak ada pejalan kaki lain yang berjalalan bersama atau pun berlawanan arah. Melainkan sebuah mobil berkecepatan tinggi melaju ke arahnya. Haruna tertohok, kepanikan melanda dirinya. Kaki Haruna membatu, bahkan seluruh tubuhnya pun ikut membatu.

Para pejalan kaki berteriak agar Haruna menghindar. Namun ia seolah kehilangan pendengaran. Haruna terdiam bersiap menuju alam yang berbeda.

Mobil itu melakukan pengereman mendadak, menimbulkan suara decitan ban yang memekakkan telinga.

Kini mobil itu berhenti, meninggalkan jejak hitam di jalan, hanya berjarak beberapa senti dari lutut Haruna. Gadis yang nyaris menemui ajal jika si pengemudi kehilangan kendali.

Haruna hampir meledak, kakinya tidak mampu menopang tubuhnya langsung roboh seketika.

Pengemudi ternyata seorang lelaki segera turun memastikan Jika gadis nyaris ditabranya itu baik-baik saja. Haruna kini ditemukan tergeletak pucat.

"Nona anda tidak apa-apa?" Haruna tentu tidak mungkin menjawab secara ia sudah hilang kesadaran.

"Permisi, bisa bantu aku memasukkanya kedalam mobil" pinta pria itu kepada pejalan kaki sudah dari tadi mengerubungi mereka.

¤¤¤

"Dia baik-baik saja, ia hanya syok" dokter keluar dari salah satu kamar rawatan menemui pria dari tadi mondar mandir di sekitar pintu.

"Benarkah? Tidak ada luka apapun?" Pria pengemudi itu tampak gugup.

"Iya"

"Kau sudah memastikannya dokter?"

"Sudah tuan, dia baik-baik saja"

"Lebam lecet atau tergores, atau mungkin..."

"Tidak ada terjadi apa-apa, jangan membuatku tertawa dengan tingkah anda. Pacar anda akan segera membaik, percayalah" lelaki itu tertegun saat dokter mengucapkan kata "kekasih"

Dokter yang geleng-geleng melangkah pergi menonggalkan lelaki yang kini sudah tampak kebingungan.

"Oh hmm dok-dokter, a-aku-aku bukan bukan pa-pacarnya" gugupnya kikuk.

¤¤¤

Antara segan namun penasaran. Pria pengemudi dirundung ragu memasuki ruang dimana Haruna di rawat.

Ia ingin masuk, memastikan Haruna baik-baik saja, meminta maaf setulus-tulusnya dan membayar kompensasi atas kecelakaan kecil tadi. Tetapi ia merasa tidak punya hak untuk masuk secara ia bukan siapa-siapa. Hanya tersangka pembuat syok.

Penyebab utama adalah Haruna hanya sendirian diruangan rawatan. Bagaimana jika pacar aslinya masuk dan memergoki mereka, atau teman gadis itu berprasangka seperti dokter tadi. Karena kesalahpahaman bisa saja terjadi dari hal yang tidak terduga.

Sebuah ide terlintas di benak lelaki tersebut, yaitu harus tetap masuk namun tidak sendiri. Benar, lelaki itu harus menghubungi pihak keluarga atau orang terdekat gadis itu. Kebetulan ranselnya ada di tangannya.

BOY MEETS EVIL || Min YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang