Heeko berangkat bekerja pagi-pagi sekali. Ada beberapa pekerjaan harus di selesaikannya pagi ini di kafe.
Sudah seminggu sejak kejadian dapur berdarah. Min Yoongi tidak menunjukan perkembangan tentang kepulihannya. Ia belum bangun dari tidur panjangnya. Hampir tiap hari Yoongi mengigau dengan kalimat yang sama. pernah suatu waktu Yoongi berucap sambil menangis.
Yang bisa dilakukan Heeko hanya menenangkan sang pria sembari mengikuti arahan Taehyung, pria yang bahkan tidak perah sekalipun datang berkunjung. Pernah, cuma sekali dan sebentar saja.
"Selamat pagi Kak Heeko" sapa Junghee tersenyum ramah di depan kasir saat Heeko memasuki cafe.
Heeko membalas senyuman Junghee seraya menundukan kepalanya kecil.
"Pagi sekali anda datang Junghee"
"Iya kam, saya ingin bekerja lebih keras lagi" ucap Junghee tersenyum ramah.
"Benarkah? Semangat pagi untukmu"
"And anda memperlakukan saya seperti adik anda saja" Junghe kikuk ketika Heeko tiba-tiba menggunakan banmal.
"Sudah aku katakan disini semua keluarga, jadi jangan terlalu kaku Junghee"
"Iya kak" ada semangat membara di mata Junghee, dan Heeko menangkap jelas dari irisnya.
Si pelayan kasir berparas bule ini selalu tersenyum ramah pada pengunjung yang datang maupun membayar makanan. Junghee juga cekatan dalam melayani para pengunjung.
Heeko tak salah menerima Junghee di bagian kasir. Heeko langsung menerima Junghee bekerja agar menjadi magnet penarik pengunjung terutama kaum pria. Kecantikan sang gadis sungguh luar biasa. tidak hanya dari luar tetapi juga dari dalam.
Terkadang Heeko iri pada Junghee. Ia tampak tidak memiliki beban hidup. Junghee selalu bersemangat sekalipun tubuhnya berkata lelah. Heeko ingin menjadi dirinya. Menjadi Junghee yang selalu tersenyum ramah kepada siapapun yang ditangkap netranya.
Berbanding terbalik dengan kehidupan Heeko. Yang selalu didatangi berbagai masalah baru dan beban yang di pikul meskipun itu bukan urusannya. Terlebih harus menanggung sendiri semua beban itu.
Memang dari awal Heeko memilih tidak ingin berbagi masalah dengan orang lain. Baginya menceritakan masalah kepada orang lain sama saja menunjukan kelemahan diri. Heeko benci itu.
Yang harus dilakukan Heeko adalah mencintai diri sendiri maupun jalan kehidupannya saat ini. Agar kehidupan sang gadis terasa lebih indah dan bermakna.
"Kak Heeko tidak apa-apa?" Junghee membuyarkan lamunan Heeko, menggerakan telapak tanganya.
"Ah iya?"
"Ada apa kak?"
"Kenapa Junghee?"
"Tidak kak, hanya saja lamunan anda terlalu dalam. Ini masih pagi"
"Benarkah? Haha. aku keruangan dulu. Jika perlu cari saja keruanganku"
"Iya kak" Heeko berlalu meninggalkan Junghee dibagian kasir
¤¤¤
Heeko tenggelam dalam pekerjaanya. Puluhan kertas berserakan memenuhi meja kerja. Kertas-kertas berisi bermacam bahan untuk persediaan kafe untuk bulan depan. Juga beberapa kertas keterangan gaji para staf. Lelah? Tentu saja ia lelah. Secara Heeko sudah bekerja dari pagi tanpa berhenti. Dan sekarang matahari sudah menutup cahaya. Heeko masih berkutik dengan kertas-kertas itu. Heeko bahkan lupa kapan terakhir kali makan. Resiko membuka usaha sendiri. Mau tidak mau Heeko harus melaluinya.
Haruna berjanji selepas bekerja ia datang ke kafe Heeko. Ada yang hendak gadis itu tanyakan sekaligus membantu pekerjaan Heeko, tentu nya Heeko yang meminta.
"Sudah datang?" Heeko mendongak ke arah pintu. Iris Heeko menangkap seorang gadis yang memasuki ruangannya.
"Woaa Heeko, kau sungguh sibuk?" Haruna mendekati meja Heeko, mengamati kertas-kertas berserakan sembari berdecak kagum.
"Aku tidak tahu jika akan sesibuk ini, bantu aku"
"Apa yang bisa ku bantu?"
"Menghitung pengeluaran untuk bahan bulan depan"
"Baik" Haruna juga ikut tenggelam dalam pekerjaan Heeko.
Haruna selalu membantu Heeko ketika di perlukan. Sebaliknya. Heeko juga membantu Haruna dalam pekerjaannya. Dua gadis saling membantu satu sama lain. Menerapkan simbiosis mutualisme pada kehidupan mereka baik itu dalam hal pekerjaan, semangat maupun hal lainnya. Ini alasan kenapa Heeko sudah mengklaim Haruna sebagai saudara walau Haruna lebih dulu hidup mandiri dibanding dirinya.
"Apa yang ingin kau tanyakan Haru?" Heeko mengambil alih memulai percakapan.
"Tanya? Bukan begitu. Aku hanya bosan sendirian di apartemen"
"Begitukah?"
"Iya. Hmm kapan kamu akan mengadakan pesta pindahan, ini kan sudah seminggu lebih tinggal disana. Seharusnya kamu sudah mengadakannya tiga hari setelah pindahan"
Pernyataan Haruna sukses membuat pekerjaan Heeko terhenti. Bagaimana tidak, sang gadis mempertanyaan janji pesta pindahan di apartemennya. mana mungkin Heeko bisa mengadakan pesta pindahan sementara ada yang sedang terbaring sekarat di apartemennya. Seseorang yang harus ia sembunyikan keberadaanya dari sang sahabat. Bukan hanya sahabat tetapi siapapun itu.
Kali ini Heeko harus menguras otak untuk berbohong. Ia tahu ini tidak baik tapi Heeko tidak punya pilihan. Selain harus membohongi sahabat tercinta.
"Oh itu. Maafkan aku, keuanganku sedang tidak baik. Jadi aku tidak bisa mengadakan pesta pindahan bulan ini" Kebohongan membuat keringat sang gadis meleleh.
"Tidak apa-apa, tapi setidaknya malam ini bisa aku menginap di apartemenmu. Aku kes..."
"Tidak!" Potong Heeko menjawab dengan intonasi sedikit tinggi.
"Kenapa?, aku tidak pernah mengunjungi apartemenmu sejak angkat barang"
"Bukan be begitu, saat ini apartemen ku sedang di renovasi. Kapan-kapan saja ya" Heeko menggagap, ia sudah sampai pada batas kebohongannya. Jika saja situasi kembali menyuruhnya untuk berbohong. Heeko menyerah.
"Yah. Kamu membuat ku kecewa"
"Maafkan aku, lain waktu saja"
"Iya iya" Haruna berotak udang percaya dengan kebohongam Heeko, bahkan ia tidak menaruh curiga sama sekali. Padahal jika dilihat lebih teliti akan terlihat kebohongan Heeko dari gesturnya. Namun kecerobohan Haruna membuat kebohongan Heeko tampak nyata.
"Maaf Haru, aku benar-benar minta maaf" Heeko membatin
¤¤¤
"Aku pulang" pekik Heeko seraya memasuki apartemennya. Ia berlari menuju sofa yang terus memanggil untuk direbahi. Heeko kini rebah terkulai lemas di atas sofa.
Heeko baru menyelesaikan pekerjaannya pukul sepuluh malam. Hari melelahkan telah dilaluinya seharian penuh. Heeko menghela seraya memejamkan mata. Membayangkan hari esok akan seperti apa.
"Siapa kau?" Sebuah suara terdengar dari arah pintu kamar.
Heeko terlonjak bangun lalu mendongak ke arah sumber suara. Menatap dengan tatapan memindai. Heeko menangkap seseorang berdiri di depan pintu kamarnya.
Heeko tidak mungkin terkena halusinaso. Atau penglihatannya terganggu. Beberapa kali ia mengucek matanya memastikan pemandangan dihadapannya saat ini benar nyata adanya. Memang benar, seorang pria mengenakan kaos hitam senada dengan mini pants yang dikenakannya menatap tajam ke arah Heeko.
"Mi Mi Min Yoongi?" Heeko tidak percaya
To Be Continue
Jangan luoa ya chingu habis baca tinggalin jejak yaw...
Gomawo
KAMU SEDANG MEMBACA
BOY MEETS EVIL || Min Yoongi
FanficYoo Heeko, gadis keturunan Jepang dan Korea mencoba mencari peruntungan di negeri Ginseng sembari belajar hidup mandiri. Gadis itu baru saja mulai menata hidup barunya. Membeli sebuah apartemen di Kota Seoul. Siapa sangka apartemen yang di beli deng...