Bagian Enam Puluh Satu

5K 622 114
                                    

Sempat di rundung ragu selama seminggu, akhirnya dengan niat kuat dan keteguhan hatinya Heeko memutuskan terbang ke Daegu. Heeko memilih untuk tidak menelpon dan langsung bertandang ke daerah asal sang suami. Sebelumnya Heeko sudah menitipkan Hana pada Yoonji dan Jimin. Takut jika Hana ikut, gadis kecil itu kelelahan dan sakit.

Heeko memilih penerbangan jam enam sore karena beberapa urusan di perusahaan tidak bisa di tinggalkan.

Setiba di Daegu matahari sudah menutup sinarnya berganti dengan gradiasi jingga dan ungu. Sebelum menuju ke hotel akan lebih baik untuk jalan-jalan sesaat menikmati suasana kota di senja yang tenang.

Heeko menikmati perjalanan menggunakan bis setempat, sudah tiga kali Heeko berganti bis dan ini adalah bis terakhir sebelum dia benar-benar menuju hotel.

Heeko adalah orang pertama turun dan di ikuti segerombolan anak muda berpakaian seragam sekolah lalu ditutup dengan seorang wanita paruh baya membawa beberapa tentengan.

Heeko melangkah beranjak pergi, namun tiba-tiba wanita paruh baya tadi berteriak sontak mengundang seluruh netra yang ada di halte beralih ke arahnya termasuk Heeko.

"Tas ku, tas ku tertinggal di dalam bis. Oh bagaimana ini" teriak wanita paruh baya itu panik.

Diam, mereka hanya bungkam lantas berbisik-bisik, bahkan ada yang tidak peduli dan kembali melanjutkan perjalanan.

Heeko jengkel dengan respon mereka yang seolah tidak peduli, tanpa meminta diri langsung mengejar bis itu, Heeko sempat terjatuh tapi niatnya untuk membantu sang bibi, membuatnya bisa menahan sakit. Heeko mengetuk kaca bis begitu langkahnya sudah menyamai bis. Sang supir pun berhenti karena di bantu teriakan beberapa penumpang di dalamnya.

Heeko berhasil mendapatkam tas itu dan memberikan kembali pada pemiliknya.

"Terima kasih nona" ucap wanita tua seraya membungkuk untuk berterima kasih.

"Tidak apa bibi, beruntung  masih ada yang peduli di jaman seperti ini" Heeko menaikan sedikit intonasinya. Bermaksud menyinggung segerombolan siswa yang menutup-nutup wajahnya karena malu.

Sang bibi mengedarkan pandangannya pada Heeko layaknya mesin pemindai. Netranya tertumbuk pada sobekan kecil dan noda darah di ujung bawah celana Heeko.

"Nona anda terluka. Lebih baik sekarang ikut saya, saya obati"

"Tidak bibi, saya tidak apa-apa. Hanya luka lecet biasa"  jujur Heeko memang sangat kesakitan, dia merasakan nyeri yang luar biasa. Akan tetapi Heeko berusaha untuk terlihat baik-baik saja agar sang wanita tua tidak terlalu merasa bersalah.

"Tidak nona. Ikut saya. Saya tinggal dekat disini" sang wanita tua berusaha membujuk Heeko seperti membujuk anaknya agar tidak membeli permen.

"Saya juga menginap dekat sini"

"Nona tolong, selepas saya obati nanti saya akan mengantar anda. Saya mohon" pinta wanita tua itu sungguh-sungguh.

Heeko merasa tidak enak akhirnya mengikuti titah sang wanita.

Wanita tua itu membawanya pada perkomplekan elit tak jauh dari halte bus tadi. Rumah-rumah mewah dengan arsitektur unik membuat Heeko berdecak kagum. Dilihat dari pakaian sederhana dan tentengan kantong belanjaan yang di bawa sepertinya wanita yang kerap di sapa bibi Ahn adalah asisten salah satu pemilik rumah elit disini.

Benar saja, begitu memasuki perkarangan salah satu rumah. Bibi Ahn menuntun Heeko melewati pintu belakang. Sang bibi meminta Heeko untuk duduk sementara di dapur, katanya untuk meminta izin pada pemilik rumah.

Tak lama bibi Ahn kembali dan berkata kalau pemilik rumah ingin bertemu dengannya. Dengan jalan terpincang-pincang di bantu bibi Ahn Heeko menemui sang pemilik rumah, dia adalah seorang pria paruh baya, pria itu mengenakan pakaian rapi khas pria-pria tua dengan uban hampir menguasai kepalanya.

BOY MEETS EVIL || Min YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang