Bagian Tiga Puluh

8.1K 999 75
                                    

Semenjak kepulangan Heeko ke apartemen tidak ada interaksi apapun di antara Yoongi dan Heeko. Bahkan untuk bertegur sapa saja tidak pernah terdengar.

Kim Taehyung, Heeko tidak berani menghubungi pria itu walau amat butuh sekalipun. Padahal Taehyung siap kapan saja. Bukan tidak berani, hanya saja menghubungi pria itu sama saja mengganggu pekerjaan dan kehidupannya. Itu sangat egois.

Dan tiba sewaktu-waktu Yoongi dengan berani bertanya pada Heeko. Setelah tidak sengaja mendengar pembicaraan Heeko dengan ibunya di telepon yang membahas tentang kepulangan Heeko ke Jepang.

“Kau akan kembali ke Jepang?” pria itu bertanya dengan nada malas.

“Begitulah, uang ku hanya cukup membayar pesangon teman-temanku. Jadi untuk apa berlama-lama disini” Heeko menyahut.

“Kau benar”

“Lagipula ini yang sangat kau inginkan bukan, pergi jauh darimu”

Yoongi tertohok, ucapan Heeko berhasil menusuk tepat di jantungnya, memberikan sensasi getaran hebat layaknya aliran listrik menyentrum di jantungnya. Dulu Yoongi memang ingin Heeko pergi. Tapi sekarang Yoongi tidak yakin akan hal itu.

“Benar, sudah saatnya kau pergi” Bukan!, bukan itu yang ingin di ucapkan Yoongi. Tapi kenyataannya, sering kali kata-kata yang paling penting, yang paling tulus, malah tercekat entah kemana, di antara hati dan mulut tanpa mampu di utarakan.

¤¤¤

Pagi yang menggigit, udara tampak rapuh. Gerombolan awan besar menyebrangi langit menuju ke barat, bergerak dengan cepatnya. Membuat Heeko memikirkan betapa cepatnya waktu berlalu dan sudah kehilangan banyak waktu dengan membiarkan waktu bergulir dan mencair bagaikan butiran gula dalam teh yang mendidih.

Hari ini adalah hari terakhir Heeko berada di Korea sebab besok pagi harus berangkat kembali ke Jepang. Di depan kafe lamanya Heeko mengumpulkan teman-temannya yang pernah bekerja keras untuk kafenya. Netra Heeko berkenala memindai setiap pasang mata mereka dengan tatapan putus asa.

“Selamat pagi teman-teman. Aku minta maaf mengumpulkan kalian di pagi yang sangat dingin ini.” Heeko mulai berbicara. “Sudah hampir satu minggu sejak insiden di kafe kita. Aku Yoo Heeko selaku pemilik kafe ini meminta maaf sedalam-dalamnya karena kafe ini tidak bisa di lanjutkan. Aku harus kembali ke Jepang” Suara Heeko terdengar serak sebab Heeko berusaha sebisa mungkin untuk tidak menangis di depan teman-teman yang sudah di anggap sebagai keluarga.

“Kalian sudah sangat bekerja keras demi kemajuan kafe ini, dan kini sudah saatnya kalian memulai mencari kehidupan baru. Aku tidak akan pernah melupakan pengabdian kalian yang sangat luar biasa ini. Aku Yoo Heeko meminta maaf sedalam-dalamnya karena tidak bisa melanjutkan kafe ini kembalu” Heeko membungkukkan badan di depan teman-temannya. Heeko membungkuk cukup lama sebab wanita itu tengah menyebunyikan air matanya yang terlanjur mengalir. Heeko tidak ingin mereka melihatnya rapuh. Namun itu dirasa percuma. Mereka sudah menangkap basah Heeko menangis. Mereka lalu mengelilingi Heeko dan memeluknya hangat

“Kami tidak akan pernah melupakanmu nona Heeko” ucap mereka.

¤¤¤

Selepas berkumpul bersama para karyawan, Heeko berniat mengelilingi ibukota dan hendak menikmatinya sampai malam datang. Berpergian bersama bus adalah ide yang cemerlang untuk di coba di bandingkan menaiki mobil pribadi.

Bus yang tumpangi Heeko menembus kabut Seoul yang tidak terlalu tebal tapi mampu meredam suara mobil di jalanan. Cahaya bulan pucat dan lemah menyerah pada selimut tebal bewarna kelabu. Heeko duduk paling belakang, membuka jendela bus dan membiarkan kabut tebal dingin itu menyentuh wajahnya.

Setelah menikmati dinginnya kota sudah saatnya Heeko kembali pulang. Begitu sampai di rumah menemukan pemandangan yang miris. Yoongi terkapar di sofa dengan beberapa botol soju berserakan di atas meja.

“Aku pulang!” Seru Heeko lambat.

“Oh sudah pulang, aku menunggumu” pria lantas bangkit dan berjalan terhuyung-huyung kearah Heeko. "Ikut denganku, ada yang ingin ku katakankan, tapi hanya kita berdua saja” Racau pria itu menyambar lengan Heeko dan menariknya menuju kamar.

Heeko merasa ada yang tidak beres meronta melepaskan cengkraman Yoongi yang semakin erat “ada apa ini, apa yang ingin kau lakukan?” pekik Heeko meronta-ronta.

“shhttt, aku terdengar oleh siapapun. Ini sangat rahasia, ikuti saja denganku” Yoongi meletakan jari telunjuk di bibirnya.

“Jangan macam-macam Min Yoongi”

Yoongi terus menarik Heeko tidak peduli gadis itu meronta seperti kuda, begitu mereka sampai Yoongi pun melepaskan cengkramannya.

“Mulai sekarang kamar ini milikmu” lirihnya berusaha untuk menyeimbangkan diri.

“hah?”

“Kamar ini sekarang milik mu, kau akhinya punya kamar” Yoongi tertawa. “Tapi ada syaratnya” sambungnya

“Syarat?”

“Iya, Syaratnya tetaplah disini”

“Yoongi ma-maksud-”

Dengan langkah terseok-seok Yoongi perlahan mendekati Heeko. Menarik pingangnya dalam sekian detik Gadis itu jatuh dalam pelukannya “Jangan pergi ke Jepang” bisiknya tepat di telinga Heeko.

Heeko tertegun, bagaimana mungkin Yoongi yang sedingin es dulu berusaha mengusirnya kini malah menahan dirinya untuk tidak pergi. Ada apa dengan Yoongi. “Maaf Yoon, aku tidak bisa” Heeko mendorong Yoongi menjauh darinya, namun gadis itu tidak bisa lepas sebab semakin kuat Heeko mendorong semakin erat pula dekapan Yoongi.

“kamu tidak boleh jauh-jauh dariku. Kamu milik ku, Heeko”

“Yoongi, jangan mengada-ada, lepaskan-”

“apa ini terlihat sepertu mengada-ada? Kamu boleh mengambil apartemen ini, ah kamu boleh mengusirku ketika muak dan kamu boleh mengusik kehidupanku, aku akan memberitahu betapa menyakitkannya hidupku ini, tapi ku mohon jangan pergi, tetaplah disisiku, aku mohon padamu”

Heeko tidak bisa berkata apa-apa lagi, keputusan bulat untuk meninggalkan Korea besok pagi mulai goyah. Walau dalam keadaan mabuk Yoongi memang terdengar tulus, Heeko yakin Yoongi mengucap itu dengan sadar semakin membuatnya semakin bingung.

Seketika Yoongi melorot dan jatuh ke tempat tidyr dengan posisi menindih Heeko di bawahnya, mulutnya tidak berhenti bergumam ‘jangan pergi’. Dalam beberapa menit kemudian Yoongi membisu.

Apa yang harus aku lakukan?”

¤¤¤

Semilir udara pagi masih terlalu dingin untuk dirasakan. Pantulan cahaya yang berasal dari ufuk timur tidak menyilaukan. Yoongi mengerjap. Ekspresi lusuh itu terbangun dari tidurnya, menemukan dirinya diselimuti bed cover hangat di ranjang yang seminggu belakangan di tempati Heeko. Kemana gadis itu? Yoongi tidak menemukan Heeko disana. Yoongi lalu bangkit. Kepalanya terasa amat berat dan berputar, tapi demi mencari gadis itu Yoongi berusaha memindai kamar tersebut layaknya mesin pemindai. Koper Heeko yang terletak di dekat lemari juga tidak ada. Apa Heeko benar-benar pergi?

Yoongi menghambur keluar mencari sosok gadis itu dengan perasaan kacau. Mencari keseluruh sudut ruangan dan berteriak memanggil nama gadis itu seperti orang gila. Namun semua nihil, Yoongi tidak keberadaan gadis itu disana. Yoongi lalu menghempaskan tubuhnya sofa menggosok kasar wajahnya sembari membuang nafas kasar.

Ah sial, kenapa kau tetap pergi?’

-TBC

BOY MEETS EVIL || Min YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang