Bagian Dua Puluh Dua

8.2K 1K 50
                                    

"Takut?"

"Ya" Yoongi menarik nafas berat sesaat "Aku takut dengan diriku. Aku benci dengan diriku. Aku benci dengan kehidupanku. Aku..." Yoongi kembali terhenti. Ucapannya memang datar tapi mampu membuat hatinya tercabik, dadanya terasa amat sesak, emosinya ingin meluap bagaikan kobaran api yang siap menyambar siapa saja, namun Yoongi berusaha untuk menahan diri. Tak ada yang boleh tahu kalau lelaki itu sedang rapuh walau pasir sekalipun. Tapi untuk saat ini, kali ini dibiarkan gadis disampingnya ini melihat kelemahan dirinya. Cukup hanya dia. Jangan yang lain "Aku ingin sekali mengakhiri semuanya" ucapnya bergetar.

Heeko menoleh kearah Yoongi, pria itu ini menunduk, menenggelamkan wajahnya pada lutut yang di tekuknya. Pria yang mengerikan dan sedinging es kini tak tampak pada diri Min Yoongi. Hanya seorang pria rapuh yang hidup dalam ketidak adilan "Jadi itu yang kamu inginkan Yoon?"

Yoongi mengangguk, ia masih diam di posisinya. "Hidup tanpa perasaan itu sangatlah menjijikan" ucapnya. Yoongi menegakan kepalanya. Menghapus air matanya kasar yang mengalir tanpa tahu kapan ia menangis.

"Jika aku boleh tahu sejak kejadian itu apa kamu pernah bahagia Yoon?"

"Untuk apa aku bahagia, sementara adikku menderita"

Heeko yang terheran dengan ucapan Yoongi dan menatap pria itu dengan sorot penuh arti. Heeko lalu bergeser mendekati Yoongi. Mereka duduk tanpa jarak.

"Yoon, kamu harus bahagia dulu kemudian kamu bisa membahagiakan adikmu"

"Aku tidak butuh itu"

"Hey Yoon, bagaimana kamu bisa membantu adikmu sementara dirimu sendiri tidak mau berubah"

Yoongi menatap sesaat netra Heeko namun sepersekian detik lelaki itu mengalihkan pandangannya ke arah lain "Memang kau tahu caranya?" Gumamnya.

"Tentu" Heeko lalu menarik pundak Yoongi ke menghadap ke arahnya "Pertama kamu harus senyum dulu" tanpa rasa takut Heeko menarik kedua ujung bibir Yoongi dengan jarinya membentuk senyum aneh disana. Yoongi terlonjak dengan sikap Heeko yang tiba-tiba, tetapi Yoongi enggan menangkis.

"Kedua, perbaiki sikapmu. Apalagi matamu, Aku sungguh ingin mencongkelnya setiap kali menatap dengan sorot sialan itu"

"Ketiga..." ada jeda di antara ucapan Heeko, ada sedikit keraguan untuk melanjutkan, tapi di suasana yang tenang ini adalah waktu yang tepat untuk mengatakannya "...berhenti menghabisi nyawa orang dengan alasan mencari keadilan. karena itu salah" Heeko menyunggingkan senyumannya.

Yoongi tersentak lalu mendorong tangan Heeko menjauh wajahnya, cara ketiga sepertinya membuat membuat Yoongi jengkel karena itu adalah hal terpenting dalam hidupnya "kau tidak mengerti" lirihnya memalingkan pandangan.

"Itu karena kamu putus asa. Yoon kamu sudah terkendalikan amarah. Percayalah pasti ada cara lain yang lebih baik dari ini"

"Bagaimana caranya?" Pria itu berdecih.

Heeko yang kini sudah sangat jauh lebih tenang tersenyum lebar. "Keempat. Mari berteman dengan begitu kita sama-sama mencari tahu cara yang tepat untuk mendapat keadilan tanpa harus menghabisi nyawa orang lain"

Heeko mengulurkan tangannya menunggu tangan Yoongi menjabat. Apakah Yoongi mengambil uluran itu. Heeko tak tahu.

Yoongi kembali menatap mata Heeko, kali ini tidak menurunkan atau mengalihkan pandangannya, ia menatap gadis itu lekat-lekat.

"Sudah ku katakan untuk jangan terlalu ikut campur denganku, aku benar-benar tidak akan melepaskanmu"

"Aku tidak peduli"

"Kau tidak takut?"

"Untuk apa hmm?"

Heeko masih menunggu apakah Yoongi bersedia menerima tawarannya. Dengan sedikit keraguan Yoongi pun akhirnya mengambil uluran tangan Heeko, menjabatnya dengan lembut. Heeko lalu mengubah jabatan menjadi sebuah genggaman. Gadis itu tersenyum sekaligus haru, mungkin Yoongi tak sepenuhnya percaya padanya. Tapi setidaknya Yoongi mau untuk merubah dirinya. Heeko kini jauh lebih baik. Perasaan sesal, takut, sedih yang tadi menderanya di pemakaman perlahan menghilang.

Yoongi memalingkan tatapanya. Menatap deburan ombak silih berganti. Menatap seseorang adalah hal yang termalas dilakukannya. Namun diam-diam pria itu menggulum senyum. Ia juga senang.

Kini tatapan mereka tertuju pada matahari yang seakan di telan laut. Menutup hari yang melelahkan bagi Heeko maupun Yoongi. Dan kini suasana menjadi kelam hening dan menenangkan.

¤¤¤

Malam begitu tenang mengiringi keindahan suasana di malam hari, sayup-sayup terdengar suara jangkrik memecah keheningan malam, sesekali suara burung malam terbang penuh harapan. Jiwa-jiwa yang kelelahan terlelap dalam tidur malam, sementara beberapa jiwa juga mungkin ada yang masih terbangun.

Heeko terbangun dari tidurnya. Sulit untuk kembali melanjutkan tidur. Yang ada hanyalah mata yang terbuka dan pikiran melayang entah ke mana. Di liriknya Yoongi yang kini tidur dengan posisi miring menghadap ke arahnya. Netra Heeko berkelana memindai pria yang berada beberapa meter darinya. Ada secuil senyuman terukhir di bibir Heeko ketika menatap Yoongi. Irisnya menangkap ketampanan Yoongi tersorot oleh sinar rembulan yang berhasil menerobos masuk melalui lubang-lubang tirai. Pria itu memang tampan jika tengah memejamkan mata. Sama seperti saat pertama kali mereka bertemu.

Takut terbuai oleh nafsu, Heeko bangkit dari ranjang. Beranjak pergi meninggalkan kamar menuju balkon dan duduk sendirian menikmati keindahan malam. Udara terasa dingin menyegarkan. Langit cerah dihiasi bintang-bintang bertebaran menemani gagahnya raja malam yang bersinar terang menebar cahaya berkilauan. Malam menenangkan yang rugi untuk di lewatkan.

"Maaf  Yoonji-ku, maaf kan aku sayang"

Suara itu memecah ketenangan Heeko. Awalnya Heeko tidak terlalu mengindahkan karena Heeko yakin Yoongi hanya mengigau biasa. Akan tetapi Yoongi  kembali mengucapkan hal yang sama berulang-ulang namun dengan intonasi yang terdengar semakin menyedihkan.

Heeko menutup pintu balkon lalu menghampiri Yoongi, menemukan pria itu dalam kondisi bercucuran keringat. Deru nafas sangat keras, Yoongi tertidur dalam kegelisahan.

Cepat-cepat Heeko mengambil handuk kecil yang ada di dalam ranselnya. Menyeka keringat yang membasahi wajah dan lehernya "tenanglah Yoongi, semua baik-baik saja" lirih Heeko menenangkan. Heeko mengulang kalimat tersebut terus menerus bermaksud untuk menenangkan pria yang kini tampak sangat sesak. Heeko beralih menggenggam tangan Yoongi. Tangannya basah dan sangat dingin. Di genggamnya tangan pria itu erat. Dan perlahan pria itu mulai tenang, nafasnya perlahan teratur. Yoongi juga sudah berhenti mengigau.

Begitu di rasa tenang Heeko ingin beranjak namun Yoongi membalas genggaman Heeko. Heeko tertegun dengan kekuatan genggaman Yoongi yang semakin lama semakin erat. Seolah lelaki itu tak ingin melepaskan genggaman itu.

"Tidak apa" Heeko tersenyum seraya terus menghapus keringat Yoongi menggunakan sebelah tangannya. Tanpa sengaja Heeko menemukan buliran air mata meluncur bebas di ujung pelipis Yoongi. Heeko menyeka air mata itu menggunakan telunjuknya. "Apa sesakit itu?" Bisik Heeko.

¤¤¤

Ditengah malam yang sunyi ponsel Yoongi bergetar tanpa jeda di bawah bantal. Segera di raihnya benda itu kemudian memindai layar siapa yang berani mengganggu tidurnya. Ternyata panggilan dari Taehyung.

"Kak ada pekerjaan untukmu!" Ucap Taehyung tanpa mengucap halo terlebih dahuli

"Besok aku kembali ke Seoul" Tutup Yoongi lalu meletakan kembali ponselnya ke bawah bantal.

Yoongi merasakan ada sesuatu yang mengganjal di tangannya. Sesuatu yang hangat menangkup sebelah telapak tangannya. Yoongi kaget menemukan Heeko tengah tertidur di sambil menggenggam telapak tangannya. Gadis itu tertidur dengan posisi kepala berada di atas tempat tidur.

Yoongi mendekati Heeko dengan wajah mereka saling berhadapan dengan jarak yang begitu dekat. Semilir nafas Heeko terasa hangat menyentuh pipi Yoongi.

"Kau sudah berani terlibat denganku. Jangan harap untuk bisa lepas dariku" lirih Yoongi tersenyum penuh arti.



















Tbc

BOY MEETS EVIL || Min YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang