Bagian Tiga Puluh Sembilan

6.5K 719 33
                                    

Hari yang cerah di musim semi. Musim dimana jiwa-jiwa dan cinta pun juga ikut bersemi.

Beberapa waktu lalu Haruna menghubungi Jimin mengajak jalan untuk menghabiskan waktu bersama, untunglah Jimin tidak terlalu sibuk jadi pemuda itu bersedia.

Haruna bukan sekedar mengajak jalan-jalan saja namun ada  sesuatu yang sesang wanita itu rencanakan. Haruna ingin menyatakan perasaannya pada Jimin.

Berbalut dress putih setinggi lutut yang dikenakannua. Haruna melangkah tergesa-tergesa dengan senyum merekah dan pipi merah merona. Ia tidak kuasa membayangkan apa yang di katakan Jimin  soal penampilanya.

"Maaf aku terlambat" lirih Haruna berusaha mengatur nafasnya.

Pria yang tengah duduk melipat kaki di salah satu bangku taman yang di sekitarnya di kelilingi bunga cherry blosom yang mulai bermekaran. Mengenakan turtle neck hitam yang di lampisi coat yang senada. Tak lupa ia tersenyum hangat pada Haruna yang berhasil membuat gadis itu salah tingkah.

"Tidak, aku juga baru sampai"

"Benarkah, syukurlah" Haruna menghempaskan tubuhnya di bangku tersisa di samping Jimin.

Jimin memindai penampilan Haruna yang tidak biasa. Memang Jimin sedikit terkesima dengan penampilan Haruna pagi itu. Namun Jimin merasa pakaian Haruna terlalu minim untuk musim semi yang baru muncul. Haruna tampaknya juga sedikit tidak nyaman. Lantas Jimin membuka coatnya dan memakaikan pada Haruna.

"Cuaca masih dingin. Aku takut kamu terkena flu" ucapnya semhari tersenyum hangat.

Haruna terkejut dengan tindakan Jimin. Tidak bisa di pungkiri Haruna merasa ingij meledak.

"Kamu punya rencana?" Tanya Jimin di sela Haruna berusaha mengatur nafasnya.

"Tentu saja. Bodoh sekali aku mengahakmu berkencan tanpa rencana sama sekali"

"Kencan?" Jimin heran.

"Hey jangan lupa. Aku mengajak berkencan waktu itu bukan?"

Jimin tertawa kecil sambil mengangguk lambat. "Ah benar. maafkan aku"

"Ayo" Haruna kembali berdiri sembari mengulurkan tangannya pada Jimin.

"Kita mau kemana?"

"Ikut denganku"

Dengan ragu Jimin mengambil uluran tangan Haruna. Haruna menarik Jimin layaknya semut yang menarik beban makanan.

Pertama Haruna mengajak Jimin makan di restoran Jepang, wanita itu tidak sempat sarapan karena terlalu lama berdandan.

"Maaf Jim aku sangat lapar sekali. Tidak apa kan?"

"Haha tentu saja" Jimin terkekeh.

"Apa kamu sudah sarapan Jim?".

"Ya. Sebelum berangkat aku sarapan di jalan"

"Benarkah? Ah aku jadi tidak enak padamu"

"Jangan begitu. Santai saja. Kamu butuh energi untuk kencan hari ini bukan?"

"Tapi Jim-"

"Tidak apa. Ah itu pesanan mu datang" Jimin tersenyum gemas begitu tahu betapa gugupnya Haruna itu hari ini.

Selepas makan, Efek gugup Haruna membuatnya bingung ingin mengajak Jimin kemana, padahal rencana sudah di atur dari jauh hari, sekarang malah hancur berantakan. Jujur Haruna merutuk dirinya yang tidak berdaya di dekat Jimin.

Jimin menyadari Haruna masih di rundung gugup, Jimin menggenggam tangan Haruna dan menariknya ke dalam mobil.

"Eh kita kemana?" Haruna memucat begitu Jimin menyentuh pergelangan tangannya.

BOY MEETS EVIL || Min YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang