3. -Hukuman

4.3K 209 54
                                    

"Memang benar kata pepatah. Jangan pernah menilai orang lain dari apa yang kita lihat dari luar. Jika dunia adalah panggung sandiwara, maka besar kemungkinan juga mimik wajah adalah topeng."

-------------------------------------------------------

BAGIAN III

Now Playing|| Sama-Sama tahu-HIVI

-Only You-

"SEPULUH KALI LAGI YA ANAK ANAK IBU YANG GANTENG!" teriak Bu Nenti-guru BK pada anak muridnya itu.

Nasib sial kini mendatangi sekumpulan remaja laki laki tadi yang nongkrong di gundukan anak tangga kelas dua belas.

Mereka tengah memutari lapangan dengan jalan jongkok dua puluh kali putaran. Karena Bu Nenti, guru BK mereka masih melihat sekumpulan laki laki itu luar kelas. Padahal bel masuk sudah berbunyi.

Tak tanggung tanggung. Begitu melihat segerombolan laki laki itu masih nongkrong di luar kelas, Bu Nenti langsung menjewer telinga mereka secara bergantian tanpa ampun.

Disana, di tengah lapangan terdapat tujuh cowok yang sudah pasrah dengan peluh keringat di dahi dan pelipis mereka.

Asep, cowok itu memimpin paling depan jalan jongkok mereka dan kedua di susul oleh Rafi, Dimas serta yang lainnya. Tidak ada Fery disana, setelah mereka ketahuan belum masuk kelas, mereka semua baru menyadari kalau Fery sudah tidak ada di antara mereka. Padahal Dimas berada tepat di samping cowok itu tapi saat Fery beranjak dari duduknya, Dimas bahkan tidak menyadarinnya sama sekali.

"Si bangsul! Gara gara lo nih Sep, kita semua dihukum gini," kata Rafi yang masih dengan jalan jongkok.

"Bener tuh, coba aja lo enggak nunjukin anak baru itu. Kita enggak bakal telat masuk gini," ucap Dimas ikut menyalahkan Asep.

Mendenger itu Asep yang berada di barisan paling depan mendadak berhenti, hal itu sontak membuat Rafi serta orang yang berada di belakang mereka terjatuh akibat gerakan mendadak dari Asep.

"Bjir lo ngapain berhenti bego!"

"Asep bangsat! Kalo berhenti ngomong gebleg!" seru Tora-cowok yang berada paling belakang mereka harus menanggung berat beban teman temannya.

Asep menatap tajam teman temannya, "Kita dihukum itu karena kesalahan lo pada sendiri, kok malah jadi nyalahin gue. Gue nunjukin anak baru itu karena lo semua penasaran kan sama dia? Terus kenapa jadi gue yang salah disini?" ucapnya tak terima.

"Lagian kalau lo semua mau marah. Noh mara sama si Fery sana, pergi ke kelas nggak bilang bilang."

"Lo jug-"

"SIAPA YANG NYURUH KALIAN BUAT BERHENTI?!" teriakan keras dari Bu Nenti yang berasal dari koridor BK itupun mampu menyadarkan ketujuh remaja yang tengah berdebat di lapangan.

Pasrah ketujuh cowok itu kembali berjalan jongkok mengitari lapangan.

"LIMA KALI LAGI YA ANAK ANAK IBU. SEMANGAT!" teriak Bu Nenti tersenyum menang.

Walaupun terselip kata semangat untuk mereka. Tetapi bukannya merasa semangat, ketujuh remaja itu justru mendengus kesal. Mereka tau itu bukan nada semangat melainkan nada mengejek mereka.

***

"Key," panggil Alana yang sudah duduk di bangkunya diikuti dengan Keyla.

Keyla menoleh menunggu Alana melanjutkan kalimatnya.

Only You. [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang