72. -Puncak Benci

292 37 26
                                    

Note: sebelumnya mohon maaf banyak kata-kata kasar🙏❤


Happy reading people<3

---

"Lepaskan daripada memaksakan, ikhlaskan daripada menyakitkan, relakan jika harus berjuang sendirian."

-----------------------------------------------
BAGIAN LXXII

NOW PLAYING||Pelangi-Hivi

-Only You-


Rebeca: boleh kita ngobrol sebentar?

Rebeca: hari ini, gue tunggu di rooftop.

Refleks Keyla memutar kepalanya ke belakang, tempat dimana Rebeca duduk. Tetapi perempuan itu sudah tidak ada disana.

Apa mungkin sudah menunggunya di rooftop? Tapi mau ngobrol tentang apa?

"Lho Key mau kemana?" Alana langsung menahan tangan Keyla ketika cewek itu mengambil ancang-ancang untuk pergi.

"Gue ada urusan mendadak, duluan ya," pamit Keyla buru-buru melepas cekalan tangan Alana dan langsung berlari cepat keluar kelas.

"IHH TAPI KAN LO MASIH UTANG CERITA!"

Keyla mendengarnya, tapi perempuan itu tidak menoleh balik ke arah Alana. Rasa penasarannya sekarang lebih besar pada hal yang akan di obrolkan Rebeca.

Saat sampai menginjakan langkah kakinya di anak tangga terakhir paling atas, mata Keyla langsung tertuju pada satu-satunya orang yang yang ada di ujung rooftop. Iya, itu Rebeca, perempuan itu sedang duduk di pinggiran rooftop dengan menggantungkan kakinya dibawah, entah apa yang sedang dilakukannya. Membuat Keyla buru-buru menghampiri cewek itu.

"Hai," sapa Keyla sembari ikut mendudukan dirinya di sebelah Rebeca.

Rebeca spontan menoleh. "Hai," balasnya.

Namun setelahnya terjadi hening yang cukup panjang. Membuat Keyla menoleh terus, menatap Rebeca dengan pandangan yang tidak mengerti. Sedangkan Rebeca terlihat merunduk, menatap sepasang sepatunya cukup lama.

Sebelum perlahan, kepala Rebeca terangkat menatap Keyla balik. Satu hembusan panjang itu terdengar di telinga Keyla yang semakin membuatnya bingung.

Kenapa dengan Rebeca?

"Gue mau minta maaf sama lo." dengan sekali tarikan nafas, Rebeca berhasil menyelesaikan satu kalimat itu di depan Keyla.

Kening Keyla sontak mengerut tidak mengerti. "Sorry, tapi maaf buat apa?" tanya Keyla yang masih belum paham.

"Semua tuduhan Kak Fery sama lo..." Rebeca menjeda.

"Gue tau selama ini kalau gue dapet teror itu pasti Kak Fery selalu nuduh lo kan?" tebak Rebeca. "Dan gue mau minta maaf."

"Pasti kata-kata Kak Fery nyakitin ya?"

Keyla bungkam. Ingin menyangkal tapi memang benar itulah faktanya, kalimat Fery selalu menyakitkan untuk di dengar. Hanya saja Keyla yang terlalu sabar menghadapinya.

"Jangan di masukin ke hati ya? Lo juga pasti tau kan gimana sifatnya dia?"

Kedua mata Keyla mengerjap. "Lo percaya kalau bukan gue dibalik semua itu?" tanya Keyla.

Only You. [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang