"Jadi diri sendiri itu memang penting. Tapi sesekali kita juga perlu menjadi orang lain."
------------------------------------------
BAGIAN LXIII
•
•
•-Only You-
Fery melempar tas nya di atas kasur begitu cowok itu baru saja sampai di kamar rumahnya, setelah tadi sepulang sekolah dia sempat mengantar Rebeca lebih dulu karena perempuan itu begitu ketakutan.
Baru saja Fery ingin membuka kemeja seragam sekolahnya, gerakannya harus terhenti ketika dering ponsel yang berada di atas kasur mengalihkan perhatian. Nama Rebeca tertera di atasnya membuat cowok itu cepat-cepat menggeser tombol hijau.
"Hal-"
"Maksud Kakak apa sih?! Bercandannya enggak lucu tau gak!" belum sempat Fery mengucapkan kata 'hallo' sebagai sapaan pembuka. Rebeca langsung memotongnya dengan nada marah dan takut yang kentara sekali terdengar di telinga Fery membuat cowok itu menaikan sebelah alisnya, tidak mengerti.
"Lo kenapa?" tanya Fery. Dan beberapa detik setelahnya terdengar isakan kecil dari cewek itu.
"Di depan pintu kamar ada kotak yang sama kaya waktu di sekolah." bibir Rebeca bergetar takut saat berucap. "Dan disitu ada surat kalau yang ngirimnya Kak Fery."
"Aku ada salah ya sama kakak sampe dikirimin ginian?"
"Ya enggak mungkin lah, Re. Gue aja baru nyampe ke rumah habis nganterin lo."
Jawaban Fery membuat Rebeca semakin bergetar ketakutan. "Aku gak tau tapi....aku bener-bener takut," lirih Rebeca ketakutan.
"Hei, lo tenang yah. Jangan takut dan jangan pikir yang macem-macem," kata Fery menenangkan.
"Lo coba foto isinya apa terus kirim ke gue," pinta Fery. Dan dengan patuh Rebeca mengangguk di tempatnya. Perempuan itu langsung membidik sebuah kotak yang tergeletak di depan kamarnya.
Rebeca: send a photo.
"Anjing!" umpat Fery ketika cowok itu melihat isinya. Pantas saja Rebeca begitu ketakutan, di dalam kotaknya ternyata terdapat beberapa potongan bagian tubuh katak serta bercak-bercak darah dari katak tersebut dan ada foto Rebeca juga yang sudah di corat-coret gambarnya.
Dengan gerakan cepat Fery kembali meraih kunci motor dan jaket hitam miliknya. Cowok itu langsung buru-buru pergi.
"Kamu mau kemana lagi? Bukannya baru sampai?" Milla yang baru keluar dari dalam kamarnya terheran melihat Fery yang begitu nampak terburu-buru.
"Fery ada urusan dulu Ma sebentar," pamitnya cepat-cepat mencium tangan Milla yang segar dan wangi karena sehabis mandi.
"Jangan ngebut-ngebut, inget!"
Fery hanya mengacungkan jempolnya sebagai respon.
Mungkin kalian pikir Fery masih sangat peduli dengan Rebeca. Ya, cowok itu masih sangat peduli. Sampai saat ini, meski ikatan status keduanya sudah tidak ada lagi tapi rasa dan tali persaudaraan serta sahabat itu masih mengikat keduanya.
Bagi Fery, Rebeca bukan hanya sekedar mantan. Tetapi perempuan itu sudah seperti adiknya sendiri, sedari kecil Fery sering bersama perempuan itu kemana-mana. Dan dari kebersamaan itu tanpa sadar membuat tali peraudaraan mereka mengikat.
Rebeca tau segala hal tentang Fery yang orang lain tidak tau, begitu juga sebaliknya.
Dan sudah seminggu ini Rebeca selalu bercerita kalau perempuan itu sering kali mendapatkan teror berupa surat-surat yang tidak jelas pengirimnya. Bukan hanya disurat tetapi sms dan call juga sering masuk tiba-tiba di hp nya. Awalnya Rebeca nampak acuh tetapi semakin kesini teror itu semakin menjadi-jadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Only You. [END]
Ficção Adolescente[FOLLOW DULU BIAR LEBIH NYAMAN DI BACA] [Baca dulu sampai part 10 siapa tau betah^•^] -Only You- "Kak, hidup itu pilihan. Kakak gak bisa dapetin semuanya. Pilih aku atau dia?" "Tapi gue gak bisa milih. Dia bukan pilihan...