33. -Penjelasan

1.3K 70 32
                                        

"Kamu tau hal yang paling aku benci? Yaitu ketika seseorang berubah begitu saja."

-----------------------------------------------------

BAGIAN XXXIII


-Only You-

Tidak ada yang spesial di hari kamis ini, bagi Keyla semua hari-harinya tetap sama saja, makan–tidur–belajar begitu seterusnya. Kadang sampai pernah dirinya berada di titik terbosan dalam hidup karena tidak ada hal-hal baru yang di lakukannya.

Saat ini Keyla sedang berada di lorong-lorong sekolah menuju ke dalam kelasnya, nyatanya sampai sekarang bisikan-bisikan itu masih mengisi telingannya sampai saat ini. Huh, biarlah Keyla juga sudah tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, yang penting dirinya harus menjaga telingannya dan menyaring setiap perkataan yang masuk ke dalam indra pendengarannya.

Sampai di ujung koridor Keyla hampir saja ingin menginjakan kakinya di anak tangga pertama tetapi seseorang dari depan menarik tangan kanannya secara paksa dan membawanya ke arah taman belakang sekolah yang sudah pasti sepi setiap pagi sampai jam istirahat tiba.

"Apaan sih!" Keyla menyentak tangan kanannya tak suka. "Kak Shireen," gumamnya.

"Keyla Angelica," kata Shireen mengeja deretan angka yang tertera di badge–name seragam Keyla.

"Gimana?" tanyanya, namun tidak di tanggapi oleh Keyla–cewek itu masih diam mendengar lanjutan kakak kelasnya tersebut.

"Udah gue bilang di awal, jangan pernah deketin Fery, lo tau konsekuensinya kan? Oh atau mungkin lo lagi nerima konsekuensinya?" ujar Shireen terkekeh kecil di akhir kalimatnya, bukan karena lucu lebih tepatnya seperti mengejek Keyla.

"Trus urusannya sama kakak apa ya?" tanya Keyla balik. Nadanya terdengar santai.

"Gue cuman nyadarin lo, dimana posisi lo yang seharusnya. Lo cuma orang baru yang masuk di kehidupan dia, jangan terlalu banyak berharap karena gosip murahan itu."

Keyla mengangggukan kepalanya dua kali. "Trus? Udah kan? Kalau gitu permisi gue mau ke kelas." Keyla melenggang begitu saja dari hadapan Shireen.

"Eh gue—"

"Btw thank's ya udah di ingetin," katanya yang sempat berbalik sembari tersenyum flat.

Membuat Shireen yang berdiri di tempatnya itu menggapai angin dengan kesal dan berdesis pelan.

***

Masih di satu area namun berbeda posisi. Kedua remaja yang masih hangat perbincangannya di sekolah itu, keduanya sedang duduk di banggu taman.

Sudah 3 menit namun keduanya masih saling enggan membuka percakapan. Fery yang menunggu Rebeca angkat suara, sedangkan Rebeca yang sedikit ragu membicarakannya.

"Mau ngomong apa?" tanya Fery hangat.

"Re..."

Rebeca mengdongak menatap mata hitam legam milik Fery, "Fist time I'm sorry to say,"

"Kenapa?"

"Kamu kenal deket sama Keyla?" tanya Rebeca dengan sekali pengambilan nafas.

Fery menaikan satu aslinya, "Cuma itu?"

"Kak..." Rebeca memegang kedua tangan Fery. Aneh rasanya jika Rebeca menanyakan hal semacam ini, bukannya apa. Dia bukan tipe cewek yang suka cemburu dan marah-marah tidak jelas hanya untuk mendapatkan perhatian lebih, bisa dibilang cukup dewasa dalam menyikapi keadaan. Selama ini Rebeca selalu on point dengan Fery, hal seperti ini sering kali terjadi tapi Rebeca tidak pernah masalah akan itu, tetapi kali ini rasanya sedikit berbeda.

Only You. [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang