64. -Dugaan Pertama

193 21 0
                                    

"Selesaikan masalahmu satu-persatu. Badanmu juga butuh istirahat, pikiranmu butuh ketenangan. Semua orang pasti punya masalahnya masing-masing, jangan pernah merasa paling menderita sampai menganggap tuhan itu tidak adil."

-Keyla Angelica

--------------------------------------------
BAGIAN LXIV


-Only You-

Jam pulang sekolah, ketika semua orang sudah keluar dari kelas masing-masing dan berebut ingin pulang. Keyla justru masih santai membereskan buku dan alat tulis lainnya.

Hanya cewek itu yang masih berada di dalam kelas. Bahkan gerak tubuhnya pun tidak menunjukan semangatnya sama sekali, berbeda dengan kebanyakan siswa yang lain yang justru terburu-buru ingin pulang ke rumah.

Pandangan Keyla nampak kosong menatap ke arah depan, tepatnya di papan tulis putih yang sudah bersih dari coretan spidol hitam. Sedari tadi ada yang mengganjal di kepala cewek itu. Bukan hanya tentang Fery tetapi juga tentang kotak biru muda yang di terimannya tadi pagi dan soal surat itu.

Keyla membungkukan tubuhnya, mensejajarkan kepalanya dengan kolong meja dan mengambil kotak biru muda yang belum sempat dia buang. Cewek itu lantas membukannya, posisinya masih sama seperti awal hanya saja bau amisnya kali ini lebih menusuk ke hidung Keyla membuatnya buru-buru langsung menutup kembali.

Tidak berselang lama setelah Keyla berhasil menutup kembali kotak tersebut. Tiba-tiba saja dari arah pintu seseorang nampak tergesah-gesah memasuki kelasnya.

Dari tempatnya Keyla cukup terkejut, melihat kedatangan Fery kedalam kelasnya.

"Rebeca salah apa sih sama kamu?"

Baru saja Keyla ingin menyapa dan menanyakan kedatangan cowok itu. Tetapi Fery malah menanyakan hal yang membuat Keyla tidak mengerti, lagi.

Keyla lantas berdiri sembari merangkulkan tasnya di pundak. "Kamu kenapa sih dateng-dateng langsung marah?"

"Gak usah pura-pura gak tau. Kamu kan yang ngirim teror itu?" kata Fery. Tatapannya begitu mengintimidasi Keyla.

"Kenapa sih? Apa tujuannya ngirim sampah kaya gitu. Kamu cemburu karena aku sering sama Rebeca? Atau karena dia mantan aku? Iya?" lanjut Fery dengan bertubi-tubi mengeluarkan kalimat untuk Keyla.

Fery tersenyum masam melihat Keyla yang diam saja di tempatnya. "Gak bisa jelasin kan?"

Keyla menggelengkan kepalanya dua kali. "A-aku bingung mau ngomong apa sama kamu. Kamu bahkan gak kasih aku kesempatan buat bicara."

Fery kembali tersenyum masam. Ah tidak, tetapi lebih tepatnya terkekeh sinis. Cowok itu lalu menolehkan kepalanya pada sebuah kotak biru muda yang berada di atas meja Keyla.

"Gak usah nyari pembelaan," ujar Fery lalu kemudian cowok itu menunjuk kotak biru muda tersebut. "Ini punya lo kan?!"

Keyla langsung menggelengnya cepat. "Aku aja gak tau itu punya siapa."

"Udah aku bilang. Jangan ngerusak kepercayaan aku, Key!" Fery mendesah panjang. Dari raut wajahnya cowok itu nampak sangat lelah. Seperti ada banyak beban pikiran.

Keyla tidah marah, perempuan itu justru menatap kasian pada Fery. Jiwa cowok itu mungkin bisa saja terlihat marah dan kasar tetapi raganya sedang merasa lelah. Berbanding terbalik.

Only You. [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang