"Kalau yang pertama saja tidak membuat 'dia' bahagia, berarti akan ada peluang untuk si kedua."
-David Baramasta
-----------------------------------------------
BAGIAN LXXI
•
•
•-Only you-
Tak terasa seminggu berlalu dan ujian semester akan berakhir saatnya hari ini. Ada berbagai ekspresi yang terpancar di wajah mereka yang akan melaksanakan detik-detik ujian terakhir. Terlebih di kelas XII IPA 5, semua siswa menampilkan ekspresi cemas, takut dan was-was. Bagaimana tidak? Mata pelajaran di hari terakhir mereka UTS adalah Matematika wajib dan kalian tau? Gurunya kiler parah! Padahal sudah berumur dan sebentar lagi pensiun.
Kalau kata Asep: "Sabar pren kita kawal sampai ketemu malaikat izrail."
Meski begitu, ternyata hal tersebut tidak membuat tekad mereka goyah untuk saling menyalin catatan guna mencontek. Bukannya apa, karena disaat-saat seperti ini biasanya mereka yang merasa 'pintar' seketika punya riwayat tuli mendadak.
Dan mereka yang merasa kurang atau tidak yakin dalam mengerjakan ulangan biasanya akan melakukan cara apapun supaya nilai mereka bisa tinggi dan juga bagus, atau minimal rata-rata KKM agar tidak melakukan remedial.
Padahal jika kita telaah dengan baik. Sebenarnya yang paling terpenting justru bukan nilai, tetapi usaha atau proses untuk mendapatkan nilai tersebut. Untuk apa nilai besar kalau tidak paham bukan? Ibarat kata: kepala besar tapi otak kosong.
Namun kita juga tidak bisa menyalahkan 'mereka' yang mencotek, meski memang hal itu tidak bisa dikatakan benar tapi itu adalah bagian dari upaya mereka untuk bisa mendapatkan nilai tinggi di atas KKM.
Karena adanya tekanan dari beberapa pihak di sekitar 'mereka' yang menuntut untuk bisa mendapatkan nilai tinggi membuat 'mereka' melakukan berbagai cara agar bisa mendapatkannya, termasuk mencontek.
Seperti perumpamaan ketika guru berbicara: "Yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Kerjakan soal nomor 1-50."
Tentu sangat malas bukan?
Atau orangtua yang seringkali berdecak kesal saat melihat huruf D di raport anaknya: "Makannya belajar, jangan main terus! Hpnya Mama sita!"
Hal ini sungguh menyebalkan!
Miris memang, tapi begitulah sistem pendidikan di negeri kita ini. Maka tak sedikit dari mereka menggunakan cara-cara instan seperti mencotek yang sudah seperti menjadi tradisi mereka, para siswa.
"DIMAAAAAASSSS BUKU GUE MAU DIBAWA KEMANA?!!" Shireen berteriak kesal saat Dimas dengan lancang mengambil buku yang sedang dibaca olehnya.
Cowok itu sedikit berlari untuk kembali duduk ke tempatnya. "Pinjem bentar doang Reen buat nyatet, catatan gue gak lengkap ntar juga gue kembaliin. Takut banget nih buku gue jadiin bungkus gorengan," ujar Dimas sembari buru-buru mencatat.
"Jangan lama-lama!"
"Iya sayang calm down."
"Iuhh!"
Lain dengan Dimas, Asep justru sibuk menggeser-geser badanya yang terasa sesak. "Geseran dong elah kagak keliatan nih," keluhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You. [END]
Teen Fiction[FOLLOW DULU BIAR LEBIH NYAMAN DI BACA] [Baca dulu sampai part 10 siapa tau betah^•^] -Only You- "Kak, hidup itu pilihan. Kakak gak bisa dapetin semuanya. Pilih aku atau dia?" "Tapi gue gak bisa milih. Dia bukan pilihan...