FF BaekHyun - Cold [✔]

Part 16

________________________________________

Pagi menuju siang yang sibuk. Ruang rapat dari Hyunsang terpenuhi akan anggota Direksi tengah melakukan pertemuan awal tahun. Pusat dari deretan orang-orang berdasi itu adalah sosok Sehyun yang menjadi pemimpin rapat kali ini. Sedangkan Presiden Hyunsang yang merupakan Ayahnya terlihat menyimak dan hanya memantau bagaimana kepemimpinan itu berada pengaruh Sehyun.
Baekhyun juga berada disana sebagai client tetap.

"Apa anda setuju dengan Proyek departement store Daegu?"

"Apa keuntungannya. Aku tidak suka membuang uang."

Sehyun sangat rewel. Terlalu selektif dan perfeksionis membuat para anggota Direksi yang sebagian besar para orang tua disana terlihat bergumel dalam hati.

"Anda belum melihat lokasinya bukan?"

Kembali Tuan Han salah satu anggota disana mengusulkan. Proyek Daegu tidak buruk, meskipun finansialnya tidak sebagus Jeju.
Baekhyun melihat tenang bagaimana Sehyun sekarang, melihat bagaimana kinerja dari Wanita itu yang terus beradu argumen. Sehyun terlihat dingin seolah tak peduli, dan detik berikutnya menutup rapat secara sepihak dengan keputusan final. Proyek Daegu tidak masuk dalam list Hyunsang.

"Besok kita bertemu disini kembali. Buat kembali daftar catatan real estate baru."

________________________________________

"Bisakah Ayah bicara sebentar denganmu?"

Sehyun memandang Ayahnya datar. Mengangguk kecil dan mengikuti langkah Tuan Oh kedalam ruangannya. Pria setengah baya itu memandang sendu putrinya.

"Ayah minta maaf."

"Tak ada yang perlu dimaafkan."

Dingin. Sehyun tidak pernah berbicara sebeku ini dengan Ayahnya. Tapi kali ini, ia merasa begitu kecewa meskipun tidak sepenuhnya itu salah sang Ayah. Tapi, ayolah! Sehyun seperti orang terbodoh didunia ini. Seolah hadirnya dalam dunia hanya karna sebuah perjanjian dan kesepakatan. Seperti aset dengan harga miliaran won.

"Ayah menyayangimu."

Sehyun menghela nafas. Berjalan keluar tanpa pamit, dan tepat setelah ia menghilang dibalik pintu Sehyun menekankan kata-kata pelan.

"Aku juga menyayangi Ayah."

________________________________________