Akhirnya pesawat yang ditumpangi Rindu, Steve dan Bara mendarat di Bandara Soekarno Hatta. Seluruh penumpang mulai sibuk mengemasi barang-barangnya. Sedang Rindu masih duduk terpaku, menatap keluar jendela pesawat dengan seatbelt yang masih terpasang.
"Jakarta...akhirnya aku kembali ke Jakarta." Ucap Rindu dalam hati sambil matanya berbinar-binar.
"Mommy, have we arrived yet?" Suara Bara menyadarkan lamunan Rindu. Bola mata coklat mlik Bara menatap Rindu penuh harap.
"Yes dear, kita sampai...Sebentar lagi bertemu eyang! Hore!"
"Horeee...." Teriak Bara girang sambil tetap duduk dengan seatbelt yang masih terpasang.
"Husss...ayo siap-siap. Apa kalian tidak mau turun?" Steve tiba-tiba membuyarkan kegembiraan sesaat, Rindu dan Bara. Steve sudah berdiri menggendong ransel besar dan menenteng tas laptop.
Rindu segera melepas seatbelt-nya, kemudian membantu Bara terbebas dari pengamannya. Kemudian Rindu bangkit dari tempat duduknya, sambil menggendong ransel kecilya. Setelah siap, baru ia mengangkat Bara dan menggendongnya. Rindu berjalan mengikuti Steve menuruni pesawat.
Setelah melewati pemeriksaan tas, mereka berjalan beriringan menuju koridor bandara tempat para penjemput menanti. Namun kali ini bawaan Steve semakin banyak. Steve mendorong trolley berisi tas-tas yang dititipkan di bagasi. Bara pun ikut duduk di atas tumpukan tas. Sedangkan Rindu terlihat kerepotan menndorong tas laptop sembari menenteng shopping bag berisi oleh-oleh.
Dari kejauhan, Rindu melihat adik lelakinya, Novan melambaikan tangan. "Mbak! Mbak Rindu!" teriaknya.
Rindu pun berlari kecil menghampiri adiknya dan buru-buru memeluknya penuh seluruh. "Ya Allah dek, mbak kangen banget sama kamu." Novan tertawa-tawa, dan Rindu menangis haru.
"Mas Steve mana mbak?" Tanya Novan.
"Itu!" Rindu menunjuk ke belakang. Dan Novan pun segera menghampiri ipar dan keponakannya di belakang.
Rindu melihat ibu dan ayahnya bersama adik-adiknya. Rindu yang sudah menangis haru langsung menubruk ibunya. Mereka berpelukan erat.
"Ibu aku pulang..." bisik Rindu sambil sesenggukan di pelukan ibunya.Ibunya tak bisa berkata-kata lagi. Mereka larut dalam keharuan.
Setelah memeluk ibunya, Rindu beralih kepada ayahnya, adik-adiknya dan iparnya Ratih yang sedang membopong bayi kecil, keponakan Rindu.
"Ya Allah....ini dia keponakan mommy..." Mata Rindu berbinar-binar menatap bayi mungil bernama Reynand itu.
"Boleh kugendong dek Ratih?" Tanya Rindu pada Ratih. Ratih mengangguk dan menyerahkan bayi mungilnya.
"Ini..."
Rindu membopong bayi mungil itu dengan mata berbinar-binar sambil mengayun-ayunnya. "Hai Reynand ini mommy....". Bayi yang digendong menatap bingung pada Rindu, kemudian menangis kencang. Buru-buru Rindu menyerahkan Reynand kembali pada ibunya.
Rupanya, tanpa Rindu sadari. Steve dan Bara sudah asyik melepas kangen dengan keluarga Rindu.
"Ayok... pulang! Biar lekas istirahat." Ajak ayah Rindu.
"Iya...pasti Mas Steve juga capek ya Mas..." Eyang ti sambil melirik Steve. Steve hanya terkekeh.
"Lets go!" Novan mengajak sambil mendorong trolley yang semula didorong Steve. Kami berjalan beriringan menuju 3 mobil yang diparkir di area parkir bandara sebelum pulang ke rumah.
Karena barang bawaan Rindu dan penjemput banyak, terpaksa rombongan dipecah menjadi tiga. Novan dan Steve semobil dengan barang bawaan. Mobil lain membawa rombongan Rindu, Bara, Eyang ti, Ratih dan Reynand. Dan sisanya ada di mobil lain bersama Eyang kung.
Sepanjang perjalanan menuju rumah keluarga besar Rindu di selatan Jakarta pun, suasana mobil riuh oleh celoteh melepas rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGIN RINDU (Completed)
RomanceHidup Rindu Larasati, seorang penulis kenamaan yang tinggal di New York tiba-tiba berubah drastis pasca kecelakaan parah yang membuatnya hilang ingatan. Tidak ada secuil memori tentang dirinya dan masa lalunya yang tersimpan di otaknya. Seketika itu...