100

374 17 0
                                    


Tubuh Steve bergetar hebat. Mata biru Steve dipenuhi oleh bulir bening. Tiba-tiba mulut Steve seperti terkunci. Steve tak sanggup berkata apa-apa. Dia terus membisu, hingga Angin mengakhiri teleponnya.

Steve terduduk lemas, di teras villa. Steve masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya bahwa Rindu terpeleset saat menuruni bukit, jatuh dan kepalanya membentur batu.

Pak Sobari yang duduk berhadapan dengan Steve penasaran,

"What happened?"

"Rindu...."

"Ibu Rindu kenapa?"

"Jatuh terpeleset di bukit."

"Innalillahi wainnailahi raajiun..." Pak Sobari ikut panik.

"Loh itu siapa yang telepon?"

"Angin...."

"Loh Angin kenapa bisa di situ?"

"Tidak tahu..." Wajah Steve pucat pasi.

"Ayo dah....kita ke sana! Kamu tahu dimana?'

Steve mengangguk, "ada...tadi Angin mengirim GPS location."

"Ok...."

Pak Sobari berteriak memanggil Hendri untuk mengendarai mobil van. Meski Steve bisa menyetir, namun Pak Sobari khawatir, Steve tidak bisa berkonsentrasi.

"Hendri....!" Pak Sobari berteriak.

"Mana Hendri....?" Tanya Pak Sobari pada Halimah.

"Nggak tahu pak...." Jawab Halimah tanpa merasa berdosa.

"Cepat cari Hendri sekarang juga!" Pak Sobari dengan nada meninggi.

"Iya...."Meski kaget dan ikut panik. Halimah berlari ke dalam mencari Hendri.

Tak lama kemudian, Hendri berlari tergopoh-gopoh.

"Ya pak ada apa?"

"Ambil kunci mobil kita jalan jemput Ibu Rindu." Perintah Pak Sobari.

"Sekarang?"

"Iya..."

"Ibu Rindu kenapa pak?"

"Sudah jangan banyak tanya!" Bentak Pak Sobari.

"Iya pak!" Hendri berlari mengambil kunci mobil. Kemudian, Hendri, Pak Sobari dan Steve berlari bersama menuju mobil van yang terparkir di halaman.

Tak sampai lima menit, mobil van yang ditumpangi mereka berempat sudah melesat meninggalkan halaman villa untuk menjemput Rindu. Menembus jalanan berbatu di tengah guyuran hujan gerimis.


Apa yang terjadi?

ANGIN RINDU (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang