Namanya Angin Topan, namun orang biasa memanggilnya Angin. Entah apa musabab orang tuanya menamainya Angin Topan. Mungkin juga orang tuanya ingin kelak suatu hari nanti dia seperti Angin Topan, yang gagah berani melesat menyingkirkan siapapun yang kelak akan merintanginya meraih cita-cita.
Meski namanya menyeramkan. Namun sejatinya, hati Angin, lembut dan mudah rapuh. Meski di kalangan teman-temannya, Angin termasuk 'pentolan' yang disegani karena keberaniannya. Angin memang bukan tipe anak yang banyak bicara seperti Sakti. Tetapi jangan sesekali menyakiti hati Angin. Sekali Angin tersakiti, maka Angin bisa berubah seperti Angin Topan sungguhan yang bisa membuat 'musuh' bertekuk lutut hanya dengan sekali pukul. Lain waktu, Angin bisa menangis tersedu-sedu saat kucing kesayangannya mati. Angin pun tak segan menolong siapa pun yang kesusahan dengan caranya sendiri. Maka tak heran bila Angin punya banyak teman meskipun usilnya 'gak ketulungan'.
Angin adalah sahabat Sakti. Dimana ada Sakti, hampir selalu ada Angin di sisinya. Kalau Sakti lebih pendiam, maka Angin adalah potret Sakti bila banyak bicara. Namun keduanya sama, sama-sama usil.
Dan sore ini seperti biasa, Angin, Sakti dan teman-temannya bermain bola di tanah kosong tempat mereka biasa bermain bola.
Dengan cermat, Angin memberi operan melambung, sehingga dua pemain belakang tak mampu menghadang bola meskipun mencoba menyundulnya. Bola jatuh beberapa meter di depan Arba. Adu kecepatan pun terjadi antara pemain belakang lawan, Sakti dengan Arba. Namun tetap saja dua pemain belakang itu tertinggal. Dan, Gol!!! Tiba-tiba Angin mengambil alih bola dan mencetak gol dengan sekali tendangan kuat seperti angin topan.
Permain dilanjutkan, Angin mendapat bola lagi dan langsung mengopernya ke Nabil. Tapi tiba-tiba, bola terlepas dari kaki Nabil dan terpental tak jauh dari Angin berada. Angin berlari mencoba menggapai bola itu, namun dia kalah cepat dengan pemain lawan. Putra mengambil alih bola, dan menggiringnya layaknya orang 'kesetanan'..
"Ah, Angin. Apa kamu tidak melihat bola itu?" gerutu Daffa teman setimnya, yang melihat Angin kalah cepat.
Beberapa saat kemudian, Angin mengejar pemain tengah lawan yang sedang menggiriing bola. Angin mencoba berlari sekuat-kuatnya, tetap saja ketinggalan. Dia masih kurang cepat.
"Angin! Woy! Kejar bolanya! Jangan lelet kayak siput!" Seru Fadli, teman setim Angin yang gemas.
Angin berhenti sejenak. Dia menyeka keringat dari dahinya sambil memperhatikan bolanya kini dikuasai Sakti sahabatnya yang ada di tim lawan. Terasa sulit sekali mengejar bola. Tanpa diduga, bola yang tadinya diperebutkan oleh Sakti, Arba, dan Fathullah, terpental kea rah Angin.
Hup!
Angin menahan bola itu dengan dadanya. Sangat sempurna dia menahan bola. Kemudian, bola jatuh tepat di kakinya. Dengan segera, dia menggiring bola sambil melihat teman-temannya yang bisa diberi bola. Dari sisi kanan belakang, Angin melihat ada Apid berlari ke depan. Tak menunggu lama, Angin memberikan operan terobosan yang mendatar ke depan gawang.
"Woy, kamu oper bola ke siapa sih?" Protes Arba gemas yang melihat bola bergulir begitu saja tanpa ada seseorang di depan sana.
Namun, perkiraan Arba salah. Benar, ada Apid pemain belakang yang menerobos ke depan dan mengejar bola itu. Tak ada yang menyadari kedatangan pemain belakang itu sehingga dia benar-benar berhadapan dengan penjaga gawang. Namun tendangan yang dilakukan pemain belakang itu masih melenceng ke luar.
"Ah....luruskan dulu kakimu! Baru menendang bola, " gerutu Angin kecewa melihat itu.
Pertandingan masih berlanjut. ANgin banyak melakukan kesalahan. Dia benar-benar tidak bisa berlari cepat. Adu lari mengejar bola membuat dia selalu kalah. Hasilnya, Angin berlari kesana-kemari tanpa menyentuh bola.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGIN RINDU (Completed)
RomanceHidup Rindu Larasati, seorang penulis kenamaan yang tinggal di New York tiba-tiba berubah drastis pasca kecelakaan parah yang membuatnya hilang ingatan. Tidak ada secuil memori tentang dirinya dan masa lalunya yang tersimpan di otaknya. Seketika itu...