80

288 19 0
                                    

"Jadi kalian masih mau ngaji sama bu Rindu?" Tanya Angin di hadapan teman-temannya di Rumah Quran Ar Rahman.

"Mau!" Anak-anak kompak menjawab.

"Bagaimana dengan orang tua kalian?" Tanya Angin lagi.

Sejenak mereka saling berpandangan.

"Sepertinya ayah ibu saya tak masalah sekarang." Dhina angkat bicara.

"Aku juga...."

"Aku juga...."

"Gue juga....'

"Gue juga..."

Semua berebutan angkat bicara.

"Jadi gak ada masalah ya?" Tanya Angin.

Semuanya meggeleng kompak.

"Jadi siapa yang menyebarkan isu itu?" Tanya Sakti.

"Gak tahu....deh... " Celetuk Dinda.

"Namanya juga isu....gak jelas asalnya." Shafiga menambahkan.

"Tapi biar isu juga, orang tua gue sempet sewot ngelarang gue ngaji sama bu Rindu." Seto angkat bicara.

"Kasihan bu Rindu..." Angin lirih.

"Iya kasihan ya...." Lala menimpali.

"Terus gimana dong?" Kini giliran Alika angkat bicara.

"Kita telpon bu Rindu." Sahut Angin.

"Kalau gagal?" Ica pesimis.

"Kita samperin!" Sakti menimpali.

Anak-anak saling berpandangan.

"Setuju!" Anak-anak kompak menjawab.

"Angin...mainkan" Perintah Sakti.

Angin pun merogoh ponsel butut dari dalam saku celananya.

"Kamu punya nomer ibu Rindu?" Tanya Dinda penasaran.

"Punya dong!" Angin menjawab dengan nada bangga.

"Hem..." Shafiga berdehem. Sebetulnya Shafiga ingin melanjutkan kata-katanya. Tetapi Angin mendelik menatap ke arahnya sebagai kode agar Shafiga tidak perlu bercerita tentang kejadian sore itu.

"Gak jadi..." Shafiga menunduk. Angin menghela nafas lega.

"Jadi telpon gak nih?" Tanya Angin.

"Jadi...." Sakti dengan nada tegas. Anak lain mengiyakan.

"Sebentar...." Angin menyingkir dari kerumunan mencari tempat yang sedikit sepi.

"Lah napa dia ngumpet?" Celetuk Nabil.

Shafiga melirik dengan kesal.

Setelah memastikan tidak ada orang di sekeliling. Angin pun mulai memencet nomer telepon Rindu.

ANGIN RINDU (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang