Angin memarkir sepedanya perlahan di depan rumahnya. Ia pun jalan mengendap-endap, membuka pintu rumahnya dengan perlahan agar orang tuanya tak mendengar.
"Cekrek!" Baru saja pintu dibuka.
"Darimana saja kamu?" Ayahnya yang tentara berdiri sambil berkacak pinggang di hadapannya. Angin buru-buru menyalami dan mencium punggung tangan ayahnya. Ayahnya yang marah kontan langsung luluh.
"Jam berapa ini?" Kali ini giliran ibu Angin. Angin pun menghampiri ibunya, menyalami dan mencium punggung tangan ibunya.
"Dari pengajian..." Jawab Angin perlahan sambil menunduk.
"Pengajian apa malam begini baru pulang?" Ibu Angin lagi.
Angin diam membisu, ia malah beranjak pergi meninggalkan kedua orang tuanya menuju kamar.
"Hey Angin...! Dengar Ibu!"
Angin diam, segera menuju kamar dan mengunci pintu.
"Liat tuh kelakuan anak kamu!" Tuding ibu Angin.
"Dia pulang mengaji." Bela ayahnya.
"Ngaji apa hari gini baru pulang?" Sewot ibunya.
Ayahnya tak ambil pusing. Ia pun beranjak pergi menuju sofa. Ia melemparkan bokongnya di atas sofa.
"Pokoknya saya gak suka Angin ngaji-ngaji kalau pulangnya malam begini."
Ayah Angin diam saja tak menanggapi.
"Tau sendiri kan zaman sekarang, banyak aliran-aliran sesat. Apalagi Rindu gurunya Angin itu bukan orang sini. Sepertinya kamu harus coba menyelidiki orang itu."
Ayah Angin diam saja tak ambil pusing.
"Kok kamu diam saja sih?" Ibu Angin gemas.
"Terus aku mesti bilang apa?" Sambil mengepulkan asap rokok.
"Larang Angin mengaji!"
"Ngaji kok dilarang?"
Tiba-tiba ada suara bayi, adik bungsu Angin menangis.
"Tuh...si Tole nangis." Ayah Angin.
Ibu Angin mendengus kesal, "Ah kamu diajak ngomong bikin males."
Ibu Angin beranjak pergi juga dari hadapan Ayah Angin. Ayah Angin bisa bernafas lega sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGIN RINDU (Completed)
RomanceHidup Rindu Larasati, seorang penulis kenamaan yang tinggal di New York tiba-tiba berubah drastis pasca kecelakaan parah yang membuatnya hilang ingatan. Tidak ada secuil memori tentang dirinya dan masa lalunya yang tersimpan di otaknya. Seketika itu...