"Ibu...ibu dimana?" pagi-pagi Rindu sudah kelimpungan mencari ibunya. Rindu tidak menemukan ibunya di kamar, pavilion samping tempat ibu biasa bersantai sambil mengelus Glen, kucing kesayangannya.
Rindu mencium bau ikan asin yang digoreng berpadu dengan wangi kuah sayur asem panas. Rindu tersenyum, ia yakin ibunya ada di dapur. Semalam Rindu memang merengek minta dimasakkan sayur asem, cumi asin yang digoreng dengan irisan bawang merah dan cabai, sambal terasi, dan juga sajian lalapan terong hijau bulat yang masih mentah.
Rindu mendapati ibunya sedang sibuk memasak di dapur. Sejenak Rindu memandangi wajah keriput Ibunda yang dengan riangnya meracik bumbu demi masakan yang dirindukan anak perempuan satu-satunya.
Dulu sebelum Rindu merantau ribuan mil dari rumah ibunya. Menu sayur asem dan cumi asin tak ubahnya bagaikan menu-menu sederhana lainnya, tak ada yang istimewa. Rindu baru tahu bagaimana rasanya terpasung dalam rindu yang tak tertahankan pada sayur asem dan cumi asin goreng buatan ibundanya saat Rindu merantau bertahun-tahun di New York.
Bagi Rindu, masakan ibu bukan sekedar bahan makanan yang dicampur dengan bumbu-bumbu, tetapi kelak akan menjadi wujud rindu yang selalu membawa kembali pada bangunan yang kamu sebut "home".
Rindu tahu persis betapa pilunya menahan rindu ingin pulang ke rumah walau sejenak saja demi mencicipi masakan ibu. Kerinduan yang tidak bisa diobati meski berkomunikasi lewat sambungan telepon. Bahkan lewat video call sekalipun.
Rindu berjalan mengendap-endap sebelum tangannya menyelusup dari belakang demi memeluk tubuh ibundanya. Sang ibunda menoleh sambil tersenyum.
"Sudah bangun?"
"Sudah dong....maaf ya tadi sehabis Subuh, aku malah tidur lagi. Sepertinya aku masih jet lag deh. Malam susah tidur, giliran menjelang subuh malah mengantuk parah."
"Ya ndak apa. Bara bisa tidur gak?"
"Bara sepertinya tidak ada masalah tidur. Sama seperti daddy-nya, hampir tidur sepanjang hari seperti beruang." Rindu terkekeh, Ibundanya tersenyum.
"Ada yang bisa aku bantu, ibu sayang?" Tanya Rindu.
"Sudah hampir selesai....Kamu siapkan piring saja..."
"Siap boss!!!" Rindu mengangkat tangan kanannya ke dahi kanan, sambil bergegas menuju lemari tempat menyimpan piring.
"Tunggu dulu jadi menunya apa nih?" Tanya Rindu memastikan.
"Sayur asem, cumi asin, sambal, ayam goreng, dan lalap terong mentah," jawab Eyang ti sambil mencuci terong bulat berwarna hijau yang masih segar.
"Alhamdulillah...akhirnya setelah sekian lama. Makan enak juga! Terima kasih ya buk!" Rindu mendaratkan ciuman di pipi kanan dan kiri sang ibu. Ibunya hanya tersenyum.
Kelar menyiapkan meja makan. Rindu segera menyendok nasi panas, sayur asem, sambal, cumi asin dan menyomot terong mentah. Tanpa ba bi bu, selepas berdoa, Rindu segera melahap makanan di piringnya.
"Tidak menunggu Steve dan Bara?" Tanya Ibunda.
"Rasa rindu dan lapar ini pada sayur asem, cumi goreng, sambal dan terong sudah tak tertahankan lagi. Sudah tidak bisa menunggu..." Jawab Rindu sekenanya sebelum menyuap makanannya dengan khusyu'. Sedangkan sang ibu duduk di bangku sambil memandang Rindu, anak perempuan kesayangannya.
rumah
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGIN RINDU (Completed)
RomanceHidup Rindu Larasati, seorang penulis kenamaan yang tinggal di New York tiba-tiba berubah drastis pasca kecelakaan parah yang membuatnya hilang ingatan. Tidak ada secuil memori tentang dirinya dan masa lalunya yang tersimpan di otaknya. Seketika itu...