93

284 23 0
                                    

Ustadz Fajar mengernyitkan alisnya melihat Rindu yang sedang berjalan sendiri, dengan segera, ia menghampiri Rindu.

"Rindu!" Panggil Ustadz Fajar.

Rindu menoleh.

Ustadz Fajar membuka helmnya lalu merapikan rambutnya sebentar.

"Assalamualaikum...." Ustadz Fajar tersenyum manis.

"Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuhu!" Jawab Rindu sambil tersipu.

Rindu menautkan alisnya melihat Ustadz Fajar di depannya. Lelaki soleh yang memikat hatinya. Rindu kembali labil lagi, sekarang ia bersikap dingin kembali.

"Sendiri? Mana Angin?" Kini giliran Ustadz Fajar yang menautkan alisnya biasanya dimana ada Rindu di situ ada Angin.

"Malam ini dia tidak mengaji, gak enak badan katanya?" Rindu pura-pura cuek menatap Ustadz Fajar. Sikap ini yang membuat Ustadz Fajar semakin menyayangi Rindu.

"Ayo pulang bareng." Tanpa menunggu jawaban dari Rindu, Ustadz Fajar memberi isyarat dengan menepuk jok motor belakangnya.

Rindu menggeleng pelan.

"Sudah malam. Tak baik perempuan jalan sendirian malam-malam." Ustadz Fajar menunjukkan sebuah senyuman tulusnya kepada Rindu.

"Lebih tak baik lagi perempuan duduk berboncengan dengan laki-laki yang bukan mahram di malam gelap." Rindu berkelit. Ustadz Fajar tersipu malu.

"Demi Allah saya tidak akan mengganggu kamu. Ayo naik!" Ustadz Fajar berusaha meyakinkan Rindu.

Dia tersenyum sinis, "mungkin bukan kamu yang mengganggu saya, tapi setan yang mungkin saja nanti menyusup dalam raga kamu." Rindu tetap melangkah. Hingga Ustadz Fajar mesti menjalankan motornya tanpa mesin untuk menyamai langkah Rindu.

"Rindu....kalau boleh saya ingin menemui orang tua kamu untuk melamar kamu." Kata-kata Ustadz Fajar barusan membuat Rindu menghentikan langkahnya dan menoleh. Ia menatap tajam ke arah Ustadz Fajar, berusaha mencari secuil keraguan di sana, namun ia sama sekali tak menemukan. Hanya mata teduh yang menyiratkan ketulusan dari seorang lelaki yang sedang jatuh cinta.

Dan hanya lelaki soleh yang tahu bahwa obat jatuh cinta adalah sebuah pernikahan. Hanya lelaki yang serius saja yang berani berkomitmen menawarkan pernikahan.

Seperti sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kami belum pernah melihat (obat yang mujarab bagi ) dua orang yang saling mencintai sebagaimana sebuah pernikahan." (H.R.Ibnu Majah). Oleh karena itu seorang yang jatuh cinta menikah dengan aeaeorang, dapat terselesaikan dengan cara menikah, menuju rumah tangga Sakinah Mawadah Warohmah.

Rindu tersenyum. "Entahlah..." Rindu melanjutkan langkahnya. Sebuah jawaban ambigu yang membuat Ustadz Fajar makin penasaran.

"Jadi...?"

"Saya belum bisa menjawab..." Jawab Rindu tanpa menoleh. Ustadz Fajar mengayuh motornya untuk mengejar Rindu.

"Atau kamu sudah ta'aruf dengan seseorang?" Wajah Ustadz Fajar terlihat cemas. Rindu menatap Ustadz Fajar kemudian menggeleng pelan.

"Huuuu syukurlah!" Ustadz Fajar menghela nafas lega.

Tetiba

"Rindu!" Seorang laki-laki berteriak dari arah belakang Rindu dan Ustadz Fajar. Rindu dan Ustadz Fajar menoleh ke belakang. Sesosok lelaki berbadan tegap berwajah tampan yang tak lain dan tak bukan adalah Steve muncul dari kegelapan. Steve pun berlari mengejar mereka.

"Where have you been? Saya tadi mencarimu di Rumah Quran." Steve terengah-engah seperti habis berlari. Rindu menatap Steve. Ustadz Fajar bingung, ia menatap Rindu dan Steve bergantian.

"Seharusnya kamu menunggu saya." Ujar Steve lagi.

"Bukankah saya sudah bilang kalau malam ini saya akan menjemputmu di Rumah Quran." Steve lagi. Dan tentu saja Ustadz Fajar makin bingung.

"Sebentar-sebentar! Anda siapa?" Tanya Ustadz Fajar pada Steve.Ustadz Fajar turun dari motornya dan memasang standar motornya.

"Steve." Jawab Steve.

"Dan Steve ini siapanya Rindu?" Tanya Ustadz Fajar dengan pandangan menyelidik kepada Rindu. Rindu mengangkat bahunya tanda tidak tahu.

Pandangan Ustadz Fajar beralih kepada Steve. "Sebaiknya kamu jangan mengganggu Ibu Rindu!".

Ustadz Fajar mendongak. Matanya menatap tajam ke arah Steve. Jari telunjuk kanannya menoyor dengan kasar dada bidang Steve. Hingga Steve harus mundur selangkah. Ustadz Fajar marah. Dan tentu saja itu memancing amarah Steve.

"Hey....ustadz kampung. Dengarkan saya! Saya Steve Martinez adalah suami sah dari Rindu Larasati." Steve maju selangkah dan gantian menoyor Ustadz Fajar. Matanya menatap tajam ke arah Ustadz Fajar. Ia sampai mundur selangkah.

Ustadz Fajar kaget bukan kepalang. Apalagi Rindu. Ustadz Fajar dan Rindu mendelik menatap Steve. Ustadz Fajar menatap Rindu yang bingung, Steve yang merasa yakin seyakin-yakinnya.

Tetiba langit malam yang sudah mendung sedari sore, airnya tumpah juga dari langit. Hujan deras. Rindu berlari menyelamatkan diri dari hujan dan juga dari dua lelaki yang memperebutkannya. Ia berlari sekencang-kencangnya menuju rumahnya.

Tinggallah Ustadz Fajar dan Steve di malam gelap ditemani hujan yang sedemikian derasnya.

Ustadz Fajar menatap Steve dengan pandangan tajam, "Saya akan sangat marah kalau kamu berdusta!"

"Demi Allah! Saya tidak berbohong. Saya punya buktinya. Saya bisa tunjukan buku nikah saya dan Rindu. Kami berdua juga punya seorang anak laki-laki berusia lima tahun."

Kata-kata Steve barusan membuat Ustadz Fajar terpukul. Namun ia tidak mudah percaya.

"Lalu kenapa kamu meninggalkan Rindu sendirian di kampung ini?" Ustadz Fajar marah.

Steve dan Ustadz Fajar saling pandang. Keduanya tetap berdiri di tengah jalan beratapkan langit yang sedang menangis. Steve mengalihkan pandang.

"Ceritanya panjang..." ujar Steve.

"Saya punya banyak waktu..." Jawab Ustadz Fajar.

Steve menoleh, "baiklah saya akan ceritakan sedikit. Namun saya berjanji akan menceritakan lengkap esok pagi.". Steve menawar, karena ia mengkhawatirkan Rindu.

Dahi Ustadz Fajar berkernyit seperti menimang-nimang keputusannya. Namun kemudian akhirnya dia mengangguk. Setidaknya ia tahu sedikit kebenaran tentang Rindu.

Akhirnya Steve menceritakan perihal kecelakaan yang menyebabkan Rindu amnesia akut. Tentang keputusannya untuk meninggalkan Rindu sebentar. Dan akhirnya Steve kembali lagi sebelum memboyong Rindu kembali ke Amerika.

Steve merangkum kisah sepanjang dan serumit itu hanya dalam tiga puluh menit. Ustadz Fajar mendengarkan dengan seksama. Walau kebenaran itu terasa pedih, namun dengan jiwa ksatria, Ustadz Fajar minta maaf telah hampir melamar Rindu. Ustadz Fajar juga berjanji akan membantu Steve mengembalikan ingatan Rindu.

Tiga puluh menit berlalu, Steve mohon diri untuk mengejar Rindu. Ustadz Fajar pun berlalu memacu sepeda motornya menembus kegelapan dengan hati hancur. Cintanya pada Rindu kandas begitu saja, sebelum sempat mereguk bahagia.

Lama Ustadz Fajar mencari cinta. Walaupun banyak gadis yang mengidolakannya, entah mengapa cintanya justru tertambat pada Rindu, yang ternyata istri orang. Pedih!


Kamu kemana saja.

ANGIN RINDU (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang