Selepas shalat maghrib, Rindu sudah bersiap dengan hijab biru panjang dan gamis bunga-bunga bernuansa biru, menyambut anak-anak di ruang tamu. Rindu sengaja membuka pintu rumahnya, agar anak-anak tahu bahwa dirinya sudah menanti mereka.
Beberapa kali Rindu harus berjalan menghampiri pintu. Berdiri sambil berjinjit di pintu sambil melongok keluar. Namun, sosok yang ditunggu tidak datang juga.
"Belum datang?" Mbok Nah tiba-tiba mengagetkan Rindu yang sedang celingukan melongok ke luar pintu.
Rindu menoleh ke arah suara dan menggeleng lesu, "belum".
Rindu pun beranjak meninggalkan pintu dan duduk di karpet yang sedianya digunakan untuk mengaji. Rindu mendadak kehilangan gairah untuk mengajar mengaji malam ini. Pasalnya, anak-anak ini belum datang juga sudah hampir tiga puluh menit menanti.
Kini giliran Mbok Nah yang penasaran. Dia pun segera menghampiri pintu dan melongok keluar. "Wah...mbak, itu dia Najwa dan Syifa....!" Seru Mbok Nah.
Mata Rindu berbinar-binar mendengarnya, "serius Mbok?"
Belum sempat Mbok Nah menjawab, tetiba ada suara anak-anak mengucap salam di depan pintu, "Assalamualaikum!"
Rindu menjawab dengan girang, "Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu". Rindu pun bangkit menyambut Najwa, Syifa dan satu bocah lelaki bertubuh gempal di depan pintu. Najwa, bocah perempuan bergamis dan berkerudung merah muda. Syifa, berkerudung putih dengan gamis ungu. Sedang bocah lelaki itu berbaju koko dan celana hitam .
Najwa, Syifa dan bocah itu meraih tangan Mbok Nah dan menciumnya, baru kemudian menghampiri Rindu. Meraih tangan Rindu dan menciumnya.
"Saya kira kamu tidak datang..."
"Maaf telat bu...Nungguin Apid...", Najwa sambil menunjuk ke arah bocah lelaki bertubuh gempal yang menunduk malu-malu. Rindu memandangi Apid dengan tatapan menyelidik, kemudian tersenyum saat matanya bertemu dengan mata polos milik Apid.
"Apidnya makan dulu bu...jadi lama," kini giliran Syifa yang angkat bicara. Apid malu-malu.
"Oh jadi namanya Apid?"
"Nama saya Hafiz bu, tapi dipanggil teman-teman Apid," Bocah bertubuh gempal itu pun memperkenalkan diri.
"Hafiz, namanya bagus ya....Insya Allah beneran jadi hafiz".
"Memang Hafiz apa bu artinya?" Tanya Syifa.
"Hafiz itu sebutan buat penghafal Quran. Dan Allah menjanjikan surga buat para penghafal Quran juga orang tuanya. Di akhirat nanti, orang tua dari anak-anak penghafal Quran akan dipakaikan mahkota kebanggaan di surga," jelas Rindu.
"Wowww...." Najwa dan Syifa memandang takjub ke arah Apid. Apid pun senyum-senyum malu campur bangga. Rindu tersenyum.
"Ayo kita mulai mengaji, sebelum malam!" Ajak Rindu. Rindu duduk di atas karpet, diikuti tiga bocah lainnya.
"Ya sudah, Mbok ke dalam dulu ya,,,," Mbok Nah mohon diri. Rindu hanya mengangguk dan tersenyum.
Kemudian sesi mengaji pun dimulai. Satu persatu anak-anak bergiliran mengaji. Selepas mengaji, Rindu biasanya memberikan materi hafalan surat pendek lengkap dengan artinya dengan metode Kauny yang didapatnya dari guru ngajinya dahulu. Baru kemudian, Rindu memberikan sedikit materi tentang keislaman.
Dari ketiga murid pertama Rindu, Apid lah yang paling buta dengan Al Quran. Kalau Najwa dan Syifa sudah pandai membaca huruf Arab bersambung, meski masih belum benar tajwid dan panjang pendeknya. Apid harus memulai dari nol, mengenal huruf hijaiyah.
Sejak saat itu, setiap selepas maghrib, Najwa, Syifa dan Apid rutin datang ke rumah Rindu demi belajar membaca Al Quran. Bagi Rindu, itu adalah saat-saat paling membahagiakan sepanjang hidupnya yang sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGIN RINDU (Completed)
RomanceHidup Rindu Larasati, seorang penulis kenamaan yang tinggal di New York tiba-tiba berubah drastis pasca kecelakaan parah yang membuatnya hilang ingatan. Tidak ada secuil memori tentang dirinya dan masa lalunya yang tersimpan di otaknya. Seketika itu...