Malam ini, langit tampak cerah. Bintang-bintang bertaburan dengan cantiknya. Bulan yang bulat penuh dengan gagah menyinari gelapnya malam. Dan seperti biasa malam itu, Rindu dan anak-anak belajar mengaji bersama.
Kali ini tidak di dalam, tapi di luar rumah. Duduk di atas tikar di halaman rumah Rindu dengan penerangan sinar bulan.
Adalah Shafiga yang melontarkan ide agar sesekali mengaji di luar, beratapkan langit dengan hiasan bintang-bintang.
"Biar terlihat syahdu..."
Dan ide Shafiga diiyakan oleh anak-anak lain. Maka malam itu mereka menggelar tikar di halaman rumah Rindu. Memboyong papan tulis dan spidol juga meja kecil.Bahkan Rindu mengeluarkan stok camilan, oleh-oleh dari sang ibu dan juga air putih. Maka jadilah mereka berdua puluh mengaji di luar.
Topik kali ini, sebenarnya masih kelanjutan dari rukun iman. Namun, kali ini Rindu memfokuskan pada materi rukun iman keenam yaitu percaya pada takdir Allah, baik Qadha maupun Qadar.
"Kalau Qadha adalah ketentuan Allah yang tidak bisa dirubah lagi. sedang qadar bisa berubah sesuai dengan ikhtiarnya." Jelas Rindu.
"Tidak ada sehelai daun pun yang terjatuh tanpa campur tangan Allah. Semua sudah tertulis dalam buku catatan Allah atau lauhul mahfuz, jauh hari sebelum manusia ada di rahim ibu." Lanjut Rindu. Semua murid terlihat antusias mendengarkannya. Sakti mengacungkan tangan.
"Jadi semua yang terjadi sudah tertulis, termasuk apa yang kita lakukan sekarang?"
"Iya!" Rindu tersenyum.
"Kalau begitu untuk apa kita hidup kalau semuanya sudah tertulis? Untuk apa kita sekolah, ngaji, dan lainnya?" Tanya Sakti lagi.
Rindu pun tersenyum mendapatkan pertanyaan bagus. Rindu kemudian melanjutkan penjelasannya. "Qadha bisa juga disebut takdir Mubram. ketentuan Allah yang mesti berlaku atas setiap diri manusia tanpa bisa dielakkan atau ditawar-tawar lagi. Contohnya, datangnya kiamat, jenis kelamin bayi yang akan lahir termasuk lahir dari orang tua yang mana, usia atau kematian."
Semua diam membisu mendengarkan penjelasan Rindu. "Allah cuma menciptakan laki-laki dan perempuan. Kalau misalkan suatu hari si A yang terlahir sebagai laki-laki tiba-tiba berubah menjadi perempuan. Itu bukan takdir Allah. Meski kelamin dan penampilan berubah sejatinya dia tetap laki-laki dan tak akan pernah bisa menstruasi dan hamil. Begitupun sebaliknya."
"Bisakah kita tahu apa yang akan terjadi di masa depan?" Tanya Icha.
"Tidak bisa!" Tegas Rindu
"Peramal?" Tanya Shafiga.
" Tidak ada yang tahu persis takdir yang jadi rencana Allah. Kalaupun dia tahu karena meminta bantuan setan/jin yang suka mencuri dengar pembicaraan Allah dan para malaikat. Itu tidak mungkin benar seratus persen." Rindu lagi.
"Bagaimana bila dokter memvonis kematian seseorang yang sakit keras?" Tanya Syifa.
"Itu juga belum tentu benar akan mati. Karena yang tahu kapan matinya seseorang cuma Allah. Bahkan malaikat Izrail yang bertugas mencabut nyawa saja baru tahu sesaat sebelum kejadian", jelas Rindu.
"Kalau misalkan bunuh diri atau dibunuh?" Tanya Sultan.
"Sekalipun terjun dari lantai 30 kalau belum ditakdirkan mati, ya dia tidak akan mati. Palingan patah-patah doang", jawab Rindu mantap.
"Tapi kalau misalkan hari ini kita ditakdirkan mati. Tidak ada yang bisa mengelak, meskipun kita sehat walafiat, masih muda belia atau di rumah yang aman dari bencana dan kecelakaan. Kita bisa saja tiba-tiba mati." Lanjut Rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGIN RINDU (Completed)
RomanceHidup Rindu Larasati, seorang penulis kenamaan yang tinggal di New York tiba-tiba berubah drastis pasca kecelakaan parah yang membuatnya hilang ingatan. Tidak ada secuil memori tentang dirinya dan masa lalunya yang tersimpan di otaknya. Seketika itu...