69

247 19 0
                                    

"Pokoknya ibu gak mau kalau kamu masih ngaji di situ..." Begitu ultimatum sang ibu terhadap Angin.

"Tapi kenapa bu?" Jawab Angin dengan nada suara sedikit meninggi. Ia heran.

"Pokoknya tidak boleh!"

"Iya gak bolehnya kenapa. Semua kan ada alasannya!" Angin yang sedang mengoprek sepedanya sampai berhenti dan menoleh ke arah ibunya.

"Ibu bilang tidak ya tidak! Ibu akan sangat marah kalau kamu ketahuan masih mengaji di situ. Nanti biar ibu panggil guru ngaji ke rumah!" Ibu Angin dengan nada suara makin keras.

"Tapi kenapa?" Angin menatap sang ibu penuh tanda tanya.

"Ibu tidak mau kamu terpengaruh Islam radikal!" Jawab sang ibu sambil menyuapi si kecil.

"Islam radikal?" Angin bingung.

"Iya!"

"Kata siapa?" Tanya Angin penasaran. Sang Ibu sedikit gelagapan ketika ditatap Angin seperti itu.

"Kamu tidak perlu tahu! Pokoknya ibu tidak suka dengan dia!" Sang ibu bangkit sambil menggendong anak bungsunya dan beranjak meninggalkan Angin.

Angin makin bingung. Dia menatap ibunya hingga punggung ibunya tak terlihat dari pandangannya. Angin buru-buru membenahi alat-alat montirnya. Menjajal sepedanya sejenak. Setelah ia yakin, sepedanya siap untuk digunakan.

"Bu...aku pergi dulu! Assalamuaikum...."

"Hai mau kemana kamu? Awas ya kalau kamu ke pengajian...." Angin sudah melesat pergi, mengayuh sepedanya secepat mungkin, meninggalkan sang ibu yang teriak-teriak mencegahnya untuk pergi.

Angin merasa ia perlu menemui Sakti sahabatnya soal ultimatum ibunya untuk tidak mengaji lagi di Rumah Quran. Angin memacu sepedanya secepat angin. Ia tak peduli ketika beberapa gadis memanggilnya. Pasalnya, Angin ingin sesegera mungkin menemui Sakti.

ANGIN RINDU (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang