"Meowww....!"
Ubet, kucing abu-abu milik Engkong Iing salah satu anak Engkong Samid, seperti menyapa Rindu saat ia baru saja tiba di Rumah Quran Ar Rahman. Hampir sebulanan ini, Rindu mengajar di situ. Ubeth dengan setia menanti Rindu di teras.
"Assalamualaikum Ubet!" Sapa Rindu
Dan Ubet pun menjawab "meong".
"Apakabar Ubet?" Rindu lagi.
Lagi-lagi Ubet mengeong kegirangan.
Setelah itu Ubet dengan sabar menanti Rindu membenahi meja-meja untuk mengaji sebelum bocah-bocah datang. Mata Ubet yang hijau kecoklatan mengamati Rindu sambil sesekali mengeong.
"Tenang saja Ubet, saya bisa mengangkatnya...", Ubet pun diam.
Sebelum kelar membenahi meja biasanya bocah-bocah sudah berdatangan. Bocah-bocah mulai mengaji, Ubet duduk di meja paling depan seperti ikut menunggu giliran mengaji.
Ketika Rindu mengajarkan satu demi satu ayat hafalan Quran. Ubet duduk diam sambil mengamati Rindu. Hikmat sekali.
Bila bocah-bocah mulai berisik, Ubet akan mendesis kesal. Biasanya dia akan berputar-putar seakan ingin memberi tahu para bocah untuk berhenti gaduh.
Tak sehari pun, Ubet absen menemani Rindu dan para bocah mengaji. Terkadang Ubet mengajak temannya sesama kucing. Namun hanya Ubet yang duduk tenang dan mengamati dengan hikmat hingga pengajian kelar.
Kali ini Rindu datang di awal waktu. Kelar membenahi meja-meja untuk mengaji. Anak-anak masih belum datang. Saat Rindu sedang asyik menunggu sambil membaca Al Quran, tiba-tiba ada suara seorang laki-laki.
"Assalamualaikum...." Rindu mendongak ke atas. Ternyata Ustadz Fajar sudah ada di hadapannya. Dia tersenyum.
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu..." Rindu menjawab salam sambil mengemasi Al Qurannya.
"Boleh saya duduk?" Ustadz Fajar berbasa-basi meminta persetujuan. Ia sengaja mengambil jarak agak jauh dari Rindu. Ubet yang duduk di antara mereka bingung, menatap Rindu dan Ustadz Fajar bergantian.
"Tumben!"
"Iya kebetulan saya lewat. Saya lihat ada kamu....Jadi saya mampir." Jawab Ustadz Fajar. Kemudian keduanya terdiam. Hening. Hingga yang terdengar hanya suara dengkuran Ubet.
"Belum ada yang datang?" Tanya Ustadz Fajar.
"Belum...saya datang duluan. Sekalian shalat Ashar di sini."
"Ohhh..."
Kemudian kembali hening. Hanya sesekali Ustadz Fajar dan Rindu saling mencuri pandang. Ubet rupanya menangkap kebekuan di antara mereka. Ubet sengaja bangkit dari tidurnya. Ia menghampiri Ustadz Fajar. Ustadz Fajar dengan sigap meraih Ubet di pangkuannya dan membelai lembut kepala Ubet hingga Ubet merem-melek dan merebahkan kepalanya di pangkuan ustadz muda itu.
Rindu terkesiap. Ia menatap tingkah polah Ubet, bagaimana dia terlihat nyaman di pangkuan ustadz muda itu. Rindu tersenyum.
"Suka kucing juga?" Tanya Rindu penasaran.
Ustadz itu mengangguk pasti, "sejak kecil saya sudah bercengkrama dengan kucing. Dahulu saya punya banyak kucing. Namun semenjak kuliah di kota tidak sempat lagi mengurusi. Satu persatu kucing pergi ada yang meninggal juga. Namun terkadang kalau saya pulang, mereka suka menyambangi saya."
Rindu tersenyum. Sorot matanya terlihat makin kagum dengan ustadz itu.
Tiba-tiba suara azan Ashar berkumandang.
"Azan..." Lirih Rindu.
"Sepertinya saya harus bergegas ke masjid." Ustadz Fajar menyingkirikan Ubet perlahan dari pangkuannya dan segera bangkit dari duduk. Rindu mafhum namun agak kecewa.
"Insya Allah nanti malam saya datang lagi."
Seperti tahu apa yang dirasakan Rindu. Ustadz itu berjanji akan datang kembali. Rindu pun tersenyum.
"Assalamualaikum....!" Ustadz Fajar bergegas menghampiri pintu keluar. Kemudian menghilang dari pandangan Rindu.
"Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuhu!" Jawab Rindu lirih. Rindu pun beranjak dari duduknya dan segera mengambil air wudhu untuk shalat Ashar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGIN RINDU (Completed)
RomanceHidup Rindu Larasati, seorang penulis kenamaan yang tinggal di New York tiba-tiba berubah drastis pasca kecelakaan parah yang membuatnya hilang ingatan. Tidak ada secuil memori tentang dirinya dan masa lalunya yang tersimpan di otaknya. Seketika itu...