Sudah hampir sebulanan ini, anak-anak yang saban hari belajar mengaji di rumah Rindu, belajar sedekah di hari Jumat berkah. Mereka mengumpulkan uang dari uang jajan mereka untuk dibelikan makanan ringan dan minuman gratis untuk jamaah sholat jumat di masjid terdekat.
Jumlahnya tak banyak memang. Karena itu murni sedekah anak-anak. Rindu sengaja tak turut campur.
Setiap pulang dari masjid sambil menikmati makan siang, anak-anak dengan girangnya menceritakan kembali apa yang mereka alami selama membagikan snack dan minuman gratis untuk jamaah. Dan Rindu mendengarkan mereka dengan seksama.
Kali pertama mereka membagikan snack dan minuman gratis. Banyak jamaah yang tak berani ambil, takut disuruh bayar. Hingga anak-anak harus memaksa bapak-bapak yang akan meninggalkan masjid. Jumat berikutnya, jamaah masjd mulai familiar dengan bocah-bocah yang dengan tulus menawarkan snack dan minuman gratis. Bahkan ada seorang bapak yang menyelipkan beberapa lembar uang puluhan ribu di dalam keranjang tempat anak-anak biasa menaruh minuman. Dan uangnya digunakan untuk menambah sedekah di Jumat berikutnya.
Hingga Jumat kemarin, anak-anak pulang ke rumah dengan wajah lesu.
"Snack kita masih sisa ibu..." Ujar Shafiga, salah satu murid ngaji Rindu.
Rindu tersenyum, "loh kenapa?"
"Kesel deh bu, tadi ada ibu-ibu turun dari mobil bawa nasi kotak buat jamaah masjid. Jadi kita kurang laku..." Bocah lain menimpali.
"Ah... Kan kita duluan yang bagi-bagi makanan, kok sekarang jadi ada yang lain?" Dengus bocah lain.
Rindu tersenyum, "loh bagus dong, itu berarti kalian menginspirasi orang lain untuk bersedekah di hari Jumat berkah. Mereka juga mau mendapat pahala sedekah."
"Tapi kan sedekah dia banyak, kita cuma snack dan minuman", bocah lain ikut-ikutan.
"Pahala itu hak prerogatif Allah sayang. Kita sebagai manusia tidak bisa menilai pahala sedekah dari banyak sedikitnya sedekah yang kita kucurkan. Bisa saja sedekah dari si miskin yang cuma Rp 1000 lebih dilihat oleh Allah ketimbang sedekah si kaya yang ratusan juta tetapi ada maksud terselubung", Rindu menenangkan.
"Sedekah itu harus ikhlas tanpa embel-embel".
"Ya udah bu, Jumat depan kita bikin pudding dan es mambo yuk bu... Siang-siang kan enak bu...", si ceriwis Najwa. Semua ikut semangat.
"Ya sudah, yuk yang perempuan sholat dzuhur berjamaah dulu. Setelah itu kita makan siang..."
Kebetulan Rindu dibantu oleh sejumlah anak sudah menyiapkan makan siang bersama di hari Jumat yang penuh berkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGIN RINDU (Completed)
RomanceHidup Rindu Larasati, seorang penulis kenamaan yang tinggal di New York tiba-tiba berubah drastis pasca kecelakaan parah yang membuatnya hilang ingatan. Tidak ada secuil memori tentang dirinya dan masa lalunya yang tersimpan di otaknya. Seketika itu...