56

279 18 0
                                    


"Ini uang jajan kamu minggu ini..." Ibu Marwoto yang sudah rapih dengan rambut sasaknya menyodorkan beberapa lembar uang seratus ribuan di meja makan saat Seto menyantap sarapannya.

Seto tak bergeming, bahkan cenderung acuh.

"Hey kamu tak dengar...!" Ibu Marwoto gemas.

Seto tak bergeming.

Kali ini Ibu Marwoto memegang pundak Seto dan membalikkan badannya. "Kamu dengar ibu?'

Dengan Acuh Seto mengangguk kemudian mengalihkan pandang.

"Kenapa anakmu?" Ibu Marwoto menuding ke arah suaminya yang duduk di seberang meja makan. Pak Marwoto menggeleng sejenak kemudian kembali membaca Koran.

"Ambil saja uang itu mama!" Seto dengan ketus. Ibu Marwoto mendelik.

"Apa kamu bilang?"

"Seto tak butuh uang jajan itu."

"Kenapa?"

"Itu uang haram!"

Ibu Marwoto tak percaya dengan apa yang didengarnya. "Apa?"

"Guru ngaji bilang, uang hasil rentenir itu haram Dosanya seperti menzinahi ibu kandung. Dosa besar!" Seto kembali menyendok makanannya dengan santai.

"Ooowww jadi ini yang kamu dapat dari Rumah Quran Ar Rahman? Menyebut uang hasil kerja keras ibu sebagai uang haram?" Suara Ibu Marwoto meninggi. Pak Marwoto menutup korannya.

"Kamu tahu tidak, dari hasil uang ini, Mama bisa menyekolahkan kamu di sekolah terbaik di kota. Kamu satu-satunya anak di kampung ini yang bisa bersekolah di tempat mahal itu."

"Seto tidak butuh itu semua! Seto ingin mama berhenti jadi rentenir!" Seto bangkit dari duduk dan menatap tajam ke arah ibunya.

"Plak!" Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan anak semata wayangnya. Seto kesakitan, tangannya mengelus pipi kanannya yang memerah. Seto pergi meninggalkan ibunya menuju kamar. Membuka dan menutup kamarnya dengan kasar.

"Lihat itu anakmu pak!" Ibu Marwoto emosi. Pak Marwoto berusaha tetap tenang.

"Apa yang dikatakan Seto benar."

"Hah? Apa kamu bilang?"

"Iya!"

"Jadi kamu mau bilang, apa yang aku lakukan selama ini salah. Haram..." Suara Ibu Marwoto meninggi.

Pak Marwoto mengangguk.

"Kamu pikir siapa yang membeli rumah besar ini, mobilmu motormu dan biaya sekolah Seto yang mahal itu? Aku! Aku!"

Pak Marwoto diam seperti biasa.

"Apa yang diharapkan dari gaji seorang PNS rendahan?"

"Kamu mau kita kembali miskin???" Lanjut ibu Marwoto emosi.

"Tak apa miskin asal berkah!" Pak Marwoto tak kalah ketus meninggalkan Ibu Marwoto seorang diri.

"Aaaaa!!!!" Ibu Marwoto teriak.

"Berhenti kataku! Berhenti!" Ibu Marwoto berusaha menghentikan langkah Pak Marwoto. Pak Marwoto tak menoleh dan tak peduli. Hal itu yang membuat ibu Marwoto semakin jengkel.

ANGIN RINDU (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang