"Najwa...!" Suara Pak Hasan menghentikan Najwa yang sedang asyik mengerjakan PR di teras rumahnya.
"Eh....Cang...." Segera Najwa menutup bukunya dan mencium tangan pamannya itu.
Pak Hasan, segera duduk di bale tempat Najwa duduk sambil mengerjakan PR. "Ngapain?"
"Ini Cang....ngerjain PR..."
"Anak pinter." Pak Hasan mengaak-acak rambut panjang keponakannya itu.
"Encang abis dari mana?" Tanya Najwa basa-basi.
"Biasa, dari bale desa."
"Oh...."
"Kamu masih ngaji di Rumah Quran?"
"Masih Ncang...emang napa?"
"Ibu Rindu baik?"
"Baik Ncang, baik banget malah...."
Pak Hasan mengangguk sambil tersenyum, "kamu diajarin apa aja di sana?"
"Diajarin ngaji lah Cang....Baca quran, hadits, sejarah Islam, shalat, dan lain-lain deh."
"Oh....kagak diajarin macam-macam?"
"Macam gimana Ncang?"
"Ya misalkan tentang Negara Islam gitu."
Najwa bingung, dahinya berkernyit. Ia menggeleng pelan dengan tatapan bingung.
"Maksudnya?"
"Ya kali disuruh apa gitu sama ibu Rindu..." Pak Hasan berusaha menyelidik..
Dahi Najwa berkernyit, "Oh....iya...Ibu Rindu pernah bilang..."
"Bilang apa?" Mata Pak Hasan berbinar-binar. Ia pikir ini adalah petunjuk nyata tentang Ibu Rindu.
"Iya ibu Rindu bilang. Almuslimu man salimalmuslimuuna min lisaanihi wa yadihi."
"Apa itu?"
"Hadits nabi katanya seorang muslim itu yang muslim lainnya selamat dari bahaya lidah dan tangannya. Maksudnya, bukan muslim kalau orang lain merasa tersakiti oleh perkataan kita dan tangan kita. Islam itu rahmatan li'alamiin. Orang muslim harus menjadi rahmat bagi semesta alam. Percuma rajin ngaji dan sholat kalau kerjaannya menyakiti orang lain. Semakin rajin shalat dan ngaji harusnya makin berkualitas." Najwa panjang lebar. Pak Hasan mengangguk-angguk setuju. Pak Hasan mulai meragukan tuduhan Ibu Marwoto soal Ibu Rindu.
"Itu katanya ngaji pake nari-nari apa?"
"Oh itu bukan nari Cang. Itu metode hafalan quran Kauny Asykar. Jadi kita setiap gerakan itu mewakili setiap kata, supaya memudahkan kita menghafal Arab dan terjemahannya."
"Oooowwww...."
"Encang datang aja sekali-kali. Liat! Mau ikutan ngaji juga bisa. Kan ada guru lakinya juga. Pak Sobari sama Ustadz Fajar."
"Nah itu silat segala sama panahan maksudnya apa?"
"Itu mah kegiatan ekstra Cang. Olahraga biasa. Ibu Rindu pengen kita para santri terutama yang gadis bisa teknik dasar bela diri. Supaya bisa membela diri kalau diisengin orang di jalan. Kalau yang panahan mah itu katanya olahraga sunnah. Ada haditsnya, ajarilah anakmu memanah, berkuda dan berenang."
Pak Hasan manggut-manggut. "owww..."
"Kenapa sih, tumben Encang nanya-nanya...." Najwa penasaran.
"Gak ah iseng aja.... Emang gak boleh?"
"Ya boleh aja...."
Pak Hasan merogoh sesuatu di saku bajunya. Setelah dapat, ia melihatnya. Selembar uang pecahan sepuluh ribu lecek. Pak Hasan tersenyum sembil menyodorkan uang itu kepada Najwa.
"Ini untukbeli es krim!"
Najwa meraih uang itu dengan girang."
"Makasih ya Cang..."
Pak Hasan mengangguk.
"Babeh mana?" Pak Haan celingukan.
"Itu di dalam....Mau Najwa panggilin?"
"Gak usah! Biar encang masuk aja...."
"Oh...."
"Da ya..... Belajar yang bener!" Pak Hasan mengacak-acak rambut Najwa lagi sambil bangkit dari duduk. Kemudian ia beranjak pergi dari bale tempat Najwa belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGIN RINDU (Completed)
RomanceHidup Rindu Larasati, seorang penulis kenamaan yang tinggal di New York tiba-tiba berubah drastis pasca kecelakaan parah yang membuatnya hilang ingatan. Tidak ada secuil memori tentang dirinya dan masa lalunya yang tersimpan di otaknya. Seketika itu...