22

456 34 0
                                    

Kegiatan belajar mengaji di rumah Rindu sudah berjalan hampir sebulan. Ada sekurangnya sepuluh bocah yang saban hari menyambangi rumah Rindu selepas maghrib untuk belajar mengaji.

Sebelumnya Rindu berpikir, mengajar ngaji itu mudah. Cukup menyodorkan buku 'Iqra' dan mengajarkan setiap halaman. Ternyata antusiasme para bocah melampaui apa yang ada di bayangan Rindu. Selalu saja ada pertanyaan kritis yang terlontar dari para bocah kecil itu.

Seperti suatu kali saat Rindu membahas tentang rukun Islam setelah hafalan surah Al Falaq. Pembahasan jadi melebar kemana-mana hingga Rindu harus berpikir keras mengingat-ingat penjelas guru mengajinya dahulu.

"Mengapa Allah menciptakan manusia berbeda-beda, di Indonesia bentuknya seperti ini, di Amerika beda, di Afrika beda. Mengapa ada orang jahat orang baik. Kalau Allah yang Maha Pencipta mengapa tidak diciptakan sesuai selera Allah saja. Sama semuanya." Tanya Sakti suatu kali.

Untung saja Rindu masih ingat petikan Quran surat Al Hujurat ayat 13, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

"Ada laki-laki, perempuan. Ada orang Asia, Kaukasian, Afrika, dan lainnya. Semua untuk saling kenal mengenal satu sama lain bukan saling bermusuhan." Lanjut Rindu.

"Apakah orang baik yang tidak ibadah juga bisa masuk surga?" Tanya Shafiga.

"Surga dan neraka adalah hak prerogatif Allah. Cuma Allah yang Maha Adil. Yang jelas, there is long road to heaven. Tidak ada jalan singkat menuju surga. Tidak bisa shalat dan puasa saja tapi kelakuannya menjadi teror bagi orang lain lantas bisa masuk surga. Begitupun tidak bisa hanya baik saja tapi tidak ibadah." Jelas Rindu. Bocah-bocah berpandangan heran.

Rindu menyadari hal itu, "Kenapa?"

Namun bocah-bocah masih enggan menjawab, mereka saling melempar kode hingga menyulut rasa penasaran Rindu. "Ada apa?"

Syifa akhirnya angkat bicara, "Ibu bisa bahasa Inggris?" Tanyanya penuh keheranan dengan pandangan takjub.

Rindu tersenyum, "tentu saja....Saya pernah tinggal lama di Amerika. Dulu saya tinggal di salah satu blok di St. Albans New York." Rindu nyerocos tak henti mengundang rasa kebingungan para bocah. Jangankan New York, kota Jakarta saja masih asing buat mereka.

"Nyu...Nyu apa bu?" Tanya Sakti.

"New York..." Rindu lagi dengan mata berbinar-binar. Namun keheranan Sakti belum reda.

"Ibu pernah tinggal di Amerika?" Tanya Shafiga lagi bingung. Rindu mengangguk pasti. Rindu pun tak tahu pasti mengapa dia menjawab itu. Tiba-tiba saja secuplik ingatan itu muncul di benak Rindu. Dan Rindu tak mengerti mengapa dia berkata seperti itu. Sungguh cuplikan film yang tiba-tiba terbayang di pelupuk matanya sedemikian nyata.

Dan ini bukan sekali dua kali, Rindu terbayang hal-hal yang tidak sepenuhnya ia pahami. Semacam 'dejavu' tapi Rindu sendiri bingung. Rindu sadar kebingungannya menularkan kebingungan yang sama pada para bocah. Ia pun segera mengalihkan pembicaraan.

"Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga hubungan baik dengan Allah dan sesama manusia. Hablum minallah, hablum minannas. Harus seimbang, dunia sama akhiratnya.", kelas kembali kondusif. Bocah-bocah mulai tenang dan medengarkan penjelasan Rindu dengan seksama.

"Orang yang benar-benar agamanya baik pasti akan tercermin dalam kesehariannya. Apakah keluarga, tetangga, temannya merasa damai di dekatnya? Bahkan orang yang agamanya baik juga akan berlaku baik kepada hewan, tumbuhan dan lain sebagainya. Rahmatan lil'alamiin. Rahmat bagi semesta alam." Lanjut Rindu.

"Bolehkah kita bilang Alhamdulillah saat tahu ada orang yang jahat sama kita mati?" Tanya Sakti.

Dengan pasti Rindu menjawab, "tidak".

"Sebaik-baik orang adalah orang yang memaafkan orang lain, sejahat apapun dia. Biar Allah saja yang balas." Rindu lagi.

"Boleh gak kalau saya sumpahin orang yang ganggu saya celaka...?" Tanya Sultan.

"Tidak! Di kanan kiri kita ada malaikat pencatat amalan. Setiap ucapan yang keluar dari mulut bisa jadi doa. Bahkan doa itu bisa saja berbalik ke kita. Daripada 'nyumpahin' orang yang buruk-buruk. Lebih baik sumpahin semoga kamu bahagia! Kaya raya! Siapa tahu doanya balik ke kita." Jelas Rindu.

Malam kian larut. Saya buru-buru Sejatinya Rindu hendak segera mengakhiri diskusi. Namun Syifa bertanya, "jadi duluan mana Adam dan Hawa atau Pithecantropus erectus?"

"Waduhhh! Dalam Islam, nenek moyang manusia ya hanya Adam dan Hawa. " Jawab Rindu. Syifa manggut-manggut.

"Lalu bagaimana Adam dan Hawa bisa ada? Apakah mereka anak Tuhan?" Tanya Najwa.

"Allah tidak beranak dan diperanakkan. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah untuk menciptakan manusia dari tanah. Semua manusia yang ada di bumi adalah keturunan Adam dan Hawa. Bahkan Maryam, ibunda Nabi Isa yang dipercaya sebagai Yesus juga anak keturunan Adam dan Hawa."

"Mengapa apa-apa yang dianggap tabu di suatu daerah seringkali tidak berlaku di daerah lain? Lalu aturan mana yang harus saya ikuti." Tanya Icha.

" daerah punya aturan masing-masing. Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Namun sebagai umat Islam, aturan yang harus diikuti adalah aturan Allah sesuai Al Quran dan Hadits. Aturan manusia bersifat temporer, bisa berubah sesuai zaman, dan lokasi. Sedang aturan Allah bersifat absolut. Relevan di segala zaman dan di semua tempat." Jawab Rindu.

Sehabis mengulang hafalan Al Falaq dan artinya. Sakti kembali bertanya.

"Mengapa orang jahat bisa menyakiti orang lewat boneka?"

Rindu berkernyit, bingung maksudnya apa.

"Santet..." Singkat Sakti.

"Santet menggunakan kekuatan setan dan jin."

"Lalu bagaimana menangkalnya?"

"Ya banyak mengingat Allah."

Kini giliran Dina yang penasaran, "mengapa kita harus percaya ada setan dan jin?"

"Karena itu bagian dari iman. Meski tak terlihat, mereka ada. Selain manusia, hewan, tumbuhan dan lainnya yang kasat mata. Allah juga menciptakan makhluk gaib seperti malaikat, setan dan jin."

"Kalau di film horror?" Celetuk Nyimas.

Rindu segera memotong, "Film horor itu fiksi!"

"Sudah ya....Sudah hampir jam setengah delapan malam, besok kalian harus bangin pagi untuk sekolah bukan?" Rindu segera memberi kata penutup agar pertanyaan itu berhenti sampai di situ. Tiba-tiba Rindu merasa lelah yang teramat oleh pertanyaan kritis anak-anak.

Rindu pun mengakhiri pengajian hari itu dengan mengucap Hamdallah. Meski anak-anak masih enggan meninggalkan rumah Rindu, namun Rindu memaksanya. Pasalnya sudah cukup malam untuk anak-anak yang besoknya harus bangun pagi untuk sekolah.

Setelah anak-anak pergi, Rindu segera melepas hijabnya dan menghempaskan tubuhnya di atas ranjang empuk. Belum pernah serindu ini Rindu pada ranjang. 

ANGIN RINDU (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang