" Assalamualaikum....Bu...!"
" Bu Rindu jadi gak kita jalannya?"
" Assalamualaikum...."
Pagi-pagi buta setelah shalat Subuh. Suara anak-anak sudah ramai di depan istana rumah. Mereka semua berteriakan memanggil Rindu yang sedang berada di dalam, dan bersiap-siap akan segera tidur lagi kalau para bocah itu tidak berteriak-teriak di depan.
Seharusnya ini adalah hari untuk bermalas-malasan. Tidak ada kamus minggu pagi untuk Rindu. Hari minggu dimulai sejak jam sembilan. Bukan jam lima.
" Assalamualaikum....!" Kali ini teriakan para bocah di luar semakin keras, memaksa Rindu untuk membuka mata.
Beginilah jadinya kalau berjanji dengan para bocah. Para bocah yang lugu tidak tahu artinya berbasa-basi atau janji palsu. Semua perkataan orang dewasa akan teringat terus di dalam otaknya.
Memang benar semalam, Rindu sempat berjanji untuk berkeliling kampung di Minggu pagi. Tapi Rindu tidak membayangkan bakal sepagi ini. Bukannya semalam Rindu dan anak-anak sudah menghabiskan malam minggu bersama dengan memakan jagung bakar sambil berbincang di halaman rumah Rindu.
" Assalamualaikum....!" Suara para bocah semakin keras dan semakin keras, memekakkan telinga siapa saja yang mendengarnya. Seketika Rindu lompat dari ranjang, menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Kemudian menyambar gamis, hijab dan kaus kaki dengan kombinasi warna toska dan pink. Setelah berganti pakaian, Rindu buru-buru turun ke bawah membuka pintu.
Rindu yang masih terengah-engah menatap belasan anak-anak yang sudah hampir dua puluh menit menunggunya.
"Bu....Jadi gak jalan-jalannya?" Sakti mewakili teman-temannya bertanya
Rindu sedikit bingung harus berkata apa. Makanya Rindu berpikir sejenak. " Mmmhhhh sekarang?"
" Iya bu...ini semua dah siap." Dinda menjawab dengan antusias.
" Memangnya kalian gak sekolah hari ini?" Rinduberusaha mencari-cari alasan.
" Hari ini kan Minggu, bu." Apid menangkis pertanyaanku.
Rindu tersenyum malu, " Oh iya yah...Gak kepagian, memangnya orang tua kalian gak marah?" Tanya Rindu lagi berusaha untuk mematahkan semangat mereka. Rindu berharap mereka akan mundur setelah ini.
" Gak dong bu, kami kan sudah izin ke orang tua. Justru olahraga pagi-pagi kan lebih segar." Jawab Shafiga diplomatis.
Sejenak Rindu menimang-nimang, " Ya deh...Tunggu yah saya ambil sepatu dulu."
" ya bu.." Jawab bocah-bocah itu dengan ceria hampir berbarengan.
Rindu pun masuk ke dalam. Tak sampai dua menit, Rindu sudah muncul kembali.
" Kita kemana?"
" Tenang aja bu...nanti kita ajak ke tempat-tempat yang seru." Najwa dengan penuh percaya diri berusaha meyakinkanku.
" Oke, jangan sampai nyasar yah!"
" Jangan khawatir bu. Kapten Sakti akan membawa seluruh awak kapal dengan selamat sampai tujuan." Sakti sambil membusungkan dadanya dengan bangga.
Rindu tersenyum geli. Bakat pemimpin Sakti memang luar biasa. Rindu bisa membayangkan kelak Sakti akan menjadi pemimpin yang bertanggung-jawab.
Baru saja mereka berjalan beberapa langkah dari rumah Rindu. Tetiba seorang pemuda tanggung berusia belasan tahun dengan sepedanya berhenti menghadang.
"Assalamualaikum..." Bocah yang tingginya hampir dua kali Rindu itu mengucap salam sambil terengah-engah.
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu..." Jawab mereka hampir serempak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGIN RINDU (Completed)
RomanceHidup Rindu Larasati, seorang penulis kenamaan yang tinggal di New York tiba-tiba berubah drastis pasca kecelakaan parah yang membuatnya hilang ingatan. Tidak ada secuil memori tentang dirinya dan masa lalunya yang tersimpan di otaknya. Seketika itu...