XXXIIV

934 64 8
                                        


"Nggun Anggun, lihat deh restoran ini jadi terkenal lho. Sampai masuk nominasi restoran murah tapi enak dengan situasi yang asik di instagram." Frisda menghampiri tempatku seraya menunjukkan ponselnya supaya aku membaca postingan sebuah akun di instagramnya. 

"Restoran tempat lu jadi rame banget dong, yah pasti?" ia bertanya sambil berbisik karena tak mau kalau sampai berita aku bekerja setelah belajar menyebar di kalangan murid-murid yang masih belum tahu.

"Iya, sampai gue kecapekan karena hampir-hampir restoran enggak tutup." Aku menjawab dengan bisikan.

"Berarti bayarannya gede dong, kan banyak pengunjung."

"Sedikit lebih banyak, segini." Aku mendekatkan jari telunjuk dan ibu jariku untuk menakar persentase gaji yang kudapatkan saat ini, "lumayan buat jajan cilok sebulan."

Frisda tertawa kemudian menepuk pelan pundakku, "Bisa aja lu."

Lalu ia terlihat akan kembali ke tempat duduknya. Sebelum ia sampai, aku menarik pelan tangannya hingga membuatnya kembali menoleh dan menampilkan raut bertanya-tanya, "Tetap rahasiakan, ya soal gue yang bekerja di sana." Aku berbisik tepat di telinga kirinya, dengan mulut ditutupi tangan.

"Sip, aman." Katanya yang tersenyum hingga kedua matanya mengecil.

Bebanku kini jauh lebih ringan semenjak teman-teman yang semula memusuhi berubah  lebih bersahabat serta mau mengobrol denganku. Seringkali juga aku diajak ke kantin bareng saat jam istirahat. Tidak hanya mereka melainkan secara perlahan aku pun bisa dekat dengan teman-teman di kelas yang awalnya seperti membangun tembok sehingga aku tak bisa mendekati mereka. Keramahan yang mulai ditunjukkan membuatku terdorong untuk mulai membuka diri dengan masuk ke dalam candaan serta memahami cara mereka berkomunikasi dengan satu sama lain. Sehingga akhir-akhir ini, hubungan pertemanan kami semakin membaik setiap harinya. Aku tak lagi disisihkan jika ada tugas kelompok, atau membiarkanku duduk di belakang sendirian saat jam istirahat. Dengan perkembangan yang baik ini, aku pun memiliki keinginan untuk sesekali mengosongkan sedikit waktu supaya bisa ikut mereka bermain di luar jam sekolah. Karena aku sadar, bagaimana pun aku masih berumur belasan, meski hidupku tak senormal anak-anak lainnya yang masih bisa bergantung pada orangtua--untuk hal apapun, tapi aku juga memiliki hak untuk berbahagia dengan memiliki waktu sendiri supaya merasakan kehidupan anak remaja lainnya. Aku ingin bermain dan berkumpul dengan teman-teman seumuran. Membicarakan hal-hal yang sedang naik daun di masyarakat. Aktor atau aktris atau idol yang disukai. Menertawakan hal-hal  lucu hingga membicarakan mengenai perasaan suka pada lawan jenis. Banyak hal yang sudah kulewati begitu saja karena perhatianku yang banyak tersedot pada kehidupan keluargaku yang berantakan.

Kini, namaku mungkin sudah resmi dihapus di kartu keluarga. Ayah dan Ibuku sudah memiliki kehidupan sendiri yang lebih bahagia bersama pasangan pilihan masing-masing. Aku, sementara ini, memiliki kerjaan yang tepat dan tetap (kecuali tiba-tiba di pecat) dan sudah memiliki tempat tinggal yang cukup baik. Entah bagaimana beban di hatiku berkurang sedikit, jadi aku ingin lebih bisa menjalani kehidupanku sebagai anak remaja normal lainnya.

"Pagi anak-anak." Sambutan terdengar dari seorang guru yang datang dengan beberapa buku di tangan. Orang itu adalah Pak Hendra.

Aku menghela nafas panjang saat melihat wajah bersemangatnya. Aku sadar masalahku masih ada, bahkan berkaitan dengan seorang guru yang kini berdiri di belakang mejanya, yang tengah menunggu para murid mengucapkan salam. 'Gendhis... bagaimana bisa Pak Hendra pernah memiliki hubungan dengan seorang perempuan yang menyeramkan dengan perempuan seperti itu?'

Ketua kelas memberi aba-aba kemudian kami memberikan ucapan salam pada Pak Hendra. Ia duduk di bangkunya, membolak-balikkan kertas di halaman bukunya kemudian membacanya sebentar. Mengangguk-anggukkan kepala lalu melepas pandangannya dari buku ke map berisikan lembar absensi para murid. Ia mulai menyebutkan satu persatu nama kami dengan tangan kanan yang bekerja memberi tanda centang pada kolom kehadiran.

Alone (slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang