Written by thyara_oktv
------------------------------------------------------------------------------
"Belum balik, Pak?" tanya Kenji yang baru saja keluar dari kamarnya. Ia berjalan menghampiri Hendra yang sedang membuat sesuatu di dapur seraya menggaruk-garuk perutnya yang gatal. Ia menguap lebar. Lalu, tangannya beralih menggaruk tengkuk belakangnya.
Hendra menatap sekilas orang yang menyapanya. Ia menggelengkan kepala setelah melihat muka bantal Kenji, "Bangun tidur, tuh biasakan langsung kamar mandi dulu. Cuci muka, sikat gigi, sisir rambut, baru pantas nyapa orang. Lah ini, iler masih nempel di bibir, kotoran mata masih nongol, udah nyamperin orang."
"Ye'elah sensi banget, Pak. Lagian suka-suka saya lah, ini kan tempat tinggal saya." Kata Kenji yang kemudian merenggangkan dua tangannya ke atas. "Bikin apa'an, sih?"
"Cuma roti panggang isi buat sarapan. Oh iya, Bu Tantri biasa sarapan apa? saya takut menunya enggak cocok."
"Duh, baiknya... emang harus gitu, lah ya sebagai orang yang numpang." Jawab Kenji dengan cengengesan.
"Saya numpang, kan juga enggak gratis... masih ngungkit-ngungkit aja." keluh sang guru.
"Jiah, gitu aja marah. Bercanda kali, ah. Sama anak muda jangan kaku-kaku amat lah."
"Terserah lah. Eh tadi, jawaban pertanyaan saya apa? Bu Tantri biasa sarapan apa?"
"Bubur... makanan bu Tantri biar saya yang urus." Kenji terlihat melongokkan kepala ke pintu kamar bu Tantri, "beliau belum bangun, kan?"
"Belum."
"Ya udah, saya mau keluar dulu beli sarapan. Selama saya tinggal, jangan ngapa-ngapain Anggun, lho." Ia memberi peringatan yang tentu saja hanya sebuah candaan.
"Ngapa-ngapain apaan?" balas Hendra yang mulai kesal dengan celotehan laki-laki di sampingnya. "Mau kamu saya lempar pakai sodet?" katanya sambil mengarahkan sodet di tangan kanannya.
Kenji tertawa lepas, "Sensi teruusss." Kemudian beralih masuk ke dalam kamar mandi.
Tak lama setelah kepergian Kenji, Anggun keluar dengan penampilan yang sudah rapi. Mendengar adanya aktivitas dari arah dapur, membuatnya penasaran untuk mengecek. Ia tertegun melihat sosok gurunya, "Lho, Pak masih di sini? enggak pulang?" Anggun berjalan mendekat.
"Nunggu Bu Tantri bangun dulu. Enggak enak kalau langsung pergi, terus sekalian aja deh bikinin sarapan buat orang rumah.Tapi, kalau makanan bu Tantri mau dibelikan langsung sama Kenji."
"Ooh, gitu." Anggun merespons sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "Bikin apa sih, Pak? Roti bakar?"
"Iya, dipanggang-panggang aja di atas teflon."
"Isinya apa aja?"
"Telur, potongan sosis ayam, keju, sama daun selada aja."
"Ooh, kelihatannya akan enak."
Pak Hendra membalas pujian muridnya dengan senyuman. Kemudian, ia baru menyadari kalau Anggun sudah rapi dengan tas selempang yang melingkari bahunya. "Kamu udah rapi banget, masuk pagi?"
"Iya, biar enggak terburu-buru aja si ke restorannya."
"Sarapan dulu, ya."
"Tadinya enggak pengen sarapan, tapi lihat Bapak udah susah-susah masak, ya udah deh saya tungguin." Jawab Anggun, "ada yang bisa saya bantu enggak, Pak?"
![](https://img.wattpad.com/cover/122249714-288-k947570.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone (slow update)
General Fiction12 tahun. . . Hanya 12 tahun aku menikmati masa kebahagiaan hidup bersama kedua orangtuaku. Ketidakcocokkan berujung perceraian menjadi jurang pemisah ikatanku dengan Ibu dan Ayah. Ibu secara terang-terangan mengatakan ingin memutus ikatan...