Kenji terlihat baru akan menjejakkan ke dua kaki keluar dari rumah untuk melaksanakan pekerjaan rutinnya, yaitu mengamen. Saat tangannya tengah bergerak mendorong gerbang, ia merasakan getaran dari ponsel jadul di dalam sakunya. Saat mengaktifkan layar, muncullah pemberitahuan mengenai adanya pesan masuk yang dikirimkan oleh Hendra. Selesai membaca isi pesan tersebut, keningnya mengernyit akibat memikirkan balasan untuk sang pengirim.
'Kenji, apa sudah terjadi sesuatu semalam? Ketika saya pulang? Anggun terlihat tidak fokus hari ini.' Begitulah bunyi pesan tersebut.
Jari-jari panjang Kenji bergerak cepat pada keypad ponselnya, 'Enggak ada, tuh. Semalam dia langsung masuk kamar dan baru keluar saat mau pergi ke sekolah.'
Setelah membalas, Kenji melanjutkan keinginannya mencari rezeki hari ini. Meski dalam hati, ia ikut penasaran dengan kondisi Anggun akibat pesan dari Hendra beberapa saat lalu. Ia jadi merasa tak sabar ingin melihat kondisi Anggun dengan matanya sendiri, nanti, saat perempuan itu sudah sampai di rumah kemudian mendapatkan jawaban atas pertanyaan berunsur kekhawatiran dari wali kelasnya barusan.
Seraya melangkah menuju tempat target mengamennya, isi kepalanya dipenuhi dengan pertanyaan mengenai tindak tanduk Hendra. Ia bertanya-tanya mengenai respon Hendra yang begitu cepat jika ada hal yang berkaitan dengan Anggun. Ia mungkin cukup mengerti jika seorang guru terutama wali kelas berusaha memberikan perhatian untuk murid-muridnya, tapi sikap Hendra itu... apa tidak terlalu berlebihan jika setiap saat selalu ingin mengetahui keadaan terkini Anggun? Apa semua wali kelas masa kini melakukan hal serupa? Jika ya, Kenji berpikir itu adalah sebuah kemajuan yang pesat dalam dunia pendidikan, di mana guru benar-benar berperan sebagai orangtua ke dua dengan segala perhatian dan limpahan dedikasi untuk setiap murid yang diawasinya.
Kenji yang hanya merasakan bangku sekolah secara normal hingga sekolah menengah pertama, sedangkan saat SMA, dia ikut kejar paket C, pun memiliki pandangan berbeda mengenai sosok seorang wali kelas. Wali kelasnya dulu justru suka sekali marah-marah baik dikarenakan Kenji yang sering terlambat, sering tidak masuk sekolah, nilai mata pelajaran yang menurun ataupun ketika dia terlambat membayar SPP. Wali kelasnya itu tak pernah sekalipun mau mencari tahu atau mendengar alasan yang membuat Kenji bersikap sepetti itu. Padahal kenyataannya, dahulu Kenji harus mengantar koran ke area komplek perumahan mewah sebelum berangkat ke sekolah agar ia memiliki uang untuk membayar SPP. Sedangkan, sepulang sekolah ia sering bertugas menjaga warnet hingga pukul 5 sore, lalu dilanjutkan dengan menjual beraneka permen, tissue, dan rokok yang dijajakan di jalanan hingga pukul 9 malam. Kemudian pekerjaan terakhirnya dalam satu hari adalah kembali menjaga warnet hingga pukul 12 malam.
Ia harus bekerja begitu keras sejak SD dikarenakan kedua orangtuanya tak lagi mampu membiayai sekolahnya. Ibu Kenji hanya seorang buruh cuci dan setrika yang penghasilannya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, tentu saja bukan untuk kebutuhan sekolahnya. Sedangkan ayahnya merupakan seorang preman yang hobi memalak dari para pedagang ataupun supir-supir angkot yang dirasa melewati wilayah kekuasaannya.
Sebenarnya Kenji memiliki seorang adik laki-laki, namun sesaat baru dilahirkan kemudian dibersihkan, adiknya itu justru diserahkan oleh ayahnya kepada orang lain, yang tidak Kenji kenal. Seorang perempuan pribumi dengan suaminya yang berparas bule. Dari cerita ibunya, Kenji hanya tahu adiknya itu akan dibawa oleh pasangan suami istri tersebut ke luar negeri dan dirawat di sana. Saat ia menanyakan apakah suatu saat bisa bertemu lagi dengan adiknya, ibunya menjawab tidak.
Saat menginjak kelas tiga SMP, keluarga Kenji semakin tidak harmonis. Ibunya tiba-tiba memutuskan pergi dari rumah tanpa memberitahu dirinya ataupun sang suami. Ibunya hanya meninggalkan sebuah surat yang diletakkan di atas meja makan, yang lebih sering kosong tanpa makanan. Kenji tak pernah tahu isi lengkap surat tersebut, karena benda putih itu terlanjur berada ditangan Ayahnya, yang kemudian marah besar setelah membaca isi surat tersebut. Meja makan dibantingnya dengan mudah hingga kedua kakinya patah. Berteriak-teriak layaknya orang yang telah kehilangan kewarasan. Ketika Kenji memberanikan diri untuk bertanya, Ayahnya menjawab kalau Ibunya telah pergi demi mengejar laki-laki lain yang lebih kaya dari dirinya. Disobek-sobeknya kertas itu, dilemparkan ke bawah kemudian diinjak-injaknya dengan brutal.
![](https://img.wattpad.com/cover/122249714-288-k947570.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone (slow update)
General Fiction12 tahun. . . Hanya 12 tahun aku menikmati masa kebahagiaan hidup bersama kedua orangtuaku. Ketidakcocokkan berujung perceraian menjadi jurang pemisah ikatanku dengan Ibu dan Ayah. Ibu secara terang-terangan mengatakan ingin memutus ikatan...