Sesampainya di rumah Pak Hendra, kami bergegas masuk ke dalam bangunan sederhana berlantai satu itu. Selepas mengatur posisi parkir motornya, Pak Hendra mempersilakanku untuk duduk di sofa—tempat yang pernah kujadikan tempat tidur beberapa hari lalu. Dalam diam, aku memerhatikan langkah wali kelasku itu menuju dapur lalu sibuk menyiapkan minuman hangat. Tak sampai 2 menit, ia kembali dengan dua buah cangkir putih berisikan teh dengan asap yang masih mengebul dari dalam wadahnya.
Pak Hendra mengambil tempat duduk di sofa kecil disisi kananku, "Silakan diminum, tapi hati-hati masih panas." Tawarnya.
Aku menganggukkan kepala, "Maaf, Bapak tadi bilang ada hal serius yang mau diomongin? Tentang apa, ya?"
"Ayah kamu."
Aku tak merasa kaget mendengarnya, "Oh, akhirnya Bapak udah ketemu sama Ayah saya?"
"Ya, dan saya enggak kaget dengan sikapnya yang ternyata sama aja kayak waktu itu."
"Kan, saya udah memperingati Bapak sebelumnya." Balasku.
"Meskipun Bapak berusaha bicara baik-baik dengannya untuk membahas masalah kalian, tapi beliau tetap terlihat enggak peduli."
"Dia emang sepenuhnya enggak mau lagi berurusan sama saya, Pak." Aku menjawab dengan nada datar karena seluruh sikap yang diadukan oleh Pak Hendra tentang Ayah, memang sudah aku duga sebelumnya. "Pak, sebelum kejadian pengusiran kemarin, sebenarnya Ayah memang udah minta saya angkat kaki dari rumahnya. Alasannya karena dia mau menikah lagi, dan enggak mau membawa saya ke dalam kehidupan pernikahan barunya. Sama seperti Ibuku."
Bibir Pak Hendra yang semula mengatup kini sedikit terbuka, seolah sedang mengekspresikan keterkejutannya dengan pengakuan baruku. "Ayah kamu meminta seperti itu? Terang-terangan?"
"Iya. Sebelum pengusiran sebenarnya dia emang udah memintaku pergi mulai minggu depan tapi karena pertengkaran kami waktu itu, justru membuatnya meminta saya pergi lebih cepat." Aku meraih gagang cangkir dihadapanku. Mencecap teh dari dalam wadah mungimlnya, yang kemudian rasa manis langsung menguasai rongga mulut serta tenggorokanku.
"Astaga, Bapak benar-benar enggak menyangka ada orangtua yang bersikap setega ini dengan anaknya sendiri. Sebenarnya apa, sih yang ada dipikiran Ayahmu itu?"
Aku meletakkan kembali cangkir tersebut ke atas meja, "Dia mau menghapus saya dalam kehidupannya." Aku menjeda perkataanku sesaat begitu merasakan adanya gejolak kesedihan muncul dari dalam hati. Aku tak mau menumpahkan air mataku dihadapan Pak Hendra karena bisa-bisa ia akan semakin menganggap serius masalahku. Meskipun masalah keluargaku memang begitu rumit untuk dicari jalan keluarnya, namun aku tidak boleh terlihat rapuh dihadapan orang lain termasuk wali kelasku sendiri. "ini semacam kesepakatan yang kejam." Lanjutku. "Ayah dan Ibu saya berpikir kami akan kembali bahagia kalau bisa saling melupakan. Aku adalah kenangan pahit dan menyakitkan bagi Ayah dan Ibu. Menurut mereka, perginya saya dari kehidupan mereka akan membantu kedua orangtua saya menemukan tujuan hidup yang baru. Ayah juga mengatakan saya sudah cukup siap untuk mencari kebahagiaan dan memenuhi kebutuhan kehidupanku sendiri."
"Dan kamu menuruti permintaan mereka begitu aja?"
Aku terdiam menatap sepasang mata bersorot kesedihan disampingku, "Apa saya bisa melawan atau menolaknya? Memangnya saya punya pendapat sekuat apa, Pak?"
Pak Hendra menegakkan badannya, "Ya, kamu kan bisa menolak . . . bilang kalau kamu masih butuh mereka. Ayah dan Ibu kamu adalah orangtua yang membawa kamu ke dunia, jadi udah tanggung jawab mereka untuk mengurus kamu sampai benar-benar dewasa, apapun kondisi yang sedang dihadapi oleh kedua orangtuamu. Mereka enggak bisa seenaknya meninggalkan dan membiarkanmu seperti ini. Kamu bukan anak yatim dan piatu , lho Nggun, karena mereka belum meninggal!" nadanya kali ini terkesan marah.
![](https://img.wattpad.com/cover/122249714-288-k947570.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone (slow update)
General Fiction12 tahun. . . Hanya 12 tahun aku menikmati masa kebahagiaan hidup bersama kedua orangtuaku. Ketidakcocokkan berujung perceraian menjadi jurang pemisah ikatanku dengan Ibu dan Ayah. Ibu secara terang-terangan mengatakan ingin memutus ikatan...