12 tahun. . .
Hanya 12 tahun aku menikmati masa kebahagiaan hidup bersama kedua orangtuaku.
Ketidakcocokkan berujung perceraian menjadi jurang pemisah ikatanku dengan Ibu dan Ayah.
Ibu secara terang-terangan mengatakan ingin memutus ikatan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hendra sedang menonton berita di televisi seraya meminum kopi dan memakan roti tawar isi kejunya di ruang utama. Pintu rumah sudah ia buka sejak ia bangun tidur supaya udara segar dapat masuk dan memenuhi ruangan-ruangan di rumahnya.
Saat tengah serius mendengarkan berita tentang penangkapan seorang artis yang bekerja sampingan sebagai pekerja seks, tiba-tiba ponsel yang diletakkannya di atas meja bergetar. Ia melirik ke layar dan mendapati nama Delvin-lah yang menghubunginya. Tentu saja Hendra merasa heran dengan panggilan temannya itu di waktu yang sepagi ini.
Tangannya meraih ponsel kemudian menekan tombol terima. "Halo, Vin?" sapanya.
"Halo, Bro... sorry, gue telepon lu sepagi ini."
"Iya, gue juga kaget lihat nomor lu. Lu tumben banget ngehubungi gue di jam segini. Ada apa?"
"Bro, semalam gue ketemu sama Gendhis di klub biasa kita nongkrong dulu."
"Lah, terus? Kaitannya lu langsung hubungi gue, apa Vin?" tanya Hendra yang sudah malas ketika mendengar nama Gendhis disebut.
"Ada kaitannya, Bro." jawab Delvin dengan nada berubah serius.
"Ada apa?"
"Semalam Gendhis mabuk berat dan mulai meracau gak jelas, Bro. Terus ketika teman-teman yang lain lagi pada dance bareng, tinggal gue sama Gendhis di kursi, Gendhis bilang dia habis mengikuti lu sebelum ngunjungin club."
Hendra menegakkan posisi duduknya karena terkejut dengan pernyataan temannya, "Dia ngikutin gue?"
"Iya. Dia bilang lihat lu abis nganter cewek. Murid lu, katanya. Dia marah-marah terus nangis dan akhirnya malah nunjukkin sebuah rekaman ke gue dari HP-nya."
"Rekaman apa?"
"Rekaman lu lagi nganter cewek. Dia bilang akan menyebarkan rekaman itu ke pihak sekolah lu kalau lu enggak juga ngerespons dia."
"Dia bilang begitu? Astagaaaa, gue udah pusing banget ngehadapi dia, Vin. Tahu enggak, udah berhari-hari rumah gue diintai sama orang enggak jelas dan gue yakin mereka suruhan Gendhis. Belum lagi, dia yang suka datang ke rumah atau nyuruh gue ketemu dia seenaknya, terus kegiatan menguntit dia ni bukan yang pertama kali. Sampai-sampai dia juga berani datang ke sekolah tanpa sepengetahuan gue buat ngancem murid gue."
"Aduh, gue enggak tahu lagi deh gimana nangani Gendhis. Dia enggak bisa ditolak dengan baik-baik, masih suka bersikap seenaknya bahkan ke orang yang enggak dikenal, kayak murid gue dalam rekaman itu."
"Tenang, Bro. Gue ikut prihatin sih hidup lu malah jadi semerawut lagi gara-gara Gendhis. Tapi, lu juga harus ngelakuin sesuatu sebelum Gendhis benar-benar bertindak di luar batas."
"Iya, Vin. Dan gue mumet bayangi dia beneran nyebarin video itu. Karena kenyataannya, gue enggak ada hubungan apa-apa sama murid gue. Gue cuma melakukan tugas sebagai wali kelas buat jaga dan ngawasi dia, karena dia lagi ada masalah. Gue bantu dia menutupi masalahnya dari pihak sekolah."